16. Masih Demam

22.8K 1.2K 37
                                    

Galang merengut sebal saat Raras sudah mulai mengeluarkan kebiasaannya, memarahinya. Tidak menyeramkan memang, malah wajah cewek itu terlihat lebih lucu saat dia menggembungkan pipinya kesal. Galang yang notabene-nya pecinta ketenangan hanya bisa mendengus, sebenarnya ingin sekali dia menarik Raras ke ketiaknya supaya berhenti mengomel, namun apa daya tubuhnya terlalu lemas walau untuk mengangkat gelas saja.

"Ga bisa bangun kan lo? Mampus!" maki Raras memandangnya yang tengah berusaha duduk.

Tadi, selepas Galang bangun tidur, Raras yang ternyata menunggunya bangun itu pun langsung beranjak merapikan lantai bawah setelah memberi dia kecupan singkat di bibir. Galang yang niatnya menahan Raras hanya bisa menghela napas. Dia sedang tidak ingin melihat Raras kelelahan hanya karena dirinya yang sedang tidak berdaya ini.

"Tolongin, makanya," balas Galang ketus.

Raras terkekeh, bergerak membantu Galang duduk bersandar pada sandaran. Menepuk kedua pipi Galang bergantian kemudian berlari keluar kamar. Galang tersenyum lembut, memegang dahinya yang sudah tidak terlalu panas seperti tadi siang. Pasti tadi saat dia tidur, Raras diam-diam memberikan kompres air dingin yang sangat dia benci.

Kaya anak kecil, katanya.

Tidak ada cahaya yang masuk ke celah-celah, itu artinya hari sudah malam. Galang membuka selimut yang menutupi bagian kakinya, berusaha untuk berdiri walau badannya benar-benar menolak itu.

"Anak bandel, mau kemana?" tanya Raras tiba-tiba membuat Galang kaget.

"Mandi," jawab Galang tak acuh.

Raras mendelik marah, menjewer telinga Galang. "Gue tau lo ga punya otak, tapi gue ga ngira kalo pacar gue sebego ini. Lo lagi demam, Lang. Ini juga udah malem. Sehat ga menurut lo mandi malem-malem dalam keadaan sakaratul maut kaya gini?" marah Raras masih menarik telinga Galang.

"Aduh, Raras kampret! Lo juga bego ya, ini gue lagi lemah malah lo jewer!! Mau gue cepet mati ga punya telinga?" sebal Galang melepaskan jeweran Raras dengan susah payah.

Raras melepaskan tangannya, mengusap telinga Galang kemudian menyembunyikan tangannya dibelakang tubuhnya. "Maap, nyebelin!" ucapnya pelan. Galang berdehem mengusap telinganya.

"Bantuin gue ke ruang tengah, mau nonton TV," ucap Galang mengacungkan kedua tangannya pada Raras.

"Iya. Itu tangan ngapain?"

"Gendong."

"Pinter lo, babi!"

Raras memapah tubuh Galang berjalan ke ruang tengah. Di sepanjang jalan, Galang terus saja mengungkapkan pernyataan bodoh yang membuat Raras terpaksa memukul kepala Galang sebal. Sedari tadi juga tangan Galang sama tidak bisa diamnya dengan mulut. Pinggang Raras yang dia jadikan penopang terus saja ia raba dengan berani.

"Tangannya aku potong, mau?"

"Lo kenapa galak banget sih sama gue? Lagi sakit juga, bukannya disayang malah diomelin."

"Mimpi aja sana!" Raras mendudukan Galang pada sofa coklat disana. 

Saat hendak berbalik, tangan Raras sudah lebih dulu dicekal Galang. Cowok itu memberi isyarat untuk jangan pergi melalui tatapan matanya. Raras menghela napas, memutar bola matanya malas kemudian duduk di sebelah Galang yang langsung dipeluk erat oleh cowok itu.

Galang menumpukan kepalanya pada pundak Raras, memeluk erat pinggang mungil Raras yang selalu terasa pas untuknya. Awalnya hanya diam saja, namun lama-kelamaan bibir dan hidungnya mulai tidak bisa diam. Lelaki yang tengh memakai kaos putih polos dengan celana training hitam itu mulai menjelajahi leher Raras.

Mengecup, menghirup, atau hanya sekedar menghembuskan nafas disana cukup membuat Raras menahan napas geli. Tangan Galang mulai menyingkap kaos kuning Raras sampai di bawah dada gadis itu. Dia mengelus perut rata Raras perlahan, membuat sensasi tersendiri untuk Raras.

"Mmmh.. Lang," ucap gadis itu tertahan.

Galang bergumam, menempelkan bibirnya yang bergetar ke tulang selangka Raras. Raras hanya bisa memejamkan matanya, cewek itu terlihat menikmati beberapa sentuhan Galang pada kulitnya.

"Kamu masih demam," ujar Raras pelan. Berusaha melepas lilitan tangan Galang, namun nampaknya tidak berdampak apa-apa pada lelaki itu.

"Hmm," gumamnya malas masih mengecupi leher Raras tanpa henti. Hingga beberapa menit kemudian dia mulai berhenti dan berujung tertidur di pundak Raras.

.
.
.
SARAN LAGI YOK BIAR CEPET APDET WGWGWGWGWGW

HUGUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum