12. Phobia

342 55 43
                                    

"Seseorang akan berubah setelah terluka. Oleh karena itu, jangan menunggunya kembali bersama eskpektasimu. Percuma, akan berakhir sia-sia"

🌻🌻

Junna menutup telinga serta memundurkan sedikit tubuhnya tatkala suara teriakan dan gerbrakan pada meja di layangkan begitu saja. Seorang wanita berusia 37 tahun tengah melemparkan tatapan seolah akan membunuhnya saat itu juga. Wanita itu menaikan kedua lengan jas putih yang sedang dikenakan secara bergantian.

Wanita itu tidak habis pikir dengan ponakannya, bagaimana bisa bertindak layaknya bajingan handal. Dan yang lebih parahnya lagi, korbannya sampai tak sadarkan diri. Benar-benar harus diberi pelajaran lelaki satu itu.

"Tante Inna, please, jangan berlebihan. Aku cuman nempelin bibir aku doang... dan aku nggak tau dia tiba-tiba pingsan, ayolah, berpikir rasional, kalau aku emang salah---"

"Bukan kalau lagi, Junna, tapi memang kamu bersalah," desisnya tajam. "Bayangin aja kamu mencium anak orang sampai pingsan, Junna. Tante yakin kamu nggak cuman nempelin bibir doang, tapi kamu melakukannya pakai nafsu kan? Tante pernah bilang ya, kalau perempuan di Indonesia itu berbeda, tidak sebebas di luar negeri yang bisa kamu sosor sana sini. Untung kamu tidak dituntut," celotehnya panjang lebar.

Junna memasang wajah frustasi, awalnya dia ingin konsultasi mengenai Elana; mengapa perempuan itu tiba-tiba pingsan hanya karena Junna mencium bibirnya---ralat, bahkan Junna hanya menempelkan bibirnya malam itu dalam durasi kurang lebih 10 detik, dia tidak melakukan sesuatu yang berlebihan, kejadian aneh itulah yang membuat Junna berada di ruangan ini. Namun respons Tantenya yang dinobatkan sebagai dokter psikater berkompeten sangatlah tidak membantu sama sekali.

"Demi apapun, Junna nggak melakukan sesuatu yang berlebihan, Tante Inna. Astagaa... perlu menjelaskan dengan kalimat apa lagi coba." Junna menghela napas frustasi, dicurigai sangatlah tidak nyaman.

Wanita bernama Inna itu menatap mata Junna secara intens, mencari celah kebohongan dan hasilnya nihil. Lelaki itu benar. "Biasanya, seseorang pingsan sehabis ciuman itu karena... mulut kamu bau, Junna. Kasihan banget perempuan itu."

Junna benar-benar frustasi, sepertinya dia salah tempat. Dia bukan salah satu pasiennya, tetapi bisa jadi setelah keluar dari ruangan ini Junna menjadi salah satu pasien yang mengalami tekanan batin. "Holly shit, I'm serious!" umpatnya.

"Tapi memang itu bisa menjadi salah satu penyebabnya, Jun. Atau... Philemaphobia, trauma berciuman." Inna merubah posisi duduknya menjadi lebih tegap, pandangannya lurus menatap Junna. "Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi phobia tersebut. Pertama, OCD jadi singkatnya adalah orang itu takut kuman, kamu tau kan dalam mulut itu banyak bakteri dan kuman. Kedua, takut aroma tubuh... singkatnya sih karena bau yang dikeluarkan oleh pasangannya, makanya hati-hati kamu jangan main asal nyosor nanti yang ada perempuan itu trauma gara-gara kamu,"

"Tan, please," tukas Junna sebelum Inna membahas di luar jalurnya.

"Okey, hahahaha," Inna tertawa sebentar lalu kembali pada situasi awalnya; serius. "Ketiga, takut disentuh, dalam medis ini disebut Haphephobia atau Thixophobia hal ini bisa jadi karena orang tersebut trauma secara psikologis, mungkin aja pernah mengalami kekerasan seksual. And last, takut dengan adanya kedekatan batin, dia takut untuk menjalani hubungan yang memiliki intensitas tinggi dan bisa jadi takut untuk menyayangi seseorang... semacam takut mencintai?"

SECRETUM OF ELANA || JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang