Awal Dari Kesuksesan

4 0 0
                                    


Cuaca yang cerah, gowesan sepeda yang kuat menuju tempat dimana Gani ingin menimbah ilmu. Jarak bukan halangan baginya untuk terus belajar. Disaat orang lain menggunakan motor maupun mobil pribadi, namun Gani hanya menggunakan sepeda sebagai kendaraannya untuk pergi ke kampus. Dia tetap bersyukur, dalam pikirannya dia masih beruntung, karena diluar sana masih banyak yang belum diberikan kesempatan untuk mendapatkan hal sama bahkan lebih seperti dia.

Memasuki gerbang kampus dan men standarkan sepeda, Gani bergegas menuju ruangan.

langkah kaki yang tergesa-gesa menaiki tangga, menandakan kelas telah dimulai. Benar saja saat sampai di lantai menuju ruangan kelasnya, beberapa teman mahasiswanya sedang duduk bersantai ditangga.

"Kalian ngpain, dosen sudah masuk belum ?" tanya Gani ke teman-temannya

"Sudah Gan, kelas sudah mulai. Dosen juga udah masuk, percuma udah alpa kita" jawab salah satu temannya.

Gani yang mendengar perkataan temannya merasa kecewa, namua Gani tetap memberanikan diri untuk izin kepada dosennya untuk tetap masuk, walaupun resikonya absennya telah terlewatkan.

"Permisi Bu, maaf saya terlambat" kata Gani.

"yah sudah, silakan masuk. tapi kamu sudah tidak ibu absen" jawab ibu dosennya.

Gani pun masuk dan tetap mengikuti materi perkuliannya. walaupun dianggap alpa, setidaknya dia mendapatkan materi hari. Bagi Gani kuliah bukan hanya sebatas absen dosen melainkan ilmu yang didapatkan dari materi dosen juga sama pentingnya.

Waktu menunjukan kelas telah berakhir, menandakan aktifitasnya di kampus telah selesai. Di saat jam perkulian telah selesai, teman-teman Gani mengajaknya untuk nongkrong untuk melepas penat, namun Gani menolaknya dan lebih memilih pulag. Dalam hatinya Gani pun ingin bergabung, dan menikmati masa mudanya bersama teman-temannya.

Hal yang membuat dia tidak dapat bergabung adalah setelah pulang kuliah Gani melanjutkan kesibukannya dengan berjualan es cendol sebagai tambahan biaya hidupnya selama berkuliah, karena Gani tidak ingin merepotkan orang tuanya. Dagangan es cendol yang dijual pun bukan milik Gani, melainkan milik orang lain. Gani hanya berkerja paruh waktu walaupun hasilnya tidak seberapa.

Di Selah-selah kesibukannya, Gani selalu membawa buku catatan kuliah sebagai bahan belajarnya.

Saat berjualan, terkadang teman kampusnya maupun dosennya melihat dan bahkan ikut membeli es cendolnya. namun dia tidak pernah merasa malu maupun merasa minder. Karena menurutnya, setidaknya dia bekerja dengan halal dan tidak merepotkan orang lain.

Saat berjualan, dia melihat sesama temannya bahkan remaja seumurannya berjalan dan bergandeng tangan, layaknya seorang pasangan.

"Kapan aku juga dapat menggandeng seorang wanita seperti mereka dan memperkenalkan kepada orang tua ku" Dalam pikiran Gani.

namun dia kembali berfikir, dia hanya seorang yang berasal dari keluarga sederhana, mana ada yang mau dengan dirinya. hal itu terkadang yang membuat dirinya terlihat kaku saat berhadapan dan berbicara dengan seorang wanita.

Pikiran itu terkadang akan hilang dan dia kembali bersemangat ketika dia mengingat pesan orang tuanya.

"jika kamu sukses, bukan kamu yang mencari wanita,melainkan wanita yang akan mencarimu. Selain itu jodoh pun sudah ada yang atur, sekarang kamu harus focus menuntut ilmu dan membahagiakan orang tuamu terlebih dahulu" mengingat pesan orang tua gani.

Suara Adzan Magrib berkumandan, Gani pun bergegas pulang dan menyerahkan gerobak serta hasil jualannya ke pemiliknya. Tak lupa sebelum pulang Gani pun mampir ke Masjid untuk melakukan Sholat terlebih dahulu. Gani tidak lupa menjalankan tugasnya sebagai umat Islam yaitu beribadah.

"Sesibuk apapun, se lelah apapun tubuh ini dan sesulit apapun kehidupan jangn perna lupa untuk mengingat dan menjalankan apa yang telah diperintah Allah" Dalam benak pikirannya.






No Pain No GainWhere stories live. Discover now