~39~

360 27 139
                                    

"Hubungan kita bakalan kuat kalo lu percaya sama gue, percaya kalo gue bakalan berjuang buat lu dan bakalan terus berusaha buat lu nyaman di samping gue, dan untuk tugas kita berdua adalah membangun kepercayaan itu bersama-sama

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Hubungan kita bakalan kuat kalo lu percaya sama gue, percaya kalo gue bakalan berjuang buat lu dan bakalan terus berusaha buat lu nyaman di samping gue, dan untuk tugas kita berdua adalah membangun kepercayaan itu bersama-sama. Gue rasa percuma kalo dalam suatu hubungan hanya satu pihak yang berjuang, dua kepala, dua hati, dua raga dan jiwa jadi satu itu tandanya kita sama-sama di persatukan untuk saling melengkapi." -Park Jihoon

----

Perpisahan, adalah kata yang paling menyakitkan dalam sebuah pertemuan dan juga kebersamaan. Sudah terhitung 1 bulan hubungan Niki dan juga Jihoon berakhir, mereka tidak pernah bertemu atau bahkan saling menghubungi satu sama lain, Jihoon memang menerima keputusan Niki untuk berpisah dengannya namun bukan berarti dia baik-baik saja sekarang. Ucapan Niki yang mengatakan bahwa Jihoon akan bahagia itu semua salah, bisa di bilang kehidupannya sekarang sudah mendekati kehancuran akibat ulahnya sendiri.

"Kenapa lu?" Tanya Woojin yang kini sedang sibuk dengan ponselnya, sedangkan Jihoon hanya mengacak rambutnya frustasi sambil sesekali menjambaknya dengan keras.

"Gue putus." Jawabnya yang membuat Woojin dengan segera menyimpan ponselnya dan menatap ke arah Jihoon dengan tatapan miris.

"Baru aja putus sama cewek, belum putus hidup, lu udah menderita kaya gini! Cewek bukan dia doang ya Ji! Berhenti bersikap bodoh hanya karena cinta!" Ujar Woojin yang membuat Jihoon hanya berdecak sebal lalu melangkahkan kakinya keluar dari markas.

Dengan langkah pelan Jihoon menyusuri trotoar tempat yang menjadi saksi bisu berakhir hubungan di antara keduanya, Jihoon menghela napas kasar dan terus menatap lirih ke arah jalanan yang sepi tanpa adanya orang yang berlalu-lalang, "Sadar Park Jihoon, kenapa lu kaya gini terus?" Batinnya sembari mengepalkan tangannya sebagai tanda bahwa ada amarah yang menguasai dirinya saat ini.

"Bang Suga," Suara itu membuat fokus Jihoon menjadi kacau, ia menoleh lalu mendapati gadisnya yang sedang berlari mengejar kakaknya dengan senyum yang terus terpancar di sudut bibirnya. Dia masih bisa bahagia sekarang, tapi tidak untuk Jihoon.

Jihoon kembali mengepalkan tangannya karena kesal lalu melangkah masuk ke dalam klub malam yang menyediakan berbagai macam minuman keras yang sama sekali tidak pernah Jihoon sentuh sekalipun.

Alunan musik yang cukup khas di gedung ini membuat semua pengunjung berlengak-lenggok dan terus menggerakan tubuhnya seperti tidak ada masalah yang menimpa hidup mereka sedikit pun, begitu juga Jihoon, yang kini sedang terduduk di meja bar dengan minuman yang berada di tangannya, sesekali perempuan penggoda mendekati Jihoon dan mengajaknya untuk bermain, namun Jihoon segera menolaknya dengan pikiran bahwa dia tidak ingin merusak kepercayaan Niki.

"Mau bermain tu-" Jihoon mendongak lalu menatap intens wanita yang di depannya, cukup jelas siapa yang baru saja mengajaknya berbicara, salah satu wanita yang membuat hidup Niki hancur karena ucapannya.

My Psycopath Brother and My Love Story Where stories live. Discover now