Chapter 11 Bawa Aku Kembali ke Masa Itu

1.5K 228 59
                                    

Ero,

Jakarta, September 2012

Ring...ring...ring...satu demi satu kenangan buruk mulai lenyap dan terisi oleh sesuatu yang nyaman. Tapi rasa sepi dan terasing belum sepenuhnya hilang. Aku menatap lurus kearahnya, seperti tanaman dalam ruangan gelap aku mencari cahaya dan saat itu kau adalah cahaya. Aku mengikutimu.

Ring...ring...ring...Aku terbangun, mimpi masa lalu. Hening tak ada aroma masakan dan suara dentingan di dapur. Ah ya aku sekarang sendirian di apartemen yang aku sewa. Mengasingkan diri, sedikit naïf meninggalkan 2 wanita yang kucintai demi keegoisan semata.

Ah sudahlah gak ada gunanya memikirkan yang sudah terjadi, begitu banyak pesan dan miscall dari Nadira. Mungkin dia sudah mengetahui aku pindah. Apa dia merasa bersalah, lagipula pria itu Evan benar-benar mengusikku.

Aku akan biarkan dia sendiri, sampai dia memahami apa yang aku lakukan selalu dan selalu untuk menjaganya. Jadwalku hari ini ada syuting iklan, tiba-tiba terjerumus ke dunia ini siapa yang menyangka. Semua ini karena Nadira dan lagi kenapa aku terima, mencari kesibukan mungkin.

Aku melampiaskannya, yah mungkin cara inilah yang efektif untuk berhenti memikirkan dia.

***

"Kamu pergi diam-diam dan datang diam-diam, apa kamu itu jelangkung?." Dira melihatku kembali ke rumah. "Selamat ya sekarang lagi naik daun, apa boleh minta tanda tangan?"

"Kamu kaya anak kecil, kamu ngambek ditinggal?" kataku.

"Kalo pindah ya pindah aja ngapain ngangkutin barang dari rumah. Kenapa? honor sebagai artis gak cukup ya buat menghidupimu."

Harusnya aku kesal dengan kata-kata Dira tapi sebaliknya aku malah tertawa dengan keras membikin dia semakin terlihat kesal, wajahnya memerah.

"Paraaaahhhh...kamu beneran kekanakan ya, ooo...atau itu karena pengaruh si pedofil? Kamu makin jadi anak-anak karena dia memperlakukanmu seperti bocah. Okelah aku pergi." Aku membalikkan tubuhku, Dira menarik tanganku dengan cepat membuat aku kaget.

"Ero..a..aku minta maaf kalau kata-kataku waktu itu jahat, tapi aku nggak ingin kamu pindah."

BLAM!!! Terdengar pintu dihempaskan dengan keras dilanjutkan dengan suara pertengkaran, suara mama dan-Kak Seira? Tapi mana mungkin. Aku dan Dira bertatapan.

"Seira! Kamu sudah kehilangan akal sehatmu ya?!" teriak mama.

"Aku tau ini bakalan terjadi dan lebih baik aku yang memberi tau dia," jawab suara Kak Seira.

Apa yang mereka perdebatkan? Mama dan benar Kak Seira kepulangan yang mengejutkan, mereka menatap kaget ke arah kami.

"Ka-kalian di rumah?" tanya Kak Seira. Matanya sembab seperti habis menangis.

"Kak Seira, kenapa kakak pulang nggak bilang-bilang?" tanya aku mendahului Dira.

Paras Kak Seira berubah seketika," Hai Ero, kakak memutuskan untuk kembali ke Jakarta."

"Hah? Serius kak." Aku menatap mama, tapi mama diam. "Kenapa?" Selama ini Kak Seira selalu susah untuk diajak kembali.

"Karena kakak mau menyaksikan adek kakak yang tampan ini meniti tangga karir," kak Seira menggandeng lenganku.

"Maksudnya?" Aku jadi kebingungan dengan kata-kata Kak Seira.

"Kakak sudah memutuskan untuk menjadi manajermu."

"Apa?!" Aku dan Dira berteriak bersamaan.

"Kamu nggak usah khawatir dengan kemampuan kakak, kakak public relation yang sangat handal."

Kala Kembali (Completed) Where stories live. Discover now