18. Terkalahkan

3.7K 186 7
                                    

Siang itu, tanpa memedulikan peluh yang telah menetes di pelipisnya, pemuda itu tetap melangkahkan kakinya sekuat tenaga. Ia harus segera menuju pantry segera, atau kalau tidak nasib sekolah ini akan diujung tanduk.  Meskipun baru beberapa bulan disini, atau lebih tepatnya 13 bulan. Dirinya cukup pintar untuk mengetahui situasi apa yang tengah menimpa AMS. Karena ini tidak lebih buruk dari pengalamannya tahun lalu, yang mengharuskan ia mengikhlaskan orang terkasihnya.

Karena walaupun monster itu tengah tersegel, mungkin saja dia bisa terlepas sewaktu-waktu. Lagipula mustahil menyerang monster itu dengan kekuatan, bukannya kalah malah monster itu akan menjadi lebih ganas, seakan-akan kita malah memberinya kekuatan bukan serangan. Ditambah lagi personil penyerang yang telah berkurang akibat tangan Anna terluka, dan dirinya yang harus menjaga gadis itu saat pingsan. Bukannya sombong atau apa, tetapi kenyataannya--walau sedikit tidak percaya-- di academy ini hanya dirinya dan gadis itulah yang memiliki elemen es.

"Hei! Jangan tinggal dakuu~,"

Saat sedang serius-seriusnya, terdengarlah suara menjengkelkan seseorang yang sudah ia tahu pasti siapa pemiliknya. Namun dia tak peduli, menulikan pendengarannya pemuda itu tetap melanjutkan langkahnya.

"Heh, Zayn tunggu, dong! Kok kamu nggak berperiketemanan, sih!" Ucap orang itu lagi menambah kecepatan larinya. Lorong gedung yang sepi membuat langkahnya menggema, menyaingi kesunyian. Setelah sekiranya sanggup, orang itu--yang tak lain si rempong Angga-- meraih pundak Zayn hingga membuat pemuda itu menghentikan langkahnya dengan muka khasnya--datar.

Melihatnya Angga meringis, lalu menunjukkan tanda peace menggunakan jarinya¹.

"Maaf-maaf, galak banget, sih, kek kucing tetangga." Usai mengatakannya Angga terkekeh geli hingga membuat perutnya keram. Padahal menurut Zayn ucapan Angga tidak ada unsur humornya sama sekali.  Mungkin karena itulah, penyebab tingkat humor siswa dikelasnya anjlok.

"Oke ini serius!" Ucap Angga setelah menyelesaikan tawanya.

"..."

"Itu muka apa jalan tol, dah, datar amat!" Sindir Angga, membuat Zayn semakin geram. Detik itu pula, memutar langkahnya kembali ke pantry.

Melepas napas beratnya, tanpa melangkah Angga mengucapkan sesuatu yang membuat Zayn menghentikan langkahnya seketika.

"Apa maksudmu?"

"Hei, kau tahu apa maksudku. Dan aku yakin, kau cukup pintar untuk memahaminya." Ucap Angga santai, kemudian memasukkan tangannya ke dalam saku celana, sebelum mendekat ke arah Zayn lalu menepuk bahunya pelan.

"Kami mengharapkan mu, begitupula dia. Jadi, tolong lakukan ini demi kami. Atau setidaknya, untuk dirimu." Bujuk Angga serius, sejenak menghilangkan aura konyol yang biasa melekat padanya.

"Shifty, dasar!" Ucap pemuda itu sebelum menghilang dengan menggunakan teleportasi.

"Huh, cicak. Salahku apa, sih, kok, bisa-bisanya punya teman kek gitu. Semoga aja dia benar-benar mau jadi ketua panitia pelaksana buat The Best LoL (Leader of  Lacrosse), tiga hari lagi. Untung  pertandingan olahraga, nggak habis pikir kalau LOL yang dimaksud itu Laugh out Loud. Bisa gempar dunia per-Zayn-an." Ratapnya, sambil menatap seekor cicak yang merayap didinding, tapi nggak ada nyamuk loh, ya.

Teringat sesuatu, dia lantas menepuk dahinya pelan.

"Daku harus pergi, ada teman-teman yang harus daku selamatkan. Siap-siap, kawan, Angga meluncur ke TKP! Pantry de' teleportora." Ucapnya dengan nada tengil, dan detik selanjutnya dia sudah dihadapkan dengan monster yang terbungkus banyak rantai berlapis segel, yang membuatnya seperti bukit lendir. Membuat Angga bergidik ngeri.

Academy Magic SchoolWhere stories live. Discover now