23. 아직도 (Still)

3.2K 153 58
                                    

Aku tersentak kaget saat Jimin meraup wajah ku dan memeluk tubuhku erat. Kali ini dia mengecup pipi kiriku, lalu pipi kananku. Lalu hidung, kening, alis, dan bibir...

Aku berusaha memilah apa yang nyata dan apa yang tidak nyata. Badanku terasa remuk, napasku memburu. Kulihat Jimin memandangku khawatir.

"Oppa?"

"Nde, ada apa Ayra? Katakanlah padaku. Apa ada yang sakit? Kita ke rumah sakit sekarang jika kamu merasa kesakitan."

Pikiranku kembali lagi ke kejadian yang barusan aku alami.

Eonni mana?" ucapku masih lemah.

Jimin menghela napas. "Ayra, kau hampir tenggelam! nyawamu hampir tidak tertolong. Untung ada aku yang masih sempat menyelamatkanmu. Apa yang kau pikirkan sampai hampir tenggelam? Apa kau ingin bunuh diri, menyusul kakakmu? Bukankah sudah ku bilang bahwa Sooyun tidak akan pernah kembali. Mengapa kau sering mencari sooyun? Dia sudah tidak ada Ayra. Apa dia datang lagi dimimpimu?"

Tubuhku langsung lemas kembali mendengar pernyataan Jimin barusan. Aku terkesiap mendengarnya.

Ternyata hanya mimpi. Mimpi yang terlihat sangat nyata. Aku harus mengatur napas kembali normal, atau aku bisa pingsan lagi.

"Kata dokter, Ayra sedang berada dimasa pemulihan namun, jika kau masih bersedih seperti ini, maka kamu bisa saja mengalami gangguan pada kejiwaanmu, halusinasi akan terus terjadi padamu. Ini akibat dari keguguran kemarin. Ayra harus melupakan semua kejadian yang bisa memicu kesehatan mentalmu. Ini untuk kebaikanmu juga. Jika kamu terpuruk terus-terusan seperti ini, maka kesehatanmu akan semakin parah, Ayra. "

Aku terdiam. Membisu.

Ini hanya sekedar halusinasiku, aku terlalu rindu sampai membayangkan hal yang mustahil terjadi.

Hatiku dirundung rasa bersalah yang teramat sangat besar dan pedih. Sudah pasti Jimin marah. Mungkin kali ini, Jimin sudah benar-benar kehabisan akal untuk menghadapi sikap keras kepalaku ini.

Air mataku mulai merebak karena mengingat semua kejadian yang telah menimpaku sekarang.

Melihat perlakuan Jimin kepadaku sungguh membuatku terharu. "Mianhae ... oppa." Entah mengapa perkataan itu terlontar begitu saja keluar dari mulutku.

Sepertinya, aku benar-benar merasa menyesal telah mengabaikan orang sebaik Jimin. Aku juga menyadari bahwa aku menggantungkan hidupku sepenuhnya pada Jimin. Dia adalah pria yang luar biasa, sangat sabar menghadapiku.

"Selama ini kamu benar. Aku salah. Aku selalu membuat kebodohan yang sebenarnya akupun sadar itu hal yang tidak benar. Hidup ini akan terus berjalan, lantas mengapa aku terus mengeluh. Aku bahkan lupa bahwa ada seseorang yang setiap harinya mengkhawatirkan diriku," ucapku sambil terisak.

Aku sama sekali belum tenang. Aku bisa merasakan bahwa eonni sering muncul dalam mimpiku itu adalah sebuah tanda. Ia tidak main-main akan ikrarnya sebelum dia pergi, ia sudah membuat janji denganku dan Jimin agar kami berdua tidak boleh berpisah dengan alasan apapun.

Hanya saja, aku tidak menyadari akan hal itu, aku terlalu egois, aku jahat, aku membohongi perasaanku sendiri.

Aku melepas pelukan lalu meraih dua tangan Jimin, memandangnya dengan mata super serius. Aku menghela napas karena merasa bersalah setelah mendengar ucapan Jimin.

Aku menyadari bahwa kenyataannya aku harus terus menjalani hidup ini. Aku harus membuat eonni dan eomma bahagia diatas sana, pasti mereka sedih juga melihatku mengenaskan seperti ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 19, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Still Falling For You | PJMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang