1. Mimpi Tanpa Ujung

5.6K 634 101
                                    

"Apa kau akan terus mencarinya?"

"Aku tidak tahu..." Apa ini? Aku tak bisa menggerakkan tubuhku. Yang bisa kulakukan hanya melihat dan mendengar dari sudut pandang perempuan ini.

Ah, mimpi ini lagi..

Adegan apa lagi yang akan kulihat kali ini?

"Lihat aku!"

Tiba-tiba sepasang tangan menggenggam kedua bahuku. Dapat kurasakan bahwa 'aku' menangis. Tubuh ini bergetar di bawah tatapan dari wajah abstrak yang tak bisa kuingat saat bangun nanti. Hanya rambut merah mereka saja yang terlihat jelas.

Entah kenapa aku merasakan kalau laki-laki di depanku tengah menatap dengan marah bercampur sendu.

"Aku juga ada di sini. Tolong, lihat aku! Kumohon... Apa lagi yang harus aku lakukan agar kau menatapku? Katakan!"

'Aku' terus menangis tanpa bisa menjawab.

Sepertinya laki-laki itu muak. Dia melepaskan bahuku lalu berdiri dan berbalik membelakangi.

"Dia sudah meninggalkanmu. Kenapa kau masih mengharapkan dia kembali?" laki-laki itu berbisik sendu. "Aku menikahimu karena aku mencintaimu. Kenapa kau tak juga mengerti?"

Entah kenapa tiba-tiba 'aku' berdiri dan dengan mudahnya membalikkan tubuh laki-laki berambut merah yang lebih tinggi dan besar dariku, lalu melayangkan tamparan keras ke pipinya.

Aku sendiri terkejut dengan apa yang 'aku' lakukan.

"Kaulah yang pertama membohongiku! Kau sudah tahu kalau aku ... menyukai adikmu, tapi kenapa kau tak mau melepaskanku?!" 'aku' berteriak keras di depan wajahnya. Airmata yang terus mengalir, tenggorokan yang seolah tercekik, dan dada yang terhimpit kesedihan. Aku merasakannya.

'Aku' menunduk sambil terus melayangkan pukulan ke dadanya. Tangisan yang tak kunjung reda. "Aku membencimu," ucap 'diriku' terus menerus.

Laki-laki di depanku hanya diam menerima pukulan-pukulan dari lengan kecil wanita di depannya. Pukulan itu bahkan tidak sanggup membuatnya merasakan sakit, tapi apa yang diucapkan wanita di depannya-lah yang seolah membuat pukulan itu terasa seperti hantaman palu besi bergerigi.

Tangan besarnya menangkap lengan yang masih terus memukulnya itu, lalu menggenggamnya lembut.

"Aku tahu... dan aku takkan meminta maaf untuk itu."

***

(Nama) tersentak dalam tidurnya hingga terbangun.

Sebelah tangannya terangkat untuk mengusap cairan yang menerobos selembar kain yang menutupi matanya dan membasahi pipi.

Dalam kenyataan, (Nama) benar-benar menangis. Rasa sakit hati dan kesedihan itu nyata ia rasakan bahkan sampai ia bangun dari tidurnya.

"Aku tidak bisa begini terus-menerus," ucap (Nama) sedikit serak.

Mendongakkan kepalanya ke atas. (Nama) masih merasakan kalau saat ini masih malam hari, mungkin sudah dini hari. Gadis itu tengah dalam perjalanan kembali ke markas utama Pemburu Iblis untuk melaporkan sesuatu dan di tengah perjalanan (Nama) merasa lelah, jadi ia memutuskan tidur sejenak di atas pohon.

Wewangian yang berasal dari dupa wisteria yang ia nyalakan di dekatnya masih tercium.

(Nama) berdiri, lalu turun dari dahan tinggi tempat ia tidur sebelumnya. Ia akan melanjutkan perjalanan.

Melangkah dengan pasti menuju arah Utara. Walau indera penglihatannya ditutup dengan selembar kain, hati dan insting gadis itu sudah lebih dari cukup menggantikan tugas inderanya satu itu.

𝘽𝙄𝙏𝙏𝙀𝙍 𝙎𝙒𝙀𝙀𝙏 [Tsugikuni Michikatsu] -𝙴𝙽𝙳-Onde histórias criam vida. Descubra agora