19. 유감 (Regret)

1.7K 118 24
                                    

Tahun ini salju turun pertama kali pada 29 Oktober. Tapi karena suhu masih hangat, salju pun segera mencair dan lenyap tak berbekas. Bulan November sempat beberapa kali hujan salju, tapi nasibnya hampir sama dengan salju bulan Oktober. Lenyap, tapi masih menyisakan jejak di beberapa tempat.

Sampai akhirnya tanggal 5 Desember kemarin hujan salju disertai angin yang lumayan kencang sehari semalam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sampai akhirnya tanggal 5 Desember kemarin hujan salju disertai angin yang lumayan kencang sehari semalam. Esok paginya salju pun menumpuk. Dan sejak saat itu, suhu selalu menjauhi angka nol.

Hari ini pertama kali aku merasakan suhu hingga -10 derajat celcius. Jendela rumah bagian dalam sampai membeku.

Tepat pada saat ini aku merasakan beku dalam hatiku, baju berlapis yang aku pakai tidak dapat menahan rasa dingin yang mencekam pikiranku.

"Ayra... dia mungkin tidak akan mengijinkanku untuk membawamu ke sana."

"Wae? Aku adiknya. Aku ingin bertemu eonni sekarang juga!"

"Tapi...."

"Tapi apa? Jika oppa tidak ingin memberi tahuku. Maka aku akan mencarinya sendiri. Aku akan mengelilingi kota Seoul jika perlu."

Aku bangkit dari sofa.

Jimin memegang tanganku. "Baik! kita ketemu Sooyun hari ini."

*********

Akhirnya aku sudah berada di rumah sakit dimana kak Sooyun dirawat. Tak terasa air mataku keluar begitu saja dari mataku. Namun aku harus tetap tegar dan kuat berjalan menyusuri koridor rumah sakit ini. Tanpa sadar, Jimin sudah meraih tanganku untuk dia genggam. Aku spontan menoleh.

"Kau harus kuat! Ayra yang aku kenal adalah gadis yang selalu ceria dengan senyum terlukis indah di bibirnya," ucap Jimin sambil tersenyum kepadaku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kau harus kuat! Ayra yang aku kenal adalah gadis yang selalu ceria dengan senyum terlukis indah di bibirnya," ucap Jimin sambil tersenyum kepadaku.

Aku tahu Jimin sadar akan kesedihanku sekarang, kemudian ia mencoba menghiburku.

"Tapi aku bukan gadis lagi." Jawabku sambil menggigit bibir bawahku.

"Aku hampir lupa, gadis ini sedang mengandung anakku rupanya." Tak lupa ia mendekatkan telinganya di perutku sambil memegangnya.

Still Falling For You | PJMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang