[14] Perdebatan

3.2K 565 35
                                    

Aku dan Beomgyu saat ini duduk di kursi halaman sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku dan Beomgyu saat ini duduk di kursi halaman sekolah. Tepatnya di dekat tangga masuk gedung. Kami berdua memakan pastry bersama-sama seraya menikmati hembusan angin.

Aku memandang lapangan hijau di depan sana. Sedangkan Beomgyu, lelaki itu lebih memilih untuk memandang sepatunya.

Aku sudah beberapa kali menegur agar tidak terus-terusan menunduk. Tetapi Beomgyu tetap saja menunduk, tidak memperdulikan teguran ku.

Saat sedang sama-sama diam. Tiba-tiba saja, Guanlin dan Chenle datang. Tangan Guanlin langsung menarik lengan Beomgyu, membuatku dan Beomgyu tersentak dan langsung berdiri.

"Enak sekali bersantai disini, bukannya kau harus membawakan ku makanan?" Kesal Guanlin.

Kulihat, Beomgyu hanya diam dengan kepala sedikit tertunduk. Sesekali kudengar dia meringis karena Guanlin mencengkram lengannya sangat kuat.

"Ya! Lepaskan!" Aku menghempaskan tangan Guanlin dari lengan Beomgyu. Aku tidak ingin Beomgyu kesakitan karena ulah Guanlin.

"Ya! Berani kau berteriak pada kami?" Omel Chenle.

"Berani, buat apa aku tidak berani? Aku bukan orang  yang akan diam saja saat melihat temanku sedang ditindas!" Balasku menyentak.

"Ya! Kau bisa bicara biasa saja?!"

Aku langsung meringis saat Chenle mencengkram kuat pergelangan tanganku. Demi apapun, cengkeramannya sangat kuat, aku tidak bisa menahan rasa sakitnya.

"Lepaskan!"

Chenle dan Guanlin sedikit kaget saat Beomgyu dengan beraninya menyentak sambil melepas cengkeraman Chenle dari tanganku. Beomgyu berdiri tepat dihadapanku, seakan-akan sedang melindungi ku dari orang jahat.

"Kau berani?" Tanya Chenle dengan nada menantang.

Bugh.

Aku menutup mulut. Kaget, saat Chenle melayangkan tinju ke pipi Beomgyu, sehingga membuat Beomgyu langsung tersungkur.

"Beomgyu-ah!"

Dengan cepat, aku berjongkok. Beomgyu meringis kesakitan seraya memegangi pipinya yang terkena tonjokan. Demi apapun, saat ini juga aku ingin membuat Chenle masuk rumah sakit karena sudah berani melukai Beomgyu yang keadaannya lemah.

"Ya! Chenle! Apa yang kau lakukan hah?!" Bentakku, menatap tajam Chenle. Sementara Guanlin, dia melipat tangan di dada, sangat santai. Sepertinya dia menikmati kejadian barusan.

"Memukulnya," jawab Chenle.

"Beomgyu-ah, kau baik-baik saja, kan?" Tanyaku. Beomgyu mengangguk perlahan, lalu, ku bantu dia berdiri.

"Dasar manusia tidak punya hati!"

"Apa kau bilang?" Tanya Guanlin. Sepertinya dia tersinggung dengan ucapan ku barusan.

"Manusia tidak punya hati!" Ulangku sekali lagi, sedikit menekan kata.

"Dasar perempuan menyebalkan!"

Plak.

Kepalaku reflek tertoleh saat Guanlin menamparku dengan cukup keras. Kurasakan perih menjalar dipipi kiriku. "Lain kali jaga ucapanmu, ya!" Sentak Guanlin.

Aku kembali menatap tajam Guanlin. "Berani sekali kau menyakiti perempuan," ucapku.

"Kenapa aku harus tidak berani?"

Baru saja aku ingin membalas perkataan Guanlin, mendadak tubuh Beomgyu semakin berat. Aku langsung panik. "Gyu!" dengan sekuat tenaga, aku tetap menahan tubuh Beomgyu yang semakin melemah. Lelaki itu sepertinya sudah tidak kuat berdiri lagi. Kepalanya tetap tertunduk. Tidak ikut melawan saat Guanlin menampar pipiku.

"Dasar penyakitan!" Cerca Chenle yang membuatku langsung mendelik ke arahnya.

"Kenapa? Ingin marah? Bukannya dia memang penyakitan?" Ucap Guanlin bertanya.

Setelah mengatakan itu, mereka berdua segera pergi meninggalkanku dan Beomgyu. Sekarang aku yakin, mereka memang tidak punya hati. Buktinya tidak membantu Beomgyu sama sekali.

"Kak Suha."

Aku menoleh ke sumber suara. Dari arah lain, terlihat Jisung berjalan ke arahku yang sedang menahan Beomgyu dengan cara satu tangan Beomgyu terkait di leherku.

"Kak Beomgyu kenapa?" Tanyanya setelah menghampiri.

"Tadi ada masalah."

"Terus, pipi kak Suha kenapa memerah seperti itu?"

"Ditampar Guanlin."

Jisung tersentak. "Ditampar? Kak Guanlin?" Tanyanya. Aku mengangguk perlahan. Seketika raut wajah Jisung berubah seperti orang yang sedang menahan marah.

"Kak Guanlin," geramnya. Saat Jisung akan membalikan badan, aku langsung mencegahnya.

"Jisung-ah! Kau bilang, jangan cari masalah dengan Guanlin. Sebaiknya kau simpan saja kemarahanmu itu," cegah ku.

"Tapi dia─"

"Kau yang bilang seperti itu padaku, 'kan?"










+×+

[✓] DEARGYUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang