18. Nyebelin

16.8K 1.2K 44
                                    

Galang : D dpn fk lo.

Raras mendengus sebal. Galang benar-benar melanggar aturannya untuk tidak keluar rumah hari ini. Larangan yang diberi Raras tadi pagi ternyata tidak cukup membuat Galang menurut.

Semalam setelah pergi jalan-jalan di acara festival makanan hingga larut malam, kaki Galang sakit. Pagi tadi tidak bisa digerakkan, mungkin karena cowok itu terlalu banyak berjalan. Galang itu pria dengan tubuh sensitif. Kalian harus tau itu.

Dengan langkah yang sengaja dia hentakan, Raras berjalan keluar gedung fakultasnya menemui cowok yang tengah bersandar pada motor sport hitamnya itu. Kaos putih dilapisi jaket boomber merah maroon juga celana jeans hitam yang dipakainya cukup membuat beberapa wanita yang melewatinya melirik serta berbisik.

"Nanti malem aku ga mau masak," ucap Raras langsung setelah berhenti di depan Galang. Cowok itu hanya tersenyum miring seraya mengacak rambut Raras.

"Beli diluar," jawabnya santai sambil naik keatas motor diikuti Raras yang sudah mulai duduk di belakangnya.

"Lang! Nurut sekali sama aku bisa ngga sih?" Galang tidak menjawab dan hanya mengukir senyumnya dibalik helm full face yang dia kenakan.

Cubitan juga pukulan di bagian punggungnya tidak memberikan efek apa-apa pada cowok itu. Dia tetap fokus pada jalanan saat Raras tiba-tiba memeluknya dari belakang juga menyandarkan kepala gadis itu pada punggungnya.

Raras memejamkan matanya, menenangkan pikirannya yang berkecamuk tentang keadaan kaki Galang yang sekarang tengah menginjak pedal motor. Namun, mau berapa kali Raras melarang Galang tidak akan pernah mau menuruti selagi dia memang benar-benar menginginkannya.

☘️☘️☘️

"Marah terooss. Gue udah gapapa," ujar Galang dengan kerasa saat mendengar Raras terus-terusan mengomelinya.

Raras meliriknya, melanjutkan pekerjaannya yaitu membersihkan rumah Galang dengan sedikit gerakan yang dihentak-hentakkan. Saat Raras berjalan melewatinya, dengan cepat pinggang gadis itu ia tarik hingga tubuhnya bertabrakan dengan tubuh mungil pacarnya ini.

"Sakit, bego!" maki Raras.

"Jangan marah," ujar Galang pelan tanpa mau menatap mata Raras. "Maaf," lanjutnya.

Raras mengubah posisinya. Dia berbalik dan menempatkan kakinya diantara tubuh Galang pangkuan mirip anak kecil saat digendong orang tuanya. Memeluk Galang dengan hangat, membuat cowok itu ikut menenggelamkan kepalanya diantara ceruk leher gadis itu.

"Takut, tau," adu Raras.

"Tau."

"Kok masih bandel? Lama-lama kalo sakit gue kunciin aja ya lo di kamar! Keras kepala!" cerca Raras.

"Kok marah lagi sih," rengek Galang kemudian kembali memeluk pinggang ramping Raras. Berusaha merayu gadis itu untuk tidak mengeluarkan kata cacian lagi untuknya.

"Makanya jangan bego-bego jadi orang. Kaki sakit masih aja bandel keluar rumah."

"Gue cuma ga mau lo pulang sendirian, Ras."

"Gue balik bareng Alin, Lang. Tadinya, sebelum lo dengan kebodohan lo bilang kalo udah ada di depan fakultas."

Galang tersenyum simpul diatas pundak Raras. Dia senang sekali saat mendengar omelan gadis itu yang menyerupai ibu-ibu.

Karena Galang selalu menginginkan sosok seperti ini dimanapun dan kapanpun.

Dia selalu menginginkan seorang wanita berhati hangat yang mau mengingatkannya ketika dia salah.

Tepatnya, dia selalu menginginkan Raras.

.
.
.
cuma dapet segini guize..
maap:(

lempar ide dulu sok atuh


HUGWhere stories live. Discover now