(21) THE SECRET

63 16 7
                                    

"Ada hal yang lebih menyesakkan dibanding pahitnya kenyataan. Satu hal, yang mereka sebut penyesalan."

-Antares Kalandra

Sejak pagi Antares hanya mengurung diri di dalam kamar. Ia hanya jogging di sekitar perumahannya hingga pukul delapan lalu kembali ke kamar. Dan sekarang sudah pukul dua siang, ia masih berdiam diri di kamar. Tentu saja ia sangat bosan.

Kondisi rumahnya yang sedang kosong pun menambah kejenuhannya. Biasanya, ada Lyra yang selalu bertingkah konyol. Namun, Lyra dan Ferdy sedang ada urusan di luar kota.

Kemudian Antares berpikir untuk datang ke rumah Badai. Sudah lama sekali ia tidak datang kesana. Sejak kepergian Oceanna, Antares memang lebih suka mengurung diri. Ia bahkan tak pernah lagi menginjakkan kaki di rumah teman-temannya, termasuk Badai.

Bagi Antares, segala hal yang dulunya menyenangkan terasa sangat hambar karena tak ada lagi sosok perempuan kesayangannya. Inginnya, sesekali ia pergi keluar untuk sekedar refreshing, tapi Antares seperti kehilangan minat. Ia hanya mengunjungi perpustakaan atau toko buku jika sudah merasa bosan. Ia sangat menghindari tempat-tempat yang bisa mengingatkannya pada Oceanna.

Sekarang, Antares berniat untuk bangkit. Memulai semangat kehidupan baru tanpa bayang-bayang masa lalu. Dan langkah pertama yang akan Antares lakukan sekarang adalah berhenti mengurung diri. Benar. Ia lebih baik datang ke rumah Badai sekarang dan melakukan hal-hal menyenangkan seperti dulu lagi.

Dalam sekejap, Antares sudah berada di dalam mobilnya dan menuju rumah Badai. Jarak antara rumahnya dan Badai dapat ia tempuh dalam waktu setengah jam.

Sesampainya disana, Antares segera mengetuk pintu dan Badai yang tengah duduk di kursi ruang tamu segera membukakan pintu dengan ekspresi bahagianya.

"Finally, you're come back. Udah lama banget, Bro!" seru Badai sambil membawa Antares duduk di ruang tamunya.

Antares tersenyum sekilas, "Yeah, life must go on, right?"

"That's right and you're right to be here. I have something new in my living room. Wanna go there?"

Kekehan Antares terdengar jelas. Ia sangat  geli saat mendengar Badai berbicara dalam bahasa Inggris.

"Ok, let's go!" balas Antares sebelum ia bangkit menuju ruang keluarga milik Badai yang hanya dibatasi sekat tanpa pintu dari ruang tamu.

Rumah Badai tidak jauh berbeda dari rumah keluarga Antares. Kedua orang tua Badai adalah pengusaha yang merintis karir di luar negeri. Jadi, rumah mewah bukanlah masalah bagi mereka. Hanya saja, Badai sering kesepian karena orang tuanya yang hanya pulang sebulan sekali.

Mereka memilih memainkan sebuah game perang yang kata Badai sangat seru.

Baru setengah jam bermain, Badai sudah pamit ke toilet.

"Pause dulu, gue kebelet!" teriaknya sambil berlari menuju kamar mandi di pojok belakang dekat ruang keluarga.

Antares menghembuskan napas kesal, padahal sebentar lagi ia akan memenangkan permainan.

Menunggu Badai beberapa menit membuat Antares kebelet juga.

"Cepetan woi! Gue mau ke toilet juga!" Teriakan Antares membuat Badai mendesah berat. Pasalnya, ia sedang dilanda mules yang teramat sangat.

"Bentar! Gue mules banget!" balas Badai dari dalam toilet.

Pandangan Antares mengitari setiap sudut rumah Badai, lalu ia berceletuk, "Toilet rumah lo nggak cuma satu, kan?"

A Letter to MyselfWhere stories live. Discover now