Bonus (Part 1)

54 8 4
                                    

Troutdale, Oregon
Satu tahun kemudian


"AKU masih nggak percaya kalian benar-benar melakukannya!"

Seruan itu terdengar dari dalam sebuah ruangan. Kylie Queen, yang tengah duduk sambil memainkan ponsel di depan cermin rias, hanya cengar-cengir mendengarnya. Dia tampak begitu cantik hari ini, dengan gaun putih gading sederhana namun elegan dan rambut pirang yang digelung cantik dengan jepit emas tersemat sebagai hiasan. 

Sementara Andrea--yang baru saja melontarkan seruan syok itu--berdiri di belakang kursi yang tengah diduduki Kylie. Gadis itu menatap sahabatnya melalui pantulan cermin dengan tampang tak terima.

"Kau seharusnya berterima kasih pada kami, Andy." Kylie mengedip padanya.

"Well, tapi--!"

Terdengar ketukan di pintu ruang rias. Hannah Queen, ibunda Kylie, melongokkan kepalanya.

"Lima belas menit, girls!" dia mengumumkan, kemudian tatapannya jatuh pada Kylie, "Berhenti memuntir-muntir rambutmu! Kau akan merusak tatanannya!"

"Aku tahu, Mom!" Kylie menghela napas dan bangkit dari kursinya. Setelah pintu ditutup, Kylie bangkit dari kursinya, "Heran deh, bisa-bisa orang berpikir dia yang bertunangan!"

Andrea mengecek jam tangannya dengan cemas. Sungguh tidak adil Kylie tampak begitu santai dan rileks, sementara semenit yang lalu cewek itu baru saja memberitahukan Andrea mengenai kelicikan yang telah direncanakannya bersama Sully pada hari pertunangan mereka.

Ya, pada akhirnya Sully menemukan keberanian untuk melamar Kylie.

"Sana, temui Sully dan pastikan dia nggak pingsan atau semacamnya. Kau tahu kan dia bagaimana." Kylie mendorong punggung Andrea menuju pintu, "Oh, dan berhenti bertampang panik begitu! Kau cantik banget hari ini, Andy! Nah, sana!"

"Aku--"

Pintu ditutup persis di depan hidung Andrea sementara sepupu-sepupu Kylie ganti memasuki ruang rias. Andrea tahu tak ada gunanya menginterogasi Kylie lagi di tengah-tengah segala kehebohan ini. Maka Andrea berjalan menyeberangi arena dining restoran yang disewa keluarga Sullivan dan Queen untuk hari ini. Restoran itu berada di tepi Sandy River, sehingga halaman belakangnya menyuguhkan pemandangan sungai yang indah. Setibanya di sisi yang berlawanan, Andrea mengetuk satu pintu yang bertuliskan 'Ruang Tunggu Keluarga Pria'.

Tak lama, pintu terbuka dan wajah-wajah Matt dan Priscilla yang panik menyambutnya.

"Andy!" keduanya melihat Andrea dengan penuh kelegaan seolah dia semacam juru selamat.

"Apa yang terjadi?"

Priscilla mencengkeram lengan Andrea seketika, "Syukurlah kau di sini. Dia makin ngawur saja setiap menitnya. Oh, aku tahu gaun hijau itu bakal keren banget padamu!"

"Trims," Andrea menatap keduanya bergantian, "Separah itu?"

"Dia mulai melanturkan sesuatu seperti, 'ada sesuatu yang salah denganku' atau semacamnya..." Matt berbisik pelan sambil melirik was-was ke arah Sully, yang berdiri mondar-mandir di depan jendela besar di ujung ruangan, "Dan barusan dia bilang dia kepingin muntah."

"Oh, astaga..." Andrea buru-buru menghampiri Sully.

"Kami siapkan dua kursi untukmu, Andy! Sampai nanti!" Matt berseru.

Andrea berbalik menatap Matt dan Pris tepat sebelum pintu tertutup, menganga tak percaya. Mereka juga sudah tahu!

"Andy..." menyadari kehadiran Andrea, Sully berhenti mondar-mandir dan menghampirinya. Sully kelihatan tampan dalam balutan jas biru tua dengan dasi kupu-kupu hitam dan pantofel yang bagus. Hanya saja wajahnya pucat pasi dan tampangnya benar-benar mengibakan, "Kurasa aku kepingin muntah."

The Boy Who Talked To The TreesWhere stories live. Discover now