Joe keluar dari mobilnya. Jarum jam menunjukkan pukul sembilan pagi, ketika hujan deras menyelimuti kota itu. Satu setengah jam sebelum keberangkatannya. Ia bergegas masuk kedalam rumah mewah milik Ibunya.
"Akhirnya kau datang menemuiku." ucap Ibunya, sambil memegang sebuah cangkir teh yang diminumnya pagi itu diruang tamu.
"Aku menemui Ibu bukan karena aku benar-benar ingin bertemu dengan Ibu." ucap Joe. "Aku ingin mengatakan pada Ibu.." Joe menelan ludahnya. Jujur, ia sama sekali tidak ingin menyakiti perasaan Ibunya. "Tolong, jangan pernah mengusik hidupku lagi." ucap Joe akhirnya.
Wanita didepannya itu menghela nafas.
"Aku melakukannya demi kebaikanmu." ucapnya.
"Termasuk meminta orang lain memperkosa Marigold?!" bentak Joe penuh emosi.
"Aku tidak pernah meminta mereka melakukan sampai sejauh itu! Itu semua diluar kendaliku!" wanita itu balas membentak seraya berdiri.
"Jadi benar?" tanya Joe. Air matanya menggenang.
"Mereka yang memperkosanya. Aku tidak tahu menahu soal itu." wanita itu kembali terduduk.
"Aku menyesal pernah menganggapmu sebagai Ibuku." ucap Joe. Mata wanita itu mendelik seakan tak percaya dengan kata-kata yang diucapkan Joe. "Ibuku pasti sangat kecewa melihat kelakuan adiknya." ucap Joe pelan. "Seharusnya aku tidak membiarkan Ayah menikahi anda." air mata Joe menetes. Ia tak mampu lagi meneruskan kalimatnya. "Jangan mengusikku lagi." ucap Joe akhirnya, kemudian berbalik pergi meninggalkan wanita yang ternyata adalah Ibu sambungnya tersebut.
Wanita itu terdiam. Terduduk kaku mendengar kata-kata Joe. Ntah mengapa, rasa sesaknya memenuhi dadanya saat ini. Tanpa terasa air matanya mengalir begitu deras, mengingat pria yang sangat dikasihinya, dan dia anggap sebagai anak kandungnya mengatakan hal seperti itu kepadanya.
Ia kembali teringat saat-saat kakaknya baru meninggal dunia. Saat itu Joe masih berusia empat tahun ketika ia memutuskan menikah dengan suami dari mendiang kakaknya. Sejak itu pula, ia berjanji, bahkan bersumpah pada mendiang kakaknya bahwa ia akan merawat Joe seperti anak kandungnya sendiri. Dan, hari ini, anak yang dibesarkannya layaknya anak kandungnya sendiri mengatakan hal yang sangat menyakitinya.
***
Joe tiba didepan pagar rumah Margo. Ia tak memanggil atau membuka pagar tersebut. Hanya menatapnya begitu saja. Mematung dengan payung yang dipegangnya.
"Ternyata kau.." ucapnya. Ia terlihat seperti seorang pria yang penuh dengan keputusasaan.
"Aku sudah mencarimu sejak lama. Sejak aku tahu Ibumu meninggal dunia karenaku." Joe terhisak bersamaan dengan derasnya hujan. "Ternyata.." ucapnya perlahan. "Kau dan Ibumu sama saja. Sama-sama membuatku jatuh cinta, dan hancur seperti ini." ucap Joe. Perlahan ia mulai berbalik dan pergi memasuki mobilnya.Hujan deras saat itu benar-benar mewakili suasana hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Be Your Sugar Baby! - Tamat!
Teen FictionMargo, gadis 18 tahun jatuh cinta pada seorang pria berusia 37 tahun. Tidak banyak yang bisa diharapkan dari seorang Margo. Ia hanya seorang gadis yang sejak kecil tinggal di panti asuhan tanpa keluarga. Yang ia butuhkan hanya satu. UANG.