~29~

366 50 125
                                    

"HAPPY BIRTHDAY, SAYANG." Teriak Yoo Mi sembari membawa kue bolu dengan lilin yang menyala di tangannya.

Awalnya Niki menyambutnya dengan senyuman, namun setelah Yoo Mi berada di hadapannya gadis ini malah melempar kue bolu itu asal sehingga membuat Yoo Mi sontak memeluk tubuhnya untuk segera menenangkannya.

Niki terus berontak dengan kedua tangan yang menjambak rambutnya sendiri dengan keras, ia bahkan beberapa kali mendorong tubuh Yoo Mi sehingga kini terasa menyakitkan untuk Yoo Mi jika dia melepaskannya sedetik saja dan membiarkan Niki terluka dalam keadaan seperti ini.

Tidak peduli seberapa sakit pukulan Niki terhadapnya, yang Yoo Mi inginkan hanya keadaan Niki yang selalu baik-baik saja tanpa menyakiti dirinya lagi seperti sekarang ini, "Gue mohon, lu cewek yang kuat, Nik." lirih Yoo Mi di balik punggung gadis itu dengan keadaan terisak.

"Lepasin aja, nak. Nanti yang ada kamu kesakitan." Ucap salah satu keluarga pasien lainnya yang melihat bagaimana Yoo Mi yang masih setia memeluk tubuh sahabatnya tanpa memikirkan dirinya sendiri.

"Gak bisa, bu. Saya gak mau sahabat saya kenapa-kenapa, nanti kalo saya lepas, dia bakalan ngelukain dirinya sendiri lagi." Ucap Yoo Mi yang kini berbicara dengan nada terisak, tubuhnya bahkan bergetar hebat karena tak kuat menahan tangisnya yang begitu pecah saat melihat bagaimana keadaan sahabatnya yang kini terus berontak di kungkungannya.

"GUE HANCUR MI GUE HANCUR." Satu kata yang keluar dari mulut Niki sembari berusaha membenturkan kepalanya pada tembok berkali-kali sehingga membuat Yoo Mi semakin erat untuk memeluknya agar dia bisa menahan Niki untuk berhenti melakukannya.

"Lee Yoo Mi, gue hancur.." suaranya yang kini terdengar lemas membuat tangis Yoo Mi semakin pecah.

"Kenapa lu harus kaya gini? Kenapa? Gue sayang sama lu, gue gak mau lihat lu kaya gini terus, Nik."

Hari ini adalah hari ulang tahunnya, seharusnya dia bahagia seperti orang lain saat menikmati hari spesial dalam hidupnya, namun berbeda dengan gadis ini, dia terus berteriak dan meracaukan kata yang sama sedari tadi.

"Mi, kenapa?" Tanya Jihoon yang baru saja datang, sehingga kini dia berusaha untuk menahan Niki dengan cara memeluknya walau ia harus beberapa kali di dorong sehingga terjatuh.

"Kak Jihoon.."

"Mi, lu bisa ke ruangannya bang Kyuhyun kan? Cepetan panggil dia!" Yoo Mi tampak mengangguk lalu melangkahkan kakinya keluar untuk memanggil dokter, sedangkan Jihoon kini masih setia memeluk tubuh gadis yang berada di kungkungannya, dia bahkan harus merasakan sakit saat gadis itu beberapa kali memukul ke arah dadanya sembari berteriak meracaukan kata yang membuat Jihoon harus menahan emosinya agar tidak pecah.

"KALIAN SEMUA PENIPU! KENAPA KALIAN MEMPERLAKUKAN GUE SEPERTI INI! GUE BENCI KALIAN!" Racauannya saat Jihoon masih setia memeluk tubuhnya hingga kini.

"KALIAN GAK PERNAH BISA NGERTIIN GUE, ADA DIMANA KALIAN SEMUA SAAT GUE SENDIRIAN, KALIAN BILANG KALIAN SELALU ADA BUAT GUE, MANA? SUGA BAHKAN TIDAK ADA DI SINI SEKARANG, KALIAN PEMBOHONG..."

"GUE MENDERITA SENDIRIAN.." Yoo Mi yang baru saja datang dengan Kyuhyun hanya bisa menatap ke arah Niki dengan nanar, tubuhnya bahkan terasa sakit saat menahan Niki saat berontak ingin melukai dirinya sendiri tadi.

"Kalian bisa pergi sekarang." Ucap Kyuhyun yang kini sudah bersama dengan kedua perawat dan bersiap untuk menyuntikan suntikan bius agar membuat Niki segera tenang.

"Jangan tinggalin gue.."

"Gue takut.." lirihnya lalu tidak lama ia tidak sadarkan diri dengan keadaan yang benar-benar berantakan, sedangkan Yoo Mi kini sedang menangis di balik jendela dengan mata yang masih memperlihatkan bagaimana keadaan Niki di dalam sana.

***

"Kotak ini gue temuin di kamar Niki kemarin, gue rasa bang Suga datang buat ngasih kado untuk ulang tahun adiknya." Jihoon kini menyodorkan sebuah kotak kecil berwarna biru dengan pita sebagai hiasannya, Yoo Mi segera meraihnya lalu membuka amplop yang terselip di kotak kecil tersebut.

Sebuah surat yang di tulis oleh Suga, kakak dari seorang gadis yang kini sedang terbaring di ruangan yang mengurungnya selama ini.

Dear Min Niki,

Sudah 17 tahun terhitung lu hidup di dunia ini, gue jadi ingat saat pertama kali gue melihat lu setelah bunda dengan susah payah melahirkan lu. Bunda bahkan tidak pernah berhenti tersenyum saat melihat anaknya lahir.


17 tahun bukan waktu yang sebentar, gue bersyukur karena sudah bersama lu selama ini. Dulu waktu lu SD lu selalu ngadu di saat lu sedih atau lu senang, apapun itu lu selalu bilang ke gue setiap kali lu pulang sekolah. Tapi kenapa saat sebesar ini, lu malah menyembunyikan semuanya dari gue, gue bahkan tidak pernah tahu apa yang lu rasakan. Gue benci kenyataan bahwa gue tidak bisa melindungi lu sekarang.


Happy Birthday, gue sayang sama lu, maafin gue yang belum bisa nepatin janji gue buat selalu ada di dekat lu dan jagain lu. Gue harap lu selalu bahagia dimanapun lu berada sekarang. Harapan yang selalu lu impikan semoga menjadi kenyataan, pengecualian untuk keinginan lu yang ingin menikah dengan Chanyeol, gue yakin itu gak akan terjadi.


Sebenarnya masih banyak yang ingin gue tulis, tapi ini surat ucapan ulang tahun, bukan surat curahan hati gue, intinya gue berharap lu akan bahagia, sehat dan dalam keadaan baik-baik saja sekarang. Sampai kapanpun gue akan tetap mencari lu, dan akan tetap menyayangi lu.

Love you,

Min Suga

"Bang Suga pasti kangen banget sama Niki." Lirih Yoo Mi setelah membaca surat tersebut lalu menatap Jihoon yang kini sedang menjambak rambutnya frustasi.

"Kak Jihoon, are you okay?" tanya Yoo Mi yang kini menepuk bahu Jihoon, tentu saja Jihoon hanya membalasnya dengan menggelengkan kepala pertanda bahwa dirinya sedang dalam keadaan kacau.

"Kalo mau nangis, nangis aja kak. Cowok yang nangis itu bukan berarti cengeng ko. Gak usah di tahan, itu bisa bikin dada lu nambah sesak, gue tahu ko, di balik lu yang kuat menghadapi semua ini, lu adalah orang yang paling menderita karena merasa tidak bisa menjaga Niki dengan baik."

"Tapi lu salah kak, dia bukan cewek yang lemah ko, lu percaya kan? Dia cuma butuh istirahat, makanya dia ada di sini sekarang."

Jihoon hanya terdiam lalu air mata yang sedari tadi ia tahan mengalir membasahi pipinya.

"Gue orang pertama yang bakalan percaya bahwa Niki akan baik-baik saja, apalagi ada cowok hebat yang selalu ada di sampingnya,"

"Makasih banyak, Mi. Niki juga pasti bakalan bangga punya sahabat kaya lo, gue benar-benar bingung harus apa sekarang." Jihoon hanya mengepalkan tangannya sedangkan Yoo Mi kini sudah menatap Jihoon dari samping lalu menepuk bahunya untuk menguatkannya.



"Kita ikuti saja semua kejadian ini dengan sabar, kak, lagipula kalau kita percaya Niki bakalan sembuh dia juga akan cepat sembuh, kan? Gue gak mau kita menyerah di tengah jalan dan bikin dia berada di sini dalam waktu lama, gue mau berjuang apapun itu untuk kesembuhan Niki." Ucap Yoo Mi sembari menundukkan kepalanya berusaha untuk menahan tangisnya yang akan pecah, dan siapa yang tahu jika perjuangan mereka selama ini membuahkan hasil di kemudian hari.

My Psycopath Brother and My Love Story Donde viven las historias. Descúbrelo ahora