13. Maaf

1.1K 131 0
                                    

.
.
.
.
"Emang kamu udah siap dengerin jawaban aku?"

Dengan ragu Diva mengaggukan kepalanya. Semoga realitanya tak sesuai dengan ekspetasinya.

"Jadi kamu rela kalau aku suka sama Andin?" Tanya Andre yang membuat Diva mengerutkan keningnya.

"Kamu suka sama dia?" Diva melepas kedua tangan Andre dari bahunya. "Jadi hubungan kita ini apa?" Lanjutnya.

Andre mengalihkan tatapannya ke arah lain. Pikiran Diva memang liar, menurutnya.

"Kamu tau nggak, aku udah bela-belain bertahan sama cowo dingin kaya kamu, aku kira kamu emang dingin sama semua orang tapi setelah aku lihat kamu sama Andin, sikap yang kamu tunjukkan kepacar kamu sendiri berbeda sama apa yang kamu....." Belum sempat Diva melanjutkan ucapannya, tiba-tiba badan kekar Andre telah memeluknya, sangat erat dan secara spontan Diva terdiam. Badannya kaku, dan hampir semua kesadarannya hilang.

"Kamu makin hari makin rewel." Andre mengelus lembut rambut Diva.

"Lepas" Kesadaran Diva mulai kembali dan meronta-ronta untuk lepas dari pelukan Andre.

Tapi Andre tidak menuruti perkataan Diva ia malah memeluk pacarnya lebih erat lagi dari sebelumnya.

"Aku nggak bisa napas." Bohong Diva.

"Maaf." Ucap Andre dengan nada pelan.

Diva hanya tertegun mendengar kata maaf yang pertama kali diucapkan Andre, bahkan ia belum pernah mendengar Andre mengucapkannya kepada orang lain.

"Maaf." Ulang Andre.

"Maaf. "

Diva perlahan mengangkat tangannya untuk membalas pelukan Andre tapi ia tidak boleh mudah percaya dari ucapan Andre ini. Tapi dalam hatinya Ia juga tidak tega melihat sang pacar menunggu sejak tadi pagi disini.

"Maafin aku. "

Diva memukul bahu Andre yang terus minta maaf kepadanya.

Andre melepas pelukannya, dan memegang kedua bahu Diva. Menatap Diva dengan serius hingga yang di tatap merasa tidak nyaman.

"Aku kira kamu udah mati karena kehabisan nafas di pelukan aku." Canda Andre.

Diva menatap tajam mata Andre. "Kamu selingkuh kan sama Andin?" Dia kembali ke topik awal lagi. Pertanyaannya kini diiringi dengan nada kecewa.

Andre tersenyum hingga memperlihatkan giginya yang berbaris rapi. "Kalau tidak kenapa?" Andre mengangkat sebelah alisnya.

-----

Kini kelas XII Ips 2 dipenuhi dengan berbagai aroma yang khas sesudah olahraga. Ditambah lagi dengan terik matahari yang membuat keringat semakin bercucuran.

"Ada yang punya air nggak?" Ujar siswi yang berada di lantai dengan mengibaskan tangannya.

"Gue, tapi tinggal dikit doang. Jangan dihabisin yaa" Ucap Rea mengangkat botol minumnya.

"Yang penting minum." Siswi itu berdiri lalu berjalan menuju bangku Rea.

Kini kelasnya hanya dipenuhi oleh siswi-siswi yang sedang mengganti baju, mereka yang menguasai kelasnya kini, sedangkan para siswa lebih memilih melanjutkan olah raganya dilapangan dan akan mengganti pakaian setelah jam pelajaran berganti karena dipikirannya pasti guru mata pelajaran selanjutnya pasti terlambat. Memang siswa teladan.

Semua siswi sudah mengganti pakaiannya sedari tadi, tapi para siswa belum juga masuk, entap apa yang mereka lakukan dilapangan sekarang.

"Daffa? Lo kenapa?" Tanya seorang siswi dari belakang yang mengekori Daffa masuk kedalam kelas.

Setitik Jejak (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang