Elvia

1.2K 91 0
                                    

HAPPY READING😊
Jangan lupa Vote Commentnya pleaseeee🙃
Sayang kalian muahh💕

Seorang pria mengepalkan kedua tangannya, menimbulkan urat urat di kepalan tangannya. sorot matanya memancarkan emosi yang teramat dalam.

'Brak!'

Pintu kamar dibanding oleh sang empu. Iqbaal menuju cerminnya. Menampilkan keadaannya. Sejak ia pulang tadi ia masih memakai pakaian kantorannya. Hanya saja terlihat berantakan. Dasi yang longgar dan miring, kemejanya yang sudah keluar dari celananya, rambut acak-acakan. Persis orang stres karena usahanya bangkrut.

'Prang!'

Lagi-lagi ia melampiaskan emosinya dengan memecahkan cermin di hadapannya dengan kepala tangannya. Alhasil di jarinya terlihat mengeluarkan darah segar dan terasa berdenyut, baginya ini tidak lebih sakit daripada yang ia rasakan sekarang.

"OEKKK!"

Mendengar suara Rafa nangis dari kamar sebelah memutuskan Iqbaal untuk menghampirinya. Iqbaal menggendongnya, tatapan Iqbaal mulai berkaca-kaca.

"Maafin ayah rafa.." Iqbaal mencium kedua pipi chubby Rafa sambil memejamkan matanya, menyebabkan air matanya turun membasahi pipi tegasnya.

"Oekkk!!" Sepertinya melihat Iqbaal malah membuat Rafa mengencangkan tangisannya. Iqbaal terlalu lemah sekarang di mata Rafa. Seakan tahu apa yang baru saja terjadi.

***

(Namakamu) baru saja keluar dari kamar mandi seraya menggosokkan handuk pada rambut basahnya. Matanya masih sembab, ia melanjutkan tangisannya di kamar mandi. Ia tidak berhenti menangis sedari tadi.

Salsha sedari tadi menunggu (namakamu) selesai mandi, ia duduk di tepi ranjangnya seraya kenjaga Ananta yang tertidur di sebelahnya. Ia menghubungi Steffi tadi tentang apa yang sudah terjadi. Steffi berkata ia akan datang ke rumahnya sekarang.

"(Nam) lo gapapa?" Tanya Salsha menatap nanar (Namakamu). Ia tidak tahu lagi harus apa sekarang. Ia sudah berusaha menyemangati (Namakamu).

"Seperti yang lo lihat" (Namakamu) berjalan menghadap jendela kamar salsha yang besar bak dinding di lantai dua yang menyuguhi pemandangan halaman rumah dan jalan raya di depan yang tidak begitu ramai dengan kendaraan.

'Clek!'

Salsha dan (Namakamu) menoleh ke sumber suara. Pintu kamar terbuka menampilkan Steffi yang memasang wajah shocknya.

"(Namakamu).." Lirih Steffi ketika sudah menutup pintu kamar kembali. Steffi sontak memeluk (Namakamu) yang kini hanya menatap kosong sambil membalas pelukkannya.

"Gue bakal ke paris Steff" Gumamnya masih dipelukkan Steffi. Sontak Steffi melepas pelukannya dan menatap (Namakamu) tak percaya. Salsha melangkah menghampiri keduanya.

"Hah? Lo serius?" (Namakamu) hanya menganggukkan kepalanya.

"Kenapa lo ambil keputusan secepet ini sih?" Tanya Steffi.

"Gue cuma gatau apa yang harus gue lakukan lagi sekarang, Iqbaal udah marah banget sama gue, gue butuh jernihin pikiran gue sementara waktu".

"Lo gak boleh keliatan lemah gini dong (nam), rumah tangga itu gak harus berjalan mulus pasti ada saatnya masa pahit dan lo harus bisa selesaikan ini, lo bukan anak kecil (Nam)" Timpal Salsha.

"Iya gue tau, gue cuma butuh pia disini"

"Terus bokap nyokap lo udah tau?" Tanya Steffi kemudian digelengkan kepala oleh (Namakamu).

"Besok lo harus ngomongin dulu sama orang tua lo, ok?" Ucap Salsha lembut. (Namakamu) merentangkan tangannya kemudian di sambut oleh Salsha dan Steffi. Mereka berpelukkan.

If You Know (COMPLETE)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن