2. kalau beneran, kenapa?

2.4K 624 84
                                    

Pemuda berobsidian kelam dengan penampilan rapih itu menghela nafas kasar, lalu mengacak rambutnya kemudian. Matanya tak ada henti-hentinya menatap seluruh kertas-kertas yang sudah ia lepaskan staplernya.

"Frustasi, pak?"

Sahutan itu membuat Yuvin, si pemuda yang sibuk dengan kertasnya, menoleh kepada asal suara.

Sekretaris himpunannya, Lee Hangyul sedang berdiri disana, membawa dua cup kertas dengan asap yang mengepul di atasnya.

"Lumayan." Jawab Yuvin lalu menghela nafasnya lagi, untuk yang kesekian kalinya. "Lo tau 'kan, kalau gue gak ngeteh apalagi ngopi?"

"Ini susu cokelat, pak." Hangyul tertawa kecil seraya mengulurkan cup kertas itu di hadapan Song Yuvin.

Yuvin tersenyum tipis, menerima cup yang berisi cokelat pekat berasa manis itu, kemudian mengesapnya pelan. "Berhenti manggil gue pake pak, Gyul."

"Habis lo kayak bokap gue sih, sibuk banget sama kertas sehabis menjabat jadi ketua proyek."

"Deadline yang maksa gue jadi kayak ansos gini, Gyul." Wajah Yuvin berubah masam. Pada akhirnya, ia menarik tangannya dari pena tumpukan kertas yang berserakan itu, dan membawanya tubuhnya untuk berbaring di karpet. "Lagian bisa-bisanya si Jinhyuk salah nulis anggaran di proposal. Harusnya udah bisa diajuin hari ini kalau dananya mau cair lusa. Tapi kalau salah gini, dananya jadi bisa cair minggu depan, deh."

"Santai santai." Hangyul menepuk-nepuk bahu sobatnya yang tengah menutup matanya dengan lengannya sendiri. Ia paham betul soal sulitnya berada dikeadaan dana yang belum cair padahal acara sudah hampir di depan mata.

Lalu, mata Hangyul beredar mengelilingi ruang sekte yang kosong melompong. Hanya ada beberapa tas yang nangkring di pinggiran tembok. "Terus, Jinhyuk-nya mana?"

"Ya pacaran, lah!" Yuvin mencibir. Kesal sekali karena ia kembali mengingat wajah Wooseok yang beberapa saat lalu, menatapnya dengan tatapan membunuh, seakan akan ia akan membunuh Yuvin di tempat karena sudah memarahi Jinhyuk-nya. "Emang acaranya masih lama sih, sebulan setengah lagi. Tapi bayangin kalau dananya cair minggu ini, kan minggu depan bisa jadi minggu tenang."

Hangyul terkekeh. Yaampun. Baru kali ini ia melihat temannya misuh-misuh sebegininya. Biasanya, Yuvin cuma mengeluh capek. Kemudian bilang kepadanya kalau ia baik-baik saja.

"Kayaknya lo stress banget sampai misuh sebegini banyak." Respon Hangyul kemudian. "Mending cari pacar deh. Biar bisa melepaskan penat sambil peluk-peluk. Gue yakin, si Jinhyuk juga lagi peluk-peluk Wooseok buat melepas stress."

Yuvin mendelik kesal. Dikira cari pacar itu mudah? Baginya, menulis proposal jauh lebih mudah daripada mencari pacar.

Tapi, omong-omong tentang pacar, Yuvin jadi teringat sesuatu. "Gyul, tadi Yohan nembak gue."

"Hah?" Persis seperti dugaan Yuvin, Hangyul mengernyitkan dahinya sambil memandang Yuvin heran. "Gue gak salah denger? Yohan? Mantan anggota himpunan? Yang cees-nya Seungyoun?"

Yuvin mengangguk-angguk sebanyak empat kali, mengikuti jumlah serentet pertanyaan Hangyul. Sementara yang bertanya menutup mulutnya saking kagetnya. "Ternyata gosip yang diceritain Dohyon ke gue emang gak salah."

"Oh, udah kesebar?" Yuvin tertawa renyah.

Sebenarnya tak heran kalau berita tentang mereka akan cepat tersebar seantero fakultas. Karena, Yohan maupun Yuvin adalah mahasiswa nyentrik; yang satu nyentrik bandelnya, yang satu nyentrik prestasinya.

Dua-duanya terkenal. Jadi, kalau ada satu gosip yang melibatkan salah satu dari mereka saja, akan tersebar dengan mudahnya.

Apalagi kalau melibatkan keduanya?

"Terus, gimana? Bukannya lo habis nolak Suhwan ya, bulan lalu?"

Hangyul ingat sekali, kalau Choi Suhwan, mahasiswa dari jurusan sebelah itu menyatakan perasaannya pada Yuvin bulan lalu. Tapi Yuvin tolak dengan baik, melontarkan alasan kalau Suhwan adalah teman baik Yuvin, dan sayang rasanya kalau ditimpa dengan status pacaran.

Selain itu, alasan lain Yuvin menolak cowok itu adalah karena.. Suhwan itu anak malam, yang sesekali minum minuman keras bersama teman-temannya.

Yuvin paling anti sama rokok, apalagi minuman keras.

Dan sungguh mengejutkan bagi Hangyul untuk mendengar kabar, jika Yohan, si pemuda dengan imej rokok dan alkohol itu menembak Yuvin.

Impossible. Tidak masuk akal.

"Ya jelas gue tolak, lah." Yuvin tertawa. "Pakai nanya lagi lo. Buat apa juga bawa-bawa Suhwan."

Hangyul mencibir. "Ya.. maksudnya, Suhwan agak lebih mending gitu, kalau dibandingkan sama Yohan. Kalau misalnya lo pacaran sama Yohan yang tiap ke kampus aja bawa amer... Gue gak bisa bayangin, dah." Hangyul bergidik, sambil menepuk-nepuk kepalanya atas pemikiran randomnya barusan.

Yuvin memiringkan badannya kearah Yuvin sambil menopang kepalanya dengan siku. "Tapi kalau gue beneran pacaran sama Yohan, emang kenapa?"

"Gak lucu, Vin!" Hangyul memukul bahu Yuvin karena reflek dan langsung mencubitnya juga. Astaga, sakit!

Tapi Yuvin malah tertawa. "Gue nanya beneran, tau."

"Dih, lo disantet Yohan, apa gimana? Vin, sadar! Dia perokok aktif. Setiap hari ngamer. Setiap hari dua bungkus rokok!" Ujar Hangyul gemas sambil mengetuk-ngetuk dahi Yuvin berkali-kali.

Yang disiksa justru mengeraskan tawanya. Tangannya hingga ia bawa untuk memukul meja dan memegangi perutnya. Astaga, Hangyul curiga kalau mahasiswa bernama Yohan itu memang benar mengirimkan Yuvin santet yang aneh-aneh.

"Vin, jawab ah! Gue beneran merinding, terus nethink ke Yohan nih jadinya!"

"Maap, maap!" Yuvin menyeka air matanya yang sedikit keluar saking lucunya reaksi Hangyul. "Ya Tuhan. Lucu banget respon lo, sumpah!"

"Bodo amat!" Umpat Hangyul kesal. "Jelasin woy, maksudnya apa?! Lo nerima Yohan?"

Yuvin menggeleng-geleng, masih dengan tawa gelinya. "Engga Gyul astaga, hahaha." Jawabnya sambil mengatur nafas.

"Terus maksudnya apa?"

"Gini," Yuvin akhirnya bercerita soal kronologi kejadian dimana Yohan menembaknya di teras kuning tadi siang. Bagaimana wajah kecewa Yohan terpampang jelas saat Yuvin menolaknya, membuat Yuvin mendadak memberikan jawaban lanjutan seakan ia akan mempertimbangkan pernyataan Yohan apabila Yohan menghentikan rokok dan alkoholnya.

Hangyul melengos tak percaya. Mulutnya terbuka lebar karena kaget.

"Wah, Vin. Jangan bilang... Lo tertarik sama dia?"

Yuvin menarik sudut bibirnya ke atas. "Mungkin?"

"Selera lo emang gak pernah bisa ditebak, Vin. Wah.. gila.. lemes gue dengernya."

nefarious  ☆  yuyo ft. junsang ✅Where stories live. Discover now