Thunder

11.1K 1.3K 161
                                    


Enna menunggu Melissa pulang, pertama kalinya gadis itu keluar degan temannya pada malam hari, dan itu tentu saja membuat Enna khawatir. Jadi saat mendengar deru mesin mobil, ia terburu-buru menghampiri pintu. Ia terpaku tatkala menemukan Jeon Jonas tengah menggendong Melissa sembari memasuki rumah, ia melangkah mundur, menundukkan kepala tidak berani bertatapan lama dengan Tuan rumah.

Ada Ben juga di sana, mengekor dan menyuruhnya membuat teh madu, untuk Melissa ketika gadis itu sadar.

“Magg, kau jadi seperti Paman Jeon.” Melissa melenguh ketika ia dibaringkan di tempat tidurnya.

Melissa memeluk gulingnya, menyingkirkan boneka simba. Menggumam tidak jelas dan mendongak tatkala mendapatkan sapuan hangat di pipinya.

“Magg..” Sapuan itu berhenti lama di pipinya. Melissa mengerucutkan bibir, merasa bingung mengapa Maggie melakukannya.

“Maggie..”

It’s me..” Sapuan hangat itu menjadi sangat rapat, Melissa membawa tangannya menyentuh tangan itu, mengapa tangan Maggie jadi sebesar ini? Terkekeh karena merasa ini lucu, Melissa akhirnya mendorong tangan itu menjauh. Minuman itu ternyata membuatnya tidak berpikir wajar. Karena kantuk yang mendera, ia akhirnya menutup mata, memilih tidur sehingga besok ada Jeon Jonas di sisinya.

🌷🌷

Ketika pagi datang, Melissa meringis memegangi kepalanya. Seperti ditimpuk batu besar, ia merasa sakit luar biasa. Masih berputar seperti malam itu, tapi saat menemukan Enna duduk di tepi ranjang, ia mengerjap dan bangkit, bersandar di kepala ranjang.

“Aku buatkan teh madu.” Enna berujar.

“Maggie di mana?” Itu yang Melissa tanyakan pertama kali.

“Maggie, siapa?”

“Temanku, dia ke sini semalam, mengantarku pulang.”

“O-ah…” Enna mengangguk. “Langsung pulang ketika kau tidur.”

Melissa memegangi kepalanya ketika beringsut turun dari ranjang, mengambil ponsel dari tas. Menghubungi Maggie yang ternyata tidak mengangkat panggilannya.

Sadar ini hari sekolah, ia mendecak, melangkah ke kamar mandi sebelum Enna memanggilnya.

“Jangan sekolah jika kau masih merasa pusing.”

“Aku harus sekolah, bertemu Maggie.”
Enna hanya mengangguk setelah mengembuskan napas berat.

“Jangan lupa minum teh madunya.”

Di kamar mandi, Melissa memegangi pipinya, bekas tangan itu, kelembutan itu, hanya halusinasi. Melissa tidak mau memikirkan itu. Jadi saat pancuran menyala, ia berharap air dingin itu membawa semua pikiran-pikiran tentang Jeon Jonas, hubungan mereka yang renggang dan segala hal mengenai kegilaannya saat rindu itu membuncah.

Melissa turun ke bawah dengan ransel setelah selesai bersiap-siap, gelas berisi teh madunya telah kosong, ia genggam di tangan kanan. Ada Enna dan pelayan lainnya mengisi meja dengan banyak menu sarapan, seperti biasa yang Melissa lihat di pagi hari. Tapi semuanya sudah tidak sama, pria yang selalu tiba lebih dulu di bawah, menggenggam koran, menyesap teh, menunggunya agar sarapan bersama dan..

Melissa berbalik menatap pintu kamar itu. Sepi. Pria itu tidak kembali. Bahkan setelah ancaman itu.

Melissa tidak pernah benar-benar ingin pergi. Berada di rumah ini, dengan sisa aroma Jeon Jonas, sisa kebersamaan mereka yang lampau, Melissa ingin menguncinya rapat, sebab kepergiannya dari sana akan menghapus semuanya dengan mudah, dan Melissa tidak ingin itu terjadi, membayangkan itu saja tidak sanggup.

MY PINKY✔Where stories live. Discover now