Bagian 1

1K 120 17
                                    

"Apa tolol?"

"Masuk ke kelas aja sono gih."

"Ogah, panas gue di dalem." Rayhan mengibas-ngibaskan kerah seragamnya. Kancing teratas bajunya tidak ia kancingnya sehingga baju hitam yang ia pakai sebagai dalaman terlihat.

Dari ujung lorong, Bu Suparsih terlihat berjalan dengan tatapannya yang jutek. Bu Suparsih terkenal sangat judes, galak, suka ngegas dan marah-marah. Mungkin kalau ada yang nanya berapa presentase murid yang menyukai guru itu? Jawabannya adalah tidak ada.

"Liat si Suparsih," bisik Ipang di telinga kiri Rayhan.

"Kenapa?"

"Udah kayak Nabi Musa aja."

"Gue ketawa dulu apa gimana, nih?"

"Kontol," balas Ipang.

Rayhan tak kuasa menahan tawa, suaranya meledak melihat Ipang kesal. Cowok itu sudah tahu bahwa Bu Suparsih selalu membuat kerumunan siswa yang nongkrong di lorong seolah terbelah menjadi dua kubu. Kalau kata Ipang, bagai Nabi Musa membelah laut merah.

"RAYHAN!"

"Mampus." Ipang reflek merespons.

Sementara Rayhan hanya diam, cengar-cengir sambil membetulkan posisi berdirinya.

"SAYA KAN UDAH BILANG RAMBUT KA—

"Rambut kamu tuh dipotong jangan gondrong, terus seragam pake yang bener, jangan pake kaos daleman warna hitam, celana seragam jangan dibuat ketat, pake sepatu warna hitam tiap hari senin sampai kamis," kata Rayhan mengulang semua pernyataan yang baru hendak disampaikan oleh Bu Suparsih.

"ITU KAMU TAU."

"Khatam bu, bukan tau tau lagi," sahut Rayhan nyengir.

"Perkataan ibu bagaikan dialog film Cinta Fitri," celetuk Ipang menambahi. Membuat tekanan darah Bu Suparsih seolah langsung meninggi. "Yang panjang, dan banyak episodenya tapi gitu-gitu aja."

"Tolol," balas Rayhan pada Ipang setengah berbisik.

"PULANG SEKOLAH NANTI KE RUANG BK KALIAN!" Setelahnya, Bu Suparsih memutuskan berlalu, enggan menanggapi Rayhan dan Ipang lebih jauh. Sementara dua muridnya sontak memajukan bibir bawah mereka.

"Bosen banget kesitu mulu," kata Ipang pelan.

"Au. Kayak nggak punya ruangan lain aja."

***

"Ada nih yang bening," ujar Gandi menggebu-gebu. Ini adalah hari kedua orientasi siswa baru. Anak-anak kelas sebelas dan dua belas mendapat rejeki nomplok karena setiap tahun ajaran baru, pasti akan banyak jam kosong saat hari-hari MOS.

"Mana?"

"Alah bening nya elo mah belom tentu beningnya kita," balas Pandu.

"Liat dulu nih liaaat," sergah Gandi sambil menyodorkan ponselnya.

"Siapa nih, Gan?"

"Namanya Eva," Gandi menaikturunkan alis matanya bangga. Selaku OSIS, Gandi berhasil mendapatkan foto oleh beberapa adik kelas, karena di hari kedua, ada tugas untuk berfoto dengan kakak panitia MOS, dan Gandi adalah salah satunya. "Gue nggak tau sih kelas apa. Tapi cakep kan?"

"Yaah, lumayan lah."

"Ada lagi nih, katanya sih—"

"SIAL! Mau chicken padahal!" umpat Rayhan saat ia tertembak dan dapat mendapatkan chicken dinner di permainan PUBG yang ada di ponselnya. Baru hendak memulai permainan baru, tiba-tiba senggolan di pundak kiri Rayhan membuat cowok itu menoleh ke arah pelakunya. "Apaan?"

Before We Were Stranger 2Where stories live. Discover now