LAPANGAN BASKET SEPULANG SEKOLAH

17 0 0
                                    


Siang ini udara disekitar terasa sesak memenuhi rongga paru paru gue. Ada perasaan yang tiba tiba menusuk relung hati. bahkan sakitnya terasa di setiap nadi.

Sebuah hal yang sama sekali gue gak ngerti apa ini. Perasaan apa ini.

Ini hanya terasa menyesakkan, tapi..

Apa ??

Semua berawal di siang sepulang sekolah, tepat di lapangan basket, tepat dimana Ipat yang rela kuenya hampir jatuh karena gue, tepat dimana gue menuruti firasat gue sendiri, tepat ketika gue berdiri disini, beberapa menit yang lalu.

Hal yang menuntun gue untuk melihat Uwi, dengan senyum dan tawanya yang sudah hilang dari hidup gue selama 2 minggu ini. 

Senyum dan tawa yang selalu jadi obat buat gue. Tepat dihadapan gue sekarang, dia kembali seperti dulu, seperti Uwi yang gue kenal.

Uwi kembali dengan senyumnya, senyum yang sama ketika kami masih melempar tawa di bangku tempat kita, senyum istimewa dari seorang wanita yang setia duduk didepan gue dengan semua keonaran kita, kenangan kita, dan hari kita.

Gue sangat bersyukur, hari ini bisa melihat semua perpaduan itu kembali.

Walau untuk yang terakhir kali.

"Setidaknya pernah ada, satu masa, dimana senyum itu tak bisa ternilai dengan kata"

Ahmad.

Teman sekelas gue, ketua kelas gue.

Begitu dekat, sedekat hal yang bisa menghancurkan semua senyum yang telah gue bangun bersama Uwi

Mereka berjalan beriringan dengan senyum dan wajah gembira dalam diri mereka, menikmati setiap moment yang mereka ciptakan berdua sambil berjalan menuju arah gerbang sekolah. Hal yang sangat ingin gue lakukan dengan Uwi.

"Nggak !!! itu harusnya jadi moment gue"

"Tapi gue bisa apa??..."

Nisa berjalan dibelakang mereka, mungkin hanya dia yang tau kehadiran gue, mungkin juga tidak, gue gak peduli. Gue hanya terpaku, pandangan gue tak lepas dari kedua sosok yang....

Entahlah, gue gak tau harus bagaimana menggambarkan kata yang tepat untuk dua orang ini. Disatu sisi gue sangat senang Uwi sudah kembali, tapi disatu sisi, ada hal yang tak bisa gue ungkapkan ketika melihat kenyataan didepan gue ini.

Ini tak lagi terasa menyesakkan, ada hati yang terasa remuk, seperti sudah hancur tanpa sisa sedikitpun.

"Samid !!!!"

Gue kaget dan menoleh kearah Ipat yang memanggil gue. 

Ipat coba tersenyum dari pojokan angkot, seperti biasa dia duduk dihadapan gue.

Ahhh... ternyata aku melamun lagi, tentang kejadian yang baru saja terjadi. Padahal sudah sejauh ini angkot membawa gue pergi, tapi pikiran gue masih tertinggal disana

Kenapa aku tak bisa melupakannya, ini terasa menyakitkan, tapi ini apa ? aku harus apa ? apakah ini patah hati ?

Mungkin... tapi.... iya.... pasti.... ini patah hati.

Gue menoleh ke arah Ipat dan mencoba membalas senyumnya. Senyum yang gak bisa gue gambarkan lagi sakitnya..

Gue hanya berharap 

Semua yang terjadi hari ini hanya mimpi

Semoga aku bisa lekas terbangun dan melihat Uwi didepan gue lagi

Dengan senyumnya, tawanya, dan tingkahnya

Aku menarik nafas dalam dalam, kurasa pipiku mulai basah dengan sendirinya, hatiku masih sakit tak karuan rasanya, apakah ini benar benar patah hati ??

When I See YouWhere stories live. Discover now