54 Musibah

3.4K 174 5
                                    

Jam sudah menunjukan pukul 10.32,Mas Dudi pergi setelah menuntaskan nya,aku turun ke bawah melihat ke tiga pegawai ku sedang bekerja,dan Dela sedang membuat gaun untuk elisa,aku menghampiri Dela.

"Apa senyam senyum?" Tanya Dela tiba tiba akupun mengulum senyumku

"Kamu di marahin Mas Dudi ya?" Tanyaku

"Iya gara gara kamu"

"Ko aku sih?" Tanyaku gak terima

"Engga deh,salah aku semua nya"
Akupun tertawa mendengarkan penuturan nya barusan

"Ini gaun punya elisa kan?" Tanyaku seraya aku mengangkat gaun itu sedikit melihat baik atau engga nya,dan nyata nya baru mengerjakan nya terlihat jika gaun ini akan sangat baik

"Iya" jawab nya acuh

"Marah nih marah,jangan gitu dong" godaku ke dela dan memeluk nya,diapun tersenyum

"Gitu dong" lanjutku lagi,sebagian pegawaiku ada yang bersih bersih lantai ada juga yang sedang menata baju baju di depan,aku masih bingung aku harus apa tapi setidak nya aku tidak bosan lagi menunggu suamiku pulang.

Aku sedang duduk di kursi kerjaku,memandang keluar yang sedang turun hujan,aku mengusap ngusap perutku 'bagai mana jika aku hamil lagi?' batinku berkata,aku tidak akan membayangkan bagai mana nanti,aku takut jika apa yang terjadi nanti tidak sepemikiran denganku saat ini,aku hanya memikirkan dulu,andai saja aku tidak menikah dengan Mario,mungkin saat ini aku sedang berbahagia bersama keluarga kecilku menikmati secangkir teh dan menghirup bau nya hujan yang membasahi tanah ini,tapi inilah takdirku,aku harus berbagi lelaki,atau mungkin mereka harus berbagi lelaki denganku,teruntuk wanita yang berbagi denganku,maafkan aku,jangan salahkan aku,keinginan ku bukan ini,keinginanku hanyalah bahagia,mengurus anak ku,dan juga suami yang seutuhnya mencintaiku tanpa harus berbagi,tiba tiba dering terlphone ku berbunyi membuatku tersadar dari lamunanku

"Hallo mas?"

"Hallo sayang,bisakah kamu ke rumah sakit pelita sekarang?" Tanya Mas Dudi,aku kaget langsung terperanjat saat mendengarkan rumah sakit

"Siapa yang sakit Mas?" Tanyaku panik

"Dira di sana,Mas juga gak tahu,ini Mas lagi di jalan sama Vevita"

"Baiklah" aku menutup telphone nya,dan segera menyambar tas ku

"Del aku pergi dulu,titip butik ya"

"Mau ke mana?" Teriak Dela saat aku sudah di ambang pintu

Hujan pun mulai reda dan aku sudah di depan butik aku bingung harus gimana,aku tidak punya kendaraan,aku segera membuka aplikasi di hpku lalu memesan ojek online,aku duduk kembali di teras depan butik ku sambil menunggu ojek,Dela pun menghampiriku

"Kamu mau kemana sih?" Tanya nya menepuk pundak ku

"Aku harus ke rumah sakit,Mba Dira di sana aku baru aja di telpon sama Mas Dudi"

"Ya ampun kenapa Mba dir ya?" Tanya lebay

"Yah Del aku juga gak tahu"

"Terus kamu nunggu apa lagi?"

Tiba tiba ojek datang

"Nah nunggu itu" akupun pergi

"Mba sheilla ya?" Tanya tukang ojek itu.

"Iya mas,ke RS Pelita ya" ujarku,dan segera menaiki ojek dan tidak lupa untuk pakai helm,perjalanan menuju RS Pelita memerlukan waktu selama 30 menit dan tidak terasa aku sudah sampai di depan RS Pelita,aku segera turun dan membayar ojek setelah ini aku pergi menuju ruangan

"Sus ruangan yang di tempati Dira Rahmawati dimana?" Tanyaku ke suster yang sedanv di depan

"Sebentar ya bu cek dulu" ucap suster itu mengotak ngatik komputernya dan tak lapa dia berkata

"Kamar untuk Ibu Dira 201 di lantai atas dan untuk Anak nya di sebelah kamar nya"
Aku terkejut bukan main medengarkan penuturan suster ini barusan

"Anak nya?" Tanyaku balik

"Iya ibu Dira di rujuk bersama Anak nya"

"Ok sus Makasih" aku segera ke lantai atas mencari kamar dan akupun menemukan kamar 201,aku membuka pintu itu dan terlihat Mba Dira terbaring kaku penuh dengan alat alat kabel yang menempel di hidung nya dan juga di badan nya,perban perban yang mengikat di kepala nya dan sudah terkena darah,aku menangis melihat Mba Dira seperti ini

"Mba...bangun Mba" hikss hikss
Pintu Rumah sakit terbuka dan itu 2 orang polisi

"Anda keluarga nya?" Tanya salah satu dari mereka itu

"Iya pak saya keluarga nya" ucapku berdiri dan menyeka air mataku

"Ibu Dira mengalami kecelakaan bersama seorang laki laki yang kami lihat di KTP nya bernama Vando"

"Iya itu anak nya"

"Vando,yang menyetir dengan kecepatan tinggi tidak bisa mengimbangi mobil yang akhir nya oleng "

Aku menangis dan keluar untuk meihat Vando dan tak lama Mas Dudi datang di sambut oleh polisi itu dan seperti nya polisi menceritakan kembli bagai mana kejadian nya ke Mas Dudi,Aku masuk ke ruangan yang di tempati Vando,dan kebetulan sekali di situ ada dokter yang masih memeriksa Vando

"Gimana keadaan nya dok?" Tanyaku menghampiri Dokter perempuan ini

"Vando mengalami patah tulang di kaki dan juga tangan nya"

"Lalu Mba Dira?" Tanyaku lagi

"Ibu Dira masih koma,dan dia mengalami luka berat di kepala nya"

Aku menangis melihat keadaan Vando yang berbaring tak berdaya seperti ini,tiba tiba pintu terbuka,Mas Dudi dan Vevita datang,Vevita menangis
Sangat histeris saat melihat sodara kandung nya seperti itu,Mas Dudi memeluk ku,dia begitu tegar meskipun aku melihat di mata nya berlinang air mata,dia mengelus kepalaku lembut membuatku lebih tenang.

Wanita Simpanan || SelesaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang