BAB 33 : SILENT VOICE NOT HEART

205 31 3
                                    

Aku kehilangan suara namun tidak keributan
Aku kehilangan akal namun tidak dengan hati yang terluka

YOUR HOME

...

"Menang lagi ahaha!"

Suara gelak tawa terdengar dari anak berusia lima tahun terdengar, diletakkannya joystick yang berada di genggaman kini ke atas lantai. Perlahan Radin menoleh, mata bundar itu memerhatikan perempuan paruh baya di balik ambang pintu dapur.

Mama. Perempuan itu masih berkutat dengan pring cuciannya. Tidak kunjung selesai selama setengah jam yang lalu, keran air masih saja terbuka mengalir melalui telapak tangan yang terbuka itu.

"Ma?"

Perempuan paruh baya itu tersentak, begitu Radin menarik ujung bajunya. Wajah bundar itu mendongak, memerhatikan Mama dengan wajah polosnya. "Mama melamun lagi."

"Ah!" Perempuan itu tertawa pelan, raut wajah lembut bersamaan dengan pandangan teduh itu benar-benarmenurun pada seorang Radin tanpa dapat disangkal lagi.

Radin tertunduk, begitu telapak tangan basah Mama mengacak rambutnya. "Mama enggak melamun, Mama lagi nyuci piring."

Radin menggerutu. "Daritadi Mama cuci piring."

"Kamunya yang enggak sabaran," sanggah Mama menatap jail, lalu merunduk, memposisikan tubuhnya setinggi Radin. "Radin lapar? Mau Mama buatin cemilan malam lagi?"

Radin menggeleng, menatap sayu. "Radin mau Mama ikutan main game sama Radin. Enggak enak sendirian. Papa juga belum pulang kerja sampai sekarang."

"Ululu..." Mata bundar Radin terpejam seketika begitu kedua tangan Mama menangkup wajahnya  lalu mendaratkan ciuman tepat di dahi. Mama menyengir, lalu kembali menyelesaikan kembali pekerjaan yang sempat tertunda. "Radin tunggu aja di ruang tengah ya, nanti setelah selesai Mama main sama Radin, oke?"

Dan hingga silih hari berganti, minggu, bulan terus berlalu. Malam yang awalnya terasa hangat karena kehadiran Papa dan Mama, kini sirna.

Tak ada malam hangat yang dipenuhi gelak tawa, tak ada malam yang dipenuhi dengan komunikasi dan  tak ada kejailan-kejailan yang membuat semakin memperat keluarga kecil tersebut.

Semuanya berganti, seakan berbanding terbalik. Dulunya Papa yang hanya sibuk bekerja dengan urusan kantornya kini ditambah juga dengan Mama. Meskipun berada di kantor yang berada dan urusan yang berbeda namun kedua orang itu selalu sibuk dengan rutinitasnya.

Makan malam yang selalu dilakukan bersama kini dilakukan oleh masing-masing orang dan hanya sesempatnya. Ruang keluarga yang biasanya digunakan untuk bercanda dan  bermain bersama kini seperti ruang kerja, setiap anggota keluarga sibuk dengan rutinitas masing-masing yang dipunya. Dan satu hal menyakitkan...

Gelak tawa dan obrolan yang hangat kini digantikan oleh suasana pertengkaran yang menimbulkan suasana dingin tiada habisnya. Suara bantingan barang, teriakan antar satu sama lain yang membentak kini sudah menjadi pemandangan buruk yang tidak dapat dialihkan lagi.

Bahkan hingga akhirnya kedua orang itu berpisah, tidak juga dapat mengubah keadaan. Mama yang awalnya selalu berbicara hangat dan melontarkan senyum padanya kini begitu sulit dilihat, raut wajah kaku dan keluhan yang tiada habisnya malah menjadi percakapan sehari-hari yang diterima oleh Radin.

Your Home [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang