16. Kebenaran Pahit

1.5K 168 105
                                    

Dan jika semesta berbaik hati, aku harap luka ini akan segera pergi.

***

MELVA berdiri di depan gerbang sekolah. Dia menunggu Bara datang untuk mengantarnya pulang. Melva memang pulang dengan Bara hari ini, pasalnya saat istirahat tadi cowok itu memberi tawaran kepadanya untuk pulang bersama dan Melva tidak enak hati untuk menolak.

Sudah sepuluh menit Melva menunggu Bara namun cowok itu belum menunjukkan batang hidungnya. Dari arah kanan, Aksara berjalan santai menuju tempat Melva berdiri sekarang. Kedatangannya membuat beberapa siswi yang berada di sekitar gerbang memekik tertahan.

Pesona Aksara memang tidak bisa terelakkan. Apalagi kali ini, ketika ia berjalan dengan rambut acak-acakan, seragam yang dikeluarkan, tangan yang berada di saku celana serta keringat yang membuat ketampanannya bertambah berkali-kali lipat di mata siswi-siswi yang melihatnya.

Begitu juga dengan Melva, ia juga diam-diam mengagumi paras Aksara. Melva mengakui bahwa Aksara memang tampan namun ia hanya menganggap Aksara sebatas teman. Baginya Aksara adalah teman yang membuatnya selalu merasa nyaman.

"Mel," Panggil Aksara.

"Kenapa Sa?" Melva bertanya dengan senyum manisnya.

"Pulang bareng siapa?"

"Sama Bara. Ini gue lagi nunggu dia beres ngumpulin tugas kimia."

"Sorry, gue hari ini nggak bisa nganter lo pulang." Aksara berkata dengan tatapan sedikit merasa bersalah. Padahal Melva dan Aksara hanya teman biasa. Andai hari ini Aksara tidak ada janji dengan Kahfi, ia akan mengantar gadis itu pulang ke rumahnya dengan selamat. Ia juga tidak akan membiarkan gadis itu pulang bersama cowok semacam Bara.

"Santai aja kali, gue juga udah sama Bara." Melva menepuk pundak Aksara dengan sedikit tertawa kecil.

"Lain kali pulangnya sama gue aja."

"Harus sama lo nih?" Melva menggoda Aksara dengan menaikkan sebelah alisnya.

"Wajib hukumnya."

Melva tertawa mendengar kalimat Aksara barusan. "Hahaha.. kenapa emang? Pulang sama yang lain emang nggak boleh?"

"Nggak."

"Berasa diposesifin sama pacar aja ini gue." Ujar Melva bercanda. Tetapi memang iya juga sih kalau dipikir-pikir. Aksara dan Melva kan hanya sebatas teman namun perlakuan Aksara ke Melva menunjukkan layaknya mereka lebih dari sekedar teman biasa.

"Kan bentar lagi."

"Maksudnya?"

"Nggak jadi."

"Dasar nggak jelas." Melva menepuk pundak Aksara pelan. Lalu motor Bara berhenti di depannya. Membuat Melva dengan berat hati pulang bersama Bara.

"Gue duluan, Sa."

"Hati-hati." Aksara berjalan menuju ke samping motor Bara lalu cowok itu membisikkan sesuatu di telinga Bara. "Hari ini gue biarin lo nganter Melva, lain kali dia pasti pulang sama gue."

Bara memicingkan matanya dan menatap Aksara dengan tajam usai Aksara menyelesaikan kalimatnya. Namun Aksara yang ditatap seperti itu hanya menatap Bara santai dengan tangan yang setia berada di saku celana.

Aksara berdiri di sana sampai motor Bara melaju meninggalkan gerbang SMA Rajawali. Setelah memastikan Melva pulang dengan aman, cowok itu berjalan menuju ke warung yang berada di dekat sekolahnya. Kahfi sudah menunggu di sana sejak tadi. Hari ini, Aksara sudah berjanji kepada Kahfi untuk menceritakan semuanya.

AKSARAYA✅ [COMPLETED]Where stories live. Discover now