Chapter 18 Hanya Untukku

1.4K 218 46
                                    

Mr. Tandara berbincang dengan Ero saat aku keluar. Aku duduk di sebelah Ero berhadapan dengan pria paruh baya itu.

"Mungkin adik bingung melihat kondisi Akmal," kata Mr. Tandara. Aku mengangguk. "Bagaimana ya saya memulainya. Saya dan istri saya memiliki Akmal saat pernikahan kami memasuki usia sembilan tahun. Jadi kami berdua sangat mengasihinya apa yang dia inginkan selalu kami kabulkan."

"Terutama istri saya, sebagai pianis Akmal juga mewarisi bakat dari istri saya. Sayangnya saat Akmal SMP istri saya kecelakaan, dan mengalami koma. Saat koma hampir setiap hari Akmal memainkan lagu-lagu kesukaannya, tapi...satu bulan kemudian istri saya meninggal. Sejak saat itu Akmal mengalami depresi berat, dia bahkan tidak melakukan apa-apa seperti mayat hidup saja." Mr. Tandara menerawang lagi sebelum melanjutkan perkataannya.

"Selama lebih dari setahun Akmal keluar masuk rumah sakit dan mengunjungi psikiater, ketika akhirnya pulih dan kembali ke sekolah Akmal sangat berubah dia tidak mau lagi menyentuh piano bahkan sering tidak pulang ke rumah. Tapi apa boleh buat karena saya sangat mencintai Akmal saya cuma berdoa untuk kebahagiaan dia. Akmal rentan terhadap tekanan sejak saat itu dan kerap harus minum obat penenang."

Aku terdiam, aku saja mengatakan dia berkepribadian ganda sambil tertawa. Siapa sangka Akmal begitu, habis tidak kelihatan sama sekali kalau Akmal menderita depresi. Mr. Tandara melanjutkan, "Beberapa bulan yang lalu saya sangat kaget tapi senang, Akmal meminta saya membayar untuk kembali les piano, Akmal bahkan mulai menyentuh piano itu lagi."

"Kenapa bapak langsung mencari Dira saat putra bapak nge-drop?" Ero berkata. Aku menoleh kearahnya, raut Ero terlihat tidak senang. Aku kesal kenapa dia tidak bisa menunjukkan keprihatinan sedikit sih.

"Bi.." Mr. Tandara memanggil bibi yang tadi membawakan minuman dan memintanya duduk. "Bibi ini sudah merawat Akmal sejak kecil."

"Begini loh mbak, Akmal pernah berkata pada saya dia akan mengikuti pertunjukkan musik di tempat kursus. Jadi saya tanya kenapa Akmal mau karena sudah beberapa tahun Akmal bahkan tidak menyentuh piano itu. Katanya dia mau menunjukkannya pada pengajar di tempat kursus. Jadi saya ceritakan pada bapak." Jelas bibi itu.

"Saya jadi menyimpulkan kalau anak saya kembali main piano karena adik."

Aku menghela nafas. Mr. Tandara melanjutkan, "Begini saya mau minta tolong bisa tidak adik merawat Akmal selama dia sakit."

"Tidak bisa." Ero menjawab cepat. Aku bahkan belum sempat membuka mulutku.

"Tolonglah dik, hanya sampai anak saya kembali stabil."

"Saya dan Dira akan kembali ke Jakarta pak, jadi sudah jelas bahwa Dira tidak bisa melakukannya. Lagipula gimana kalau pasca kepergian Dira kondisi anak bapak semakin parah? Apa Dira harus terus menjaganya? Sampai kapan?"

"Ero." Aku menegur Ero lagi. Tapi aku sendiri bingung harus gimana, bukannya aku tidak sedih melihat keadaan Akmal, biar bagaimanapun Akmal telah menemani dan menghibur aku belakangan ini.

"Saya akan mencoba agar Akmal pulih om."

"Dira!"

"Terimakasih dik, nanti kalau dia sudah tenang saya akan beri penjelasan. " Ayah Akmal tersenyum sumringah.

***
Wajah Ero tampak marah sepanjang perjalanan pulang. Dia membawaku ke hotel tempatnya menginap.

"Kenapa gak pulang ke rumah?"
Dia diam saja aku terpaksa mengikutinya. Aku tau Ero pasti ingin mengamuk.

Ero membuka pintu kamar, aku menggigit bibirku menatap punggungnya.

"Kamu tau nggak sih sedang terlibat apa?" Ero berkata kesal. "Orang tua itu membuatmu terperangkap."

Kala Kembali (Completed) Where stories live. Discover now