Part 23

6.5K 321 14
                                    

Xia pov

Aku merasa saat ini sedang berada di air yang amat dalam. Aku tak bisa berenang. Udara yang ada diparu paruku kian menipis. Semakin lama dinginnya air disekelilingku semakin menyesakkan dada.
Yang bisa kulihat dengan jelas hanya riak air dan juga gelembung udara yang berasal dari hidung dan mulutku.

Byuuuuur

Suara itu berasal dari permukaan air yang jernih. Seorang baru saja terjun ke dalam air. Wajahnya masih belum terlihat jelas. Tapi yang pasti ia seorang pria. Ia memakai hanfu berwarna putih panjang. Ia berenang mendekatiku. Ia menggapai tanganku dan memberikan sebagian udara diparu parunya untukku melalui mulut. Bibir kami bersatu cukup lama.
Sebelum aku pingsan aku sempat melihat wajahnya. Ia tampan seperti...
Astaga dia adalah kaisar zhao..

"yang mulia...!"
Aku terbangun dari mimpi yang seakan aku pernah merasakannya. Aku merasa seperti dejavu dengan mimpiku barusan.
Seolah aku memang pernah mengalaminya.

Kilasan memory kembali muncul dipikiranku, saat itu aku sedang berada disebuah tempat dengan banyakbangku dan kursi. Waktu itu aku mulai ingat kalau aku menahan tangan jing mi yang menarik liontin dengan permata berwarna ungu dileherku. Jingmi adalah salah satu anak buah geng yang sering sekali membully ku. Memang kuakui aku dan ibuku adalah orang miskin.
Yah bisa dibilang mereka merasa berkuasa atas orang orang yang berada dibawah derajat mereka.
Perebutan antara aku dengan jingmi berakhir dengan aku yang terjatuh dan aku merintih merasakan sakit dengan memegangi perutku. Aku melihat darah mengalir dari pangkal pahaku. Lalu pandanganku mendadak gelap.
Dan rasa sakit kembali merayapi kepalaku.

"akh.. Sakit.."
Mungkin ia mendengar rintihanku, dayang cho membuka pintu kamarku dengan terburu buru. Wajahnya menunjukkan raut wajah panik dan khawatir.

"anda tak apa apa, xia?"
Perlahan rasa sakit dikepalaku berkurang seiring waktu berlalu.

"hem.. Tak apa dayang cho..
Kembalilah tidur..
Maaf telah mengganggu tidurmu malam malam begini.."

"iya xia.. Anda juga harus kembali tidur juga..
Mohon jangan terlalu memaksakan diri untuk mengingat masa lalu anda.. Saya tidak mau anda kembali merasakan sakit..!"
Aku tersenyum mendengar perhatian dayang cho padaku. Aku menganggukkan kepalaku sebagai jawaban atas kepeduliannya.

"saya pergi dulu, xia..!"
Dayang cho hendak meninggalkan kamarku tapi ia seakan tak tega meninggalkanku sendirian dikamar. Ia kembali menolehkan kepalanya ke arahku.
Kubalas dengan senyuman dan sebuah anggukan untuk meyakinkannya kalau aku baik baik saja.

Aku kembali sendirian lagi. Aku sudah tak mengantuk malah rasanya aku tak akan bisa tidur lagi setelah mengalami mimpi itu.
Aku membuka jendela kamarku. Perlahan angin malam yang dingin memasuki kamarku yang lumayan sempit. Aku kembali mengingat kaisar zhao saat aku sendirian.
Apa yang sedang dilakukan kaisar zhao saat ini?
Apa ia juga tidak bisa tidur sama sepertiku?
Apakah ia juga memikirkanku saat ini?
Banyak sekali pertanyaan yang tak bisa aku utarakan pada siapapun. Hanya bisa kupendam dalam dalam dalam dada.

Semilir angin berhembus melewati jendela. Aku menghirup aroma menenangkan kayu pinus dan bau tanah basah. Aroma maskulin ini.
Aroma kaisar zhao. Kenapa bisa terbawa angin kemari?
Apa ia ada didekat sini?
Aku berlari menuju ke arah jendela. Aku menengok kekanan dan kekiri. Mungkin saja kaisar zhao benar benar datang untukku yang selalu merindukannya disini.

Krik krik krik

Hanya suara jangkrik yang terdengar, sama sekali tak ada tanda tanda ada seseorang yang datang. Aku kembali dirundung rindu yang terua membelenggu hatiku padanya. Pada kaisar zhao.

Aku menutup mata dan menghirup dalam aroma yang selalu kurindukan ini.
Kunikmati aroma yang dibawa angin malam. Cairan bening tak kusangka akan kembali mengalir melalui pipiku.
Jujur aku sangat merindukannya yang tak kunjung datang.

My Little Empress xia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang