(18) BINTANG PALING TERANG

73 22 0
                                    

"Ada satu hal indah yang terjadi dalam waktu dekat. Layaknya bintang yang bersinar terang kala semesta berselimut pekat. Yaitu saat kamu di sana, menarikku keluar dari lorong gelap yang sesak akan air mata dan terpendam pada dalamnya ketakutan akan sebuah kehidupan."

-Fyura Starlyn

Sudah satu minggu setelah Antares mengajak Fyura pergi ke makam. Selama itu pula, Antares tidak menghubungi Fyura.

Ada perasaan aneh di dalam hatinya, saat beberapa hari ini tidak melihat sosok yang sejak beberapa bulan terakhir selalu mengisi harinya.

Pertemuan mereka yang terlalu sering, membuat Fyura terbiasa akan kehadiran Antares yang entah sejak kapan membuatnya nyaman.

Yang Fyura rasakan saat ini adalah, hatinya merasa gelisah karena Antares sama sekali tidak menghubunginya. Tidak bisa di pungkiri bahwa dia juga ingin melihat wajah Antares yang terkesan dingin namun menenangkan.

Apakah ini yang dinamakan rindu?

Tidak, Fyura tidak mau berspekulasi bahwa dirinya merindukan Antares.

Fyura menggelengkan kepalanya, mencoba mengusir pikiran-pikiran aneh yang bersarang di kepalanya.

"Fyura, lo kenapa sih?!" tanyanya pada diri sendiri.

Merasa ada yang aneh pada dirinya, gadis itu memilih bangkit dari duduknya dan keluar dari kelas.

Baru saja dia berjalan beberapa langkah di koridor kampus, tiba-tiba suara cempreng yang sudah sangat dia hafal memasuki gendang telingannya. Saat itu juga Fyura berbalik sambil menatap tajam pemilik suara itu.

Bukannya takut, dia malah menunjukkan senyum manisnya dengan sangat lebar membuat gigi depannya yang mirip seperti kelinci terlihat.

Fyura terkadang iri melihat gigi kelinci gadis itu, mengapa bukan dirinya yang memiliki gigi kelinci. Setidaknya ada suatu kesamaan antara dirinya dengan Jeon Jungkook-idolanya.

"Ra, lo mau kemana?"

"Perpustakaan," jawab Fyura singkat.

Rosa mendengus kesal, lalu mencibir tanpa suara. Matanya menatap Fyura sengit seakan meminta penjelasan.

Apakah Fyura lupa sekarang hari apa, padahal Rosa sudah berkeliling mencari sahabatnya yang tidak terlihat batang hidungnya sejak pagi?

"Lo lupa sekarang hari apa?" pertanyaan Rosa membuat Fyura memutar bola matanya malas. Ayolah, Fyura sedang tidak ingin berbasa-basi. Mood-nya sedang buruk sekarang.

"Hari rabu, udah ya, gue mau ke perpus," ucapnya lagi sebelum berlalu dari hadapan Rosa.

Seketika raut wajah Rosa berubah, gadis itu menatap sendu punggung sahabatnya yang terlihat semakin mengecil.

"Lo pasti lupa, Ra."

🎭

Apakah Tuhan baru saja mengabulkan doanya? Dia terlihat nyata, tapi Fyura takut bahwa ini hanya halusinasinya.

Fyura mengedipkan matanya seperti orang bodoh. Wajahnya juga seperti orang linglung membuat seseorang yang ada di hadapannya tersenyum.

"Nyari saya, Fyura?"

Ah tidak! Ada apa dengan pipinya? Kenapa terasa panas? Padahal cuaca sedang mendung karena sekarang sudah memasuki musim penghujan.

"Kak Antares," gumam Fyura tanpa berkedip.

A Letter to MyselfWhere stories live. Discover now