Mie Ayam Tanpa Ayam

2.4K 189 7
                                    

Sepulangnya dari gubuk ajar Revan dan kawan-kawannya langsung menuju salah satu pusat perbelanjaan di kota Jakarta.

"Menurut loe bagus ini atau ini?" Tanya Revan saat memilihkan barang untuk mbok Sumi. Karena besok mbok Sumi ulang tahun. Hampir setiap kali perempuan paruh baya itu ulang tahun, Revan memberinya hadiah. Zefan dan Rizki menggeleng karena tidak tau mana yang lebih bagus, membuat Revan mendengus kesal karenanya. Revan kembali memilah mana yang bagus, setelah beberapa menit akhirnya ia cocok dengan pilihannya. Ia segera membayar barang tersebut. Setelahnya ia mencari kue.

"Gue lapar, nggak ada acara makan dulu apa ini?" Tanya Zefan setelah mereka membeli kue. Saat ini ketiganya berada di salah satu tempat aksesoris.

"Makan mulu heran gue, perut loe nggak ada kenyangnya." Ucap Rizki. Sedangkan Revan masih sibuk mencari gelang.

"Ya kan udah lapar lagi ini Ki." Rengek Zefan sambil memegangi perutnya.

"Van udah belum sih, lama bener loe liat nih si Zefan udah mau pingsan." Ucap Rizki pada Revan.

"Iya bentar ini." Revan mengambil tiga gelang hitam dari tali dengan liontin batu kecil. Ia segera membayar gelang tersebut, sedangkan Zefan dan Rizki menunggu di tempat tadi. Selang beberapa menit, Revan kembali.

"Ini buat loe dan loe" Revan memberikan gelang tersebut untuk Rizki dan Zefan.

"Dalam rangka apa?" Tanya Rizki heran sambil menerima gelang itu.

"Nggak dalam rangka apa-apa cuma mau ngasih aja, buat tanda persahabatan kita." Ucap Revan yang memakai gelangnya.

"Tumben loe sweet gini?" Tanya Zefan sambil melihat-lihat gelang miliknya.

"Udah nggak usah banyak protes loe berdua pake aja tuh gelang." Rizki dan Zefan langsung mengenakan gelang tersebut.

"Sederhana sih, tapi gue harap barang ini nggak akan hilang, meskipun nantinya gue yang hilang dari hidup kalian." Rizki dan Zefan terdiam karena lagi-lagi mereka mendengar penuturan Revan yang seakan akan meninggalkan keduanya. Mereka tak suka jika Revan mengatakan hal tersebut. Revan tersadar ucapannya barusan tidak di sukai oleh kedua sahabatnya.

"Gue ngomong apaan dah hehe, katanya loe laper kan Zef?" Zefan mengangguk.

"Kalo gitu makan tempat biasa nggak sih yuk, kangen gue." Ucap Revan sembari merangkul kedua sahabatnya itu.

"Tempat biasa?" Tanya Rizki.

"Iya, mie ayam pak Min." Ucap Revan.

"Emang loe boleh makan mie ayam?" Tanya Zefan.

"Bolehlah kenapa nggak boleh? Karena gue sakit?" Rizki dan Zefan mengangguk.

"Haha udah sih nggak papa, sesekali doang." Seru Revan sambil tertawa.

"Jangan bandel Van, kalo abis makan tuh mie ayam sakit loe kambuh gimana?" Tanya Zefan khawatir.

"Tenang sih gue nggak akan mati perkara mie ayam doang, ayok keburu lapar gue, dari kemarin udah ngidam tuh mie ayam."

"Yaudah iya iya, tapi janji ya loe harus sehat-sehat aja." Revan mengangguk yakin agar keduanya juga percaya bahwa ia akan baik-baik saja, tangannya masih setia bertengger di pundak Zefan dan Rizki.

****
Jarak mall dan mie ayam pak Min tidak terlalu jauh, ketiganya sudah sampai di tempat makan favorit mereka sejak SMP. Meskipun ketiganya lahir dari keluarga berada, tapi tidak membuat mereka hidup glamor. Mereka lebih suka hidup apa adanya. Mereka juga terbiasa makan di pinggir jalan, bagi mereka membeli dagangan di pinggir jalan seperti ini juga cara mereka membantu si pedagang.

Tentang Dia RevanWhere stories live. Discover now