11. 놀랐다 (Surprised)

1.8K 180 165
                                    

Setelah Jimin mengangkat telepon sekitar tiga puluh menit, ia kembali ke tempat ku.

"Itu siapa? Mengapa oppa sangat lama mengangkat telepon?" ucapku spontan.

"Hanya pihak agensi ku, aku mendiskusikan pekerjaan ku, secara aku sudah sebulan meliburkan diri."

"Jadi kapan kau bekerja kembali?"

"Mungkin minggu depan, aku harus mengadakan konferensi pers mengenai berita pernikahan kita kemarin, aku harus menjelaskan kepada mereka."

Aku terkesiap, "Jinjjayo? Memangnya kita kedapatan?"

"Iya tapi mereka hanya menyatakan itu sebagai gosip. Mereka tidak mendapatkan bukti satupun berupa foto pernikahan kita, mungkin ada yang memberitahu mereka tapi aku tidak tahu itu siapa. Secara yang hadir kemarin diacara pernikahan kita, hanya keluarga dan kerabat terdekat saja. " Jimin berusaha menjelaskan

Aku sedikit menghela napas. "Hmmm ... Oppa tidak senang ya akan berita itu?"

"Anieyo, itu adalah hal biasa untuk ku. Bahkan aku pernah merasakan lebih parah dari itu." Katanya sambil mengusap lembut kepalaku. "Kenapa Ayra cerewet sekali hari ini? Apa kau rindu padaku ya?"

"Ak- aku hanya ingin lebih banyak berdiskusi dengan oppa, kita sudah menikah tetapi jarang berdiskusi seperti ini." Jawabku lebih terbuka padanya.

Jimin mengambil tangan ku, "Ayra----- , kita hanya perlu sedikit demi sedikit membangun hubungan ini. Kita tidak perlu terburu-buru dalam banyak hal. Kita masih punya banyak waktu."

Kemudian pandangan kami saling beradu. "Aku sangat mencintaimu Jimin."

"Arayo." Jimin melepaskan tangan ku dan bangkit dari tempat duduknya.

"Sudah belajarnya?  Kau perlu tidur, besok kan sekolah."

****

"Hey! Yeri!" panggil ku sambil menepuk pundak sahabatku ini.

Yeri sontak memiringkan kepala. "Wae?"

"Kita ke kantin yuk? Ngomong-ngomong Do jun mana?"

Aku melihat sekeliling kelas tak mendapati wajah Do Jun. Biasanya, ia bersama Yeri tetapi mengapa Yeri malah sendirian.

"Ia ikut ekskul piano," jawab Yeri dengan nada sedikit cemberut.

"Kau kenapa? Memangnya Do Jun salah jika ikut ekskul piano?"

"Ani, hanya saja ..." Ia begumam sebentar. "Ah.. kita kekantin saja."

Tangan Yeri pun mendorong tubuhku, yang mengisyaratkan aku harus jalan keluar dari kelas.

Sesampai di kantin, aku mendapati wajah Yeri yang sedikit tegang, seperti ingin menyampaikan suatu rahasia atau hal yang harus ia sampaikan saat ini juga.

"Ayra sebenarnya aku menyukai Do-Jun."

Seketika aku memuncratkan minuman dalam mulutku saking kagetnya akan pernyataan Yeri, "mwo?" (apa?)

"Aku menyukainya sejak lama, kupikir hanya perasaan antara sahabat. Ternyata aku menyukainya lebih dari seorang sahabat," katanya. "Setiap Do Jun tak mengantarku pulang sekolah karena sibuk dengan ekskulnya, aku selalu merasakan sesak di jantung ku. Aku tidak dapat mengartikan semua ini. Sampai pada kemarin, ia belajar piano diruang ekskul dan sebagian peserta ekskul piano adalah perempuan. Seketika aku cemburu dan menangis, aku merasa diabaikan oleh Do Jun akhir-akhir ini."

Yeri pun menjelaskan panjang lebar perihal isi hatinya selama ini. Kami bertiga sudah seperti saudara sendiri karena kami, sekolah dari SMP sampai melanjutkan SMA pun disekolah yang sama bahkan sekelas.

Still Falling For You | PJMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang