『34』υηgкαραη

1.6K 121 9
                                    

Happy reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading

¸¸♫·¯·♪¸¸♩·¯·♬¸¸

"Gue masih nggak terima sama perlakuan Aldi!" Salsa sedikit melempar garpunya.

"Dari awal juga gue kurang suka sama sikapnya dia," timpal Maura.

Kali ini mereka bertujuh berada di kafe Pelangi. Tempat biasa mereka berkumpul. "Udah dong, kalian malah buat Clarissa jadi sedih lagi." Abi mengelus bahu Clarissa.

"Nggak usah modus lo, Bambang!" semprot Reza.

"Semua cewek aja, Bi, lo usap-usap," timpal Fadlan.

"Hanya manusia-manusia sirik yang seperti ini. Tak patut!" Abi membalas cibiran kedua temannya.

Clarissa terkekeh. "Tuhan itu baik, buktinya dia cepat nunjukkin kalau Aldi itu jahat."

"Iya, Ris, mulai sekarang jangan sedih lagi. Kan ada gue di sini." Abi menatap mata Clarissa.

"Apaan sih, Bi?" Clarissa merasa salah tingkah.

"Ehm ... nggak mau diresmikan aja, Bi? Nanti keburu di ambil orang lagi," goda Ririn.

"Gaskeun, Bi!" sahut Fadlan.

"Jangan di sini, Bi, gue tahu lo gugup." Reza tertawa.

Wajah Clarissa bersemu merah mendengar godaan teman-temannya. Entah apa yang ia rasakan.

Abi mendengus sebal, ia sudah menyusun rencana. Tapi dari pada terlalu lama, lebih baik sekarang saja.

Clarissa, you will be mine!

"Ris, bisa ikut gue sebentar?" Abi berdiri dari duduknya.

Clarissa mendongak, menatap Abi. "Bisa," jawabnya.

Mereka berdua berjalan bersisian, kebetulan kafe ini memiliki dua tingkat. Tingkat paling atas adalah tempat outdoor.

Dan yang lebih mendukungnya lagi, saat ini senja. Langit berwarna jingga kemerahan, rasa hangat menyelimuti mereka.

Abi dan Clarissa menduduki salah satu kursi di pojok ruangan. "Ada yang mau gue bicarain, Ris," ucap Abi serius.

Clarissa mengangkat alisnya, seolah berkata 'apa'.

"Gue suka sama lo, dari awal gue sadar, gue nggak bisa tanpa lo," tuturnya.

"Gue juga, lalu?" tanya Clarissa.

Abi menghela napas, berusaha mengusir rasa gugup yang menjalari hatinya.

"Gue cuma mau ungkapin itu, Ris. Gue mau mengklaim lo jadi milik gue, tapi bukan sekarang. Waktunya belum tepat." Abi menundukkan wajahnya.

"Gue nggak ngerti." Clarissa mengernyit, tak bisa menangkap maksud dari ucapan Abi.

"Gue harus kuliah di Australia, ayah udah daftarin gue di sana. Bagaimanapun juga, gue harus jadi cowok yang sukses dan mapan. Gue ... nggak sanggup kalau harus LDR," jelasnya.

WAVER [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang