πρόλογος

17.3K 1.8K 84
                                    







早い







Beberapa pekan terakhir ini, perilaku dan keperawakan seorang Na Jaemin terlihat mencurigakan membawaku ke dalam praduga negatif. Benci untuk kuungkapkan bahwa kuriositasku nyaris tidak terbendung terhadap lelaki itu, hingga kuputuskan untuk mengekorinya ke jurang seperti yang kulakukan pada malam hari ini.

Kemudian tiba pada saat di mana lelaki itu berdiri di tepi jurang. Dengan tatapan penuh gamar, siulan angin malam yang menggelitik setiap jengkal kulitku, dan suasana penuh nyenyat yang terasa sakit. Lelaki itu terlihat rapuh.

Mata kembar itu bergerak lasak dengan tidak tenang. Mengedarkan pandang tersembunyi dibalik sepasang tatap yang pilu. Sesekali kepala itu menoleh ke kanan dan ke kiri, menyusuri sisi setiap jurang----memastikan tidak ada yang memperhatikan. Ingin kukatakan bahwa Jaemin sungguh bodoh, namun setidaknya dia tidak mengetahui diriku yang bersembunyi di balik semak-semak.

Namun rupanya, suatu hal yang tidak terduga terjadi tatkala lelaki itu menolehkan tendas pucatnya dengan obsidian kembarnya yang resah.

Mata Na Jaemin... berkilauan?

Tunggu, Na Jaemin... bukan manusia?

Lelaki itu merentangkan kedua tangan panjangnya— hendak menjatuhkan tubuh penuh memar ke dalam deburan ombak ganas yang terletak di bawah tebing. Malam itu, rembulan memendarkan sinarnya tepat di atas laut, berpadu dengan sendunya tatapan Sang lelaki. Tatapan lelaki itu berdenyar, penuh sirat akan pilu, seolah relung lelaki itu baru saja diretakkan laiknya kaca. Layaknya terhipnotis, panorama Jaemin yang menyatu dengan langit malam hampir membuatku lupa dengan tujuanku berada di sini. Segala paradigma maupun pikiranku terbenam oleh bayang-bayang Na Jaemin yang ingin mengakhiri hidupnya menjadi buih laut. Tanpa kusadari, kedua bibir tipisku memanggil Jaemin yang kini sudah melayangkan salah satu kakinya di atas jurang.

"Hey! Na Jaemin!" agaknya suaraku terlampau getir untuk mencapai di pendengaran lelaki itu. Bulir-bulir air bening berjatuhan mengaliri wajah sembabku. Manik mata lelaki itu menatapku terbelakak.

"Liv?" pemuda itu menyahut, terkejut.

Namun rupanya tubuh lelaki itu terjatuh ke dalam laut semakin cepat. Dadaku berdebar sangat kencang tanpa ritme nan konstan, berlari mengejarnya dengan segepok harapan berhasil meraih pergelangan tangan lelaki itu.

Ya, aku memang berhasil meraihnya.

Namun diriku juga jatuh ke laut.

Dan kutukan mematikan itu terjadi. 


















the one who hold so many secrets on his tongue.

the one who hold so many secrets on his tongue

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.
SirenOù les histoires vivent. Découvrez maintenant