36. Flashback : 2

1.1K 97 2
                                    

Warning! Part ini mengandung adegan 18+ mohon untuk melewati bab ini jika kalian belum cukup umur. Jangan bandel dan nakal😡

***

MALAM itu, setelah berbicara mengenai Aksara di cafe, Kahfi benar-benar membawa Gabriella ke klub yang biasa ia datangi bersama Aksara dan teman-teman yang lain.

Kahfi sudah mengenal akrab dua orang penjaga klub ini, langsung dengan mudah masuk tanpa pengecekan apapun. Sebelumnya, Kahfi sudah sempat memperkenalkan Gabriella dengan embel-embel 'pacarnya' agar gadis itu bisa masuk dengan mudah.

Dan berhasil. Kini langkah Gabriella terhenti ketika dentuman musik yang begitu kencang terdengar memekakkan telinga. Bau alkohol bercampur rokok melebur menjadi satu hingga membuatnya merasa sedikit pusing.

Akhir-akhir ini, ia memang sudah jarang pergi ke klub karena sibuk memikirkan cara untuk mendekati Aksara. Sejak ia dipindahkan di SMA itu, pertama kali ia melihat Aksara main basket, Gabriella langsung suka.

Terhitung sampai sekarang, kira-kira ia sudah sebulan tidak pergi ke klub dan minum-minum. Mungkin itulah yang menyebabkan Gabriella sedikit merasa pusing setelah memasuki klub.

Kahfi menggenggam tangan Gabriella. Ralat, tepatnya pemuda itu menyatukan jari-jemari mereka. Kemudian Kahfi menarik Gabriella menuju bar.

Seperti yang tadi ia bilang, kali ini ia sendirian. Maka dari itu, tidak ada teman-temannya yang selalu rusuh di bar karena sibuk menilai dan memilih wanita-wanita untuk dijadikan pasangan semalam.

"Mau pesan apa?"

"Samain sama lo aja deh."

Kahfi mengangguk lalu memanggil bartender dan mulai menyebutkan pesanannya. Selang beberapa menit, bartender itu meletakkan dua gelas wine di depan Kahfi.

Kahfi menyodorkan gelas berisi wine ke arah Gabriella. Gadis itu meminumnya dengan sekali teguk. Hal itu cukup membuat kerongkongan Gabriella seperti terbakar. Lalu matanya memejam untuk menikmati sensasi yang akhir-akhir ini tidak ia rasakan.

"Jadi lo kenapa pindah ke sini?"

"Gue dikeluarin karena ada yang nyebarin video waktu gue di klub." Gabriella menjawab tanpa menoleh ke arah Kahfi. "Its okay. Gue udah lupain masalah itu bahkan gue bersyukur karena gue dikeluarin, gue bisa pindah ke sma lo dan ketemu Aksara."

Lagi-lagi Aksara yang gadis itu bicarakan. Kahfi mulai jengah. Selalu saja, apapun yang mereka bicarakan pada akhirnya akan disangkutpautkan dengan Aksara.

"Kalau ada orang yang pengen perjuangin lo, apa lo akan berubah pikiran lalu suka sama orang itu?" 

Gabriella mengernyit, "Gue.. nggak tau."

Kahfi menghela napas berat lalu memesan segelas wine lagi. Hari itu, entah mengapa ia merasakan sesuatu yang berbeda di hatinya. Sesuatu yang sebelumnya belum pernah ia rasakan.

Jujur, Kahfi tidak tahu mengapa ia tidak suka ketika Gabriella antusias bertanya dan mencari tahu tentang Aksara. Ia juga tidak suka jika gadis itu selalu membicarakan Aksara saat sedang bersamanya.

Tidak mungkin kalau ia jatuh cinta kepada Gabriella. Kahfi menggeleng kuat, mencoba mengenyahkan pikirannya tentang hal itu lalu meneguk segelas wine yang sudah berada di depannya.

"Kenapa lo nanya gitu, Kaf?" Pertanyaan tiba-tiba dari Gabriella membuat Kahfi yang sedang menunduk pun—menoleh.

"Cuma nanya aja."

"Atau jangan-jangan, orang yang lo maksud itu Aksara?"

Kahfi tersenyum miring ketika Gabriella membahas Aksara—lagi. Entah untuk yang ke berapa kali hari itu. Kahfi memejamkan matanya, mencoba mencari tahu mengapa dadanya terasa begitu sesak menyadari  perasaan Gabriella begitu kuat untuk Aksara.

AKSARAYA✅ [COMPLETED]Where stories live. Discover now