Seven

2.9K 249 11
                                    

"Ah, maafkan saya sudah tidak sopan masuk ke ruangan ini Tuan Jaehyun." Rose menunduk sembari berkata demikian.

Jaehyun menghampiri Rose dan meraih pundaknya. Dia menunjukkan senyuman malaikatnya.

"Rose berhenti menunduk, saya tidak marah padamu. Jika kamu tertarik untuk membaca, kamu bebas membaca buku-buku yang ada disini." Jaehyun berkata dengan lembut.

Mendengar suara Jaehyun yang lembut, Rose mengangkat kepalanya. Tepat di hadapannya Jaehyun tersenyum dan sekali lagi Rose terpikat akan pesonanya.

"Terimakasih Tuan Jaehyun." Rose tersenyum.

"Dasar, kamu masih saja memanggil dengan embel-embel tuan." Tangan Jaehyun yang awalnya berada di pundak Rose kini beralih ke kepala Rose dan membelainya dengan lembut.

Rose tidak menjawab perkataan Jaehyun, dia sibuk menetralkan detak jantungnya. Rose akui, dia sangat menyukai sikap Jaehyun yang manis ini.

Jaehyun menarik tangannya dari kepala Rose, dan hanya ada keheningan diantara mereka. Rose tidak tahan dengan keheningan yang terjadi, sehingga ia memilih untuk membuka suara.

"Ah, emm tumben jam segini tuan sudah pulang, apa ada masalah di kantor?" tanya Rose kepada Jaehyun.

Jaehyun tersenyum, "Tidak, pekerjaan di kantor selesai lebih cepat."

"Oh, kalau begitu nanti kita bisa makan malam bersama?" Rose bertanya dengan girang.

"Tentu saja Rose." Jaehyun tertawa melihat Rose yang bertingkah girang.

~•~•~•~

Seorang pria muda keluar dari kamar mandi dengan memakai jubah mandi dan rambutnya yang terlihat basah, Dia menggosok rambutnya dengan sebuah handuk.

drrtttt..... drrtttt.....

Ponsel miliknya bergetar yang membuatnya harus menghentikan aktivitasnya sejenak.

Dia mengambil ponselnya yang ia letakkan di meja, kemudian melihat nama yang tertera di layar ponselnya.

Raut wajahnya menunjukkan kekesalan, dengan terpaksa ia menerima panggilan tersebut.

"Ah, Tuan Jaehyun akhirnya kamu menerima panggilanku. Seharian ini kamu berusaha menghindariku ya? Huh jahat sekali!" Terdengar suara manja dari seorang wanita.

" ....." Jaehyun hanya diam, dia sama sekali tidak tertarik untuk membuka suara.

"Hah kenapa kamu selalu dingin padaku? Bisakah kita bertemu malam ini tuan?" Tutur wanita itu dari seberang.

"Ti..." Belum sempat Jaehyun menyelesaikan kalimatnya, wanita di seberang telepon itu memotongnya.

"Bukankah kau sudah lama tidak bersenang-senang Tuan Jaehyun? Aku akan memberimu kesenangan malam ini" Wanita itu berkata dengan nada yang menggoda.

"Bersenang-senang?" Raut wajah Jaehyun yang awalnya masam kini menunjukkan seringainya.

"Tentu saja tuan, jadi bag..." Kini Jaehyun yang memotong kalimat wanita tersebut.

"Baiklah" Jaehyun masih mempertahankan seringainya.

"Benarkah tuan kau mau datang? Di tempat biasa kan? Baiklah aku a.." Jaehyun mematikan panggilan secara sepihak, dia tidak tahan mendengar ocehan wanita yang sedang kegirangan itu.

~•~•~•~

//ROSE POV//

Kini Aku sedang duduk di meja makan, menunggu Bibi Seohe (kepala pelayan) dan pelayan yang lain menyiapkan makanan.

Sebenarnya aku agak tidak nyaman diperlakukan bak seorang putri seperti ini karena aku terbiasa melakukan semuanya sendiri.

Aku sangat senang menunggu makan malam kali ini, karena aku akan makan malam bersama Tuan Jaehyun. Sepertinya kegembiraanku ini sangat kentara.

Bibi Seohe menghampiriku "Sepertinya kau terlihat sangat senang nona." Dia berkata demikian sambil tersenyum, tetapi di balik senyumnya itu terlihat seperti ada kekhawatiran.

"Ah tidak kok, Bi." aku menjawabnya tanpa mengetahui arti dari raut Bibi Seohe.

Pandanganku teralih oleh suara langkah kaki yang menuruni tangga, senyumku berubah menjadi raut bingung.

"Tuan kenapa rapi sekali?" tanyaku kepada Tuan Jaehyun untuk menghilangkan kebingunganku.

"Ah maaf, mungkin lain waktu kita bisa makan bersama. Saya ada keperluan, kamu makan yang banyak ya Rose." jawabnya sembari membelai lembut rambutku tak lupa senyum yang mampu memikatku itu.

Setelah itu dia melangkahkan kaki keluar dari rumah tanpa memedulikan wajah kecewaku.

"Bibi Seohe saya mau ke kamar saja ya." ucapku dengan kecewa.

Ketika hendak melangkahkan kaki menuju kamar, ucapan Bibi Seohe menghentikan langkahku sejenak.

"Non lebih baik jangan, ambil kebebasanmu selagi bisa, jangan tertipu oleh iblis." ucap Bibi Seohe dengan suara bergetar ketakutan.

Sebelum aku membuka suara untuk bertanya Bibi Seohe pergi ke dapur meninggalkanku yang tengah kebingungan.


•_________________________•

❝ Tuan... Kau telah menanamkan benih pada hati yang gersang ini dan benih itu akan terus tumbuh dengan dirimu sebagai pupuknya ❞





TBC

Noted :
Kasih vote + komentar dong
Masa cuma diem-diem aja, kasih kritik, saran, atau tanggapan buat cerita ini
Biar aku semangat buat up nya:(
Terimakasih buat yg dukung sampai sini

HIMSELF (jaerose) [NC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang