Chapter 5 Jerat Nyata

1.7K 289 54
                                    

Ero,

Bawa aku dalam mimpimu, menemani di setiap detak hidupmu.

Ughhh aku tenggelam dalam momen autis. Suara-suara di sekelilingku terasa hanya seperti lagu latar, hanya seperti dengung-dengungan serangga. Inti dari suara yang aku dengar hanya suaramu. Wanita pujaanku. Suara yang mirip suaramu menonaktifkan mode autis. Wajah yang juga mirip. Ibarat mawar sekuntum yang dulu aku petik dari taman mama yang membuat telunjukku berdarah. Aku lalu benci memetik mawar jadi aku beli saja. Mawar itu aku belah, sebelah kiri aku simpan di lemari pendingin dan sebelah kanan aku biarkan tergeletak di meja taman tertimpa matahari. Itulah analogi kau dan Kak Seira. Paut usia saja yang membedakan kalian.

"Akhir-akhir ini lagu bikinanmu menyedihkan." Kak Seira berkata.

"Apa aku harus pura-pura bahagia?" Aku pun balik bertanya.

"Bukan begitu Ero, kakak hanya-entahlah-tampaknya kakak tak bisa menghiburmu." Kak Seira selalu berusaha tegar. Wanita yang luar biasa, mungkin waktu dan pengalaman telah mematangkan dia. Sayangnya saat ini aku tak butuh penghiburan.

Aku lalu berpikir dulu saat Bang Evan menatap wajahmu apakah perasaannya juga tersayat karena mengingat Kak Seira. Seperti saat ini aku menatap wajahnya dan merasa pedih yang amat sangat, rindu yang menggila, padamu.

"Ero, kamu melamun lagi." Kak Seira untuk kesekian kali menghela nafas.

"Ya kak, belakangan ini aku semakin nggak bisa konsen. Nggak tau sampai kapan bisa bertahan, aku frustasi dan aku mulai berada di level di mana aku mulai nggak bisa bergerak. Aku nggak ingin melakukan apapun."

"Kakak paham dan kakak nggak tau harus bicara apa. Kakak cuma ingin kamu bersabar, mungkin ini cobaan dan berkali-kali kakak bilang maaf atas semua dosa yang kakak buat. Karena telah membuat kamu terluka."

"Terluka?" Aku menyandarkan kepalaku di sofa dan memejamkan mata.

Terlukakah aku karena rindu yang menggebu pada cinta yang begitu dalam yang bahkan belum sempat aku katakan karena kebodohanku. Karena aku terlalu banyak kekurangan dan tak bisa dijadikan tempat untuk bersandar. Karena aku masih bisa bertahan dan dengan segala keegoisanku membiarkan dirimu menghilang? Seharusnya malam itu aku tak tertidur. Semakin berpikir aku merasa semakin gila.

"Cinta itu tak nyata." Kata Kak Seira samar. "Tapi dia bisa menjungkirbalikan kehidupan kita. Bukan begitu? Ero yakinlah dia akan kembali."

Cinta itu tak nyata, tapi kenapa dia ada? Ada dalam ketiadaan ataukah ada namun tiada? Kau pernah bilang kata-kataku seperti syair. Ketika aku menulis lagu kau katakan kau terpukau akan untaian lirik yang menawan. Aku tertawan rindu pada tiap katamu yang menyenangkanku. Adakah penawar rindu selain pertemuan? Kalau ada aku butuh seketika ini juga.

"Ero," panggil Kak Seira lagi.

"Entahlah kak, bahkan jejaknya saja sudah nggak ketemu."

"Dia mungkin bisa berjauhan dengan kakak atau mama, tapi tidak dengan kamu."

Aku sungguh berharap seperti itu. Tapi terkadang aku memiliki kecemasan sendiri. Kak Seira memberikan jadwal untuk satu bulan ke depan, sekarang terlihat sangat membosankan.

"Bisa tidak jadwal ini dibatalkan?" tanyaku.

"Ero.." Kak Seira menghela napas, kakak akan liat dan coba. "Tapi beberapa event mungkin tidak bisa."

"Aku mungkin akan mencari jejak Dira, jangan buat jadwalku terlalu padat. Kalau bisa untuk sementara cancel saja semua."

"Ya nggak bisa begitu, tapi akan kakak usahakan. Ero kamu tau kan sekarang kamu penyanyi paling diinginkan di mana-mana."

Kala Kembali (Completed) Where stories live. Discover now