Beginning

67.4K 3.2K 171
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


🌷🌷


Suara pukulan keras dan kepala yang membentur lantai bergema di ruangan itu. Lima pria terikat di kursi lengkap dengan lakban di mulut mereka.

SRAK

Lakban ditarik paksa membuat pria terikat itu meringis, tak lengkap hanya dengan melihat itu, ia kembali ditendang hingga kursi yang ia duduki terjengkang bersama tubuhnya yang lemah karena habis kena pukulan.

Pria berjas biru tua itu mengangkat dua jarinya ke atas, pandangannya lekat pada empat pria yang masih duduk nyaman dengan mulut dibekap dengan lakban. Mengerti arti dua jari itu, seorang pria yang berdiri di sampingnya menyelipkan sebuah rokok dan memantiknya sekali pantik.

Pria berjas biru tua menghisap rokok di antara dua jarinya lalu mendekati pria yang tercampak di lantai.
“Kau salah memilih teman bermain,” ucapnya disertai kepulan asap rokok dari mulutnya. Pria yang masih berada di lantai itu bergetar takut tatkala pria berjas biru tua mendekatkan rokoknya yang masih menyala.

“Aku tidak pernah menyangka jika anak buah Mattow mempunyai kulit sebersih ini,” desisnya.

“Ampuni aku..” Pria berjas biru tua tersenyum miring mendengar permohonan pria di bawahnya.

“Jangan takut, aku hanya akan menghias wajahmu, pernah dengar tato? Aku akan menghadiahkannya untukmu,” lanjutnya kemudian tanpa menunggu ia menekan rokoknya ke wajah pria di bawahnya tanpa belas kasihan.

Pria berjas biru tua itu terkekeh puas melihat hasil dari karyanya, wajah pria di bawah kakinya melepuh, memerah dan mengelurkan darah.

🌷🌷

Gadis berhoodie pink itu menyelipkan rambutnya ke belakang telinga. Disaat semua teman kelasnya sudah pergi untuk pulang, gadis itu masih saja menyempatkan diri untuk menuangkan inspirasinya ke dalam sebuah kertas. Ia suka menulis, suka mengarang, suka dengan hal-hal yang berkaitan dengan jiwanya yang tenang. Ia suka tenggelam dengan dirinya sendiri.

Melihat hujan membasahi jendela kaca, ia segera menutup buku-bukunya, membawa alat tulis dan kertasnya untuk dijejalkan ke dalam tas. Gadis itu melangkah keluar lalu mendorong payung untuk terbuka. Menatap langit yang menghitam, ia segera berlari ke pinggir jalan dengan payung di genggaman tangan.

Beberapa remaja yang ia pastikan dari sekolahnya tengah bercanda ria di halte, ia memilih menjauh, melangkah mundur dan menyembunyikan diri.

Hujan semakin lebat, ia menatapi percikan air yang menetes dari payungnya. Menoleh, ia mendapati seorang pria tinggi tengah berdiri di sebelah tubuhnya. Pria itu bergeming, menatap lurus rerintikan hujan yang membasahi jalanan.

Merasa kasihan, gadis itu mendekat, mengulurkan payungnya. Pria itu memutar tubuh, menatap gadis yang rela menjinjitkan kaki demi melindunginya dari terpaan hujan. Pertama kalinya ia terkesima pada seorang perempuan dari cara mereka saling bertatapan dan senyum tipis gadis itu yang seolah mengatakan. ‘Aku bersedia berbagi perlindungan untukmu’.

Terlalu lama bertatapan, pria itu memutuskan bicara.

“Pakai saja untukmu.” Gadis itu menggeleng, lebih menjinjitkan kakinya.

“Paman juga butuh payung.” Pria itu melebarkan matanya. Rasanya aneh saat jantungnya berdebar hanya dengan mendengar suara lembut dari gadis berhoodie pink sebatas lutut.

Tidak nyaman dengan melihat jinjitan gadis itu, ia kemudian menarik payung lalu membawa tangannya merengkuh tubuh mungil itu lebih dekat padanya. Tanpa sebab gadis itu merona membuat kening sang pemegang payung berkerut, beraninya jantung itu bertalu-talu, dan beraninya gadis itu mencuri perhatiannya.

“Siapa namamu?” Gadis itu mengigit bibir. Ia sekarang paham bahwa hanya dengan mendengar suara berat dan serak itu, ia mengetahui bahwa pria itu mempunyai sifat dominan yang besar. Jadi saat pria itu bertanya, ia harus segera menjawab.

“Melissa..”

Pria itu tersenyum tipis di balik masker penutup mulut yang ia kenakan, ia tahu apa akibat jika mereka bertukar nama, jadi sebelum gadis itu menanyakan hal yang sama, pria itu segera menyerahkan payung lalu berjalan cepat pada sebuah mobil hitam mengkilat yang berhenti untuk menjemputnya.

Pria itu tersenyum tipis di balik masker penutup mulut yang ia kenakan, ia tahu apa akibat jika mereka bertukar nama, jadi sebelum gadis itu menanyakan hal yang sama, pria itu segera menyerahkan payung lalu berjalan cepat pada sebuah mobil hitam m...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Jeon Jungkook as Jeon Jonas

Lalisa Manoban as Melissa

Don't judge, just read and enjoyed!

See ya love~

MY PINKY✔Where stories live. Discover now