BAB 6 : GET YOU

380 42 1
                                    

Jika orang-orang yang merasa kesepian dikumpulkan menjadi satu. Apa mungkin rasa sepi itu akan menjadi hilang?

-Your Home-

...

Ketika september berakhir, apa yang ingin kamu lakukan?

Ketika bulan itu berakhir, apa lagi yang kau harapkan?

Tidak ada, ku berharap dapat mempunyai harapan seperti orang lainnya

Tertawa, bercanda tanpa beban

Tersenyum, tanpa harus berpura-pura.

Suara bass lembut melantun, bersamaan dengan suara drum dan gitar listrik yang begitu kuat ketika bagian reff mulai dinyanyikan. Radin, dengan setengah pasrah cowok itu menerima takdirnya untuk latihan band pertama kalinya meskipun tak dapat dipungkiri pula dirinya juga tampak menikmati sensasi dari memetik gitar yang berada di sandangannya.

Aku lelah, tidak tahukah kamu jika kuingin berteriak?

Hentikan semua. Tidak tahukah kamu aku ingin berisak?

Lubang gelap yang di dasar diri.

Aku terperangkap. Jauh, jatuh dengan sendiri.

"Tunggu!"

Suara gitar terhenti seketika begitu juga dengan drum dan vokal. Mic berbunyi dengan nyaring begitu ingin meletakkannya kembali ke tiang besi. Secepat mungkin Radin mematikan lalu menoleh ke pemilik suara yang menghentikan latihan ini seenaknya.

Rein, gadis itu tampak panik seraya meronggoh alat komunikasi yang berada di saku roknya. Tampak layar hp tersebut berkedap kedip begitu juga suara nada getar terdengar dari sana.

Rein sebagai pemain keyboard di posisi sudut kanan kini menunduk, memerhatikan si penelpon begitu juga pengirim pesan yang tanpa memberi jeda untuk dibalas.

Sam
Keluar
Jam segini lo udah pulang 'kan?
Gue mau ketemu lo, cepat.
Gue tunggu di depan gang.

Rein menahan napas seketika. Tampak wajah itu seakan memucat begitu juga dengan bibir yang seakan kehilangan rona. Ditatapnya tiga orang di hadapannya dengan ragu lalu memandangi layar kembali.

Sam, cowok itu sudah berada di gang rumah. Mustahil jika Rein mengatakan sedang latihan band hari ini. Ya, meskipun Sam juga pernah menjadi anggota disini namun tak ada yang tahu bahwa cowok itu sebenarnya kelewat egois. Hanya ingin menuruti keinginan sendiri tanpa mencoba memahami sedikit kehidupan orang lain.

Telepon maupun pesan harus diangkat dan dibalas dengan cepat. Jika ingin bertemu maka dirinya harus bertemu meskipun pada akhirnya bukan membentuk pertemuan menyenangkan seperti orang lainnya.

"Sam? Sammy maksud lo?" Rein tersentak seketika. Mendadak dirinya menoleh belakang begitu mendengar suara bass Dimas yang berbicara padanya. Tanpa permisi, cowok itu mencondongkan tubuh memerhatikan isi chat tersebut. "Lo ada kontaknya dia? Bukannya udah pada lost waktu dia menjauh dari kita?"

Rein menahan napas, kepala itu tertunduk seraya mencengkram hp dengan erat, tampak bergetar. "Sam lagi sibuk Dim, dia enggak mau diganggu."

"Enggak mau diganggu gimana hah?!" Tanpa dapat dikendali Dimas membentak gadis itu seketika. Rein tersentak, begitu juga dengan Dhei dan Radin yang sibuk membenarkan senar gitar itu kontan menoleh. Belum sempat Dhei menegur, Dimas mengacak rambut dengan gusar. "Gue sahabatnya! Bukan cuma sahabat, dia udah gue anggap abang gue sendiri! Tapi kenapa..."

Your Home [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang