BAB 4

216 30 8
                                    

Aira menunduk lesu ketika berjalan di lorong sekolah menuju kelasnya. Pikirannya masih memikirkan satu orang yang entah apa sikapnya selalu dingin kepadannya. Gadis itu menghentikan langkahnya.

"apa dulu aku melakukan kesalahan?"

Tanpa sadar dirinya menggigit bibir bawahnya mencoba mengingat kenangan masa lalu. Berdiam diri cukup lama, Aira tidak menemukan jawabannya. Ia juga bingung kenapa tidak bisa mengingat ketika umurnya 5 tahun.

'tuk'

"permisi" Aira menoleh ke belakang ia melihat seorang pria berdiri dengan tangannya memegang tumpukan buku kira-kira lima buku besar. Aira menatap pria tersebut dengan tatapan bertanya.

"bisakah kau ambilkan itu" Aira mengikuti arah yang ditunjukan dengan sorot matanya menuju lantai. Beberapa lembar kertas terjatuh disana.

Aira mengangguk dan langsung mengambilnya, kemudian menaruhnya di buku paling atas. Pria itu lantas tersenyum ketika Aira menolongnya.

"terima kasih" ucapnya tersenyum lebih lebar. Aira tertegun melihat wajah rupawan pria tersebut. Lihatlah betapa indahnya pahatan diwajahnya, matanya elangnya, bibirnya yang tipis dan rahang tegasnya. Bagaikan pangeran di negeri dongeng yang memiliki kerajaan dan idaman para gadis.

Pria itu menaikan sebelah alisnya seraya memperhatikan raut wajah lawan bicaranya yang hanya diam tidak membalas ucapannya.

"kau baik-baik saja?"

Aira tidak menjawab, namun dengan lambat ia mengangguk dengan ekspresi yang masih sama. Pria itu tiba-tiba mendesis tertawa, setelah menyadari mengapa gadis di depannya seperti ini. "kau murid baru yang kemarin bukan?"

"hah?" Aira tersadar dari lamunannya.

"baru kali ini aku ditatap seseorang sampai segitunya" ucap pria itu lagi, terasa menyindir sikap Aira yang menurutnya lucu. Aira tidak menjawab ia justru menggigit bibir bawahnya sambil menunduk, merasa kebodohannya mencuat.

"kalau gitu aku duluan, sangat berat jika bicara denganmu dengan memegang tumpukan buku" imbuhnya lagi terakhir kali dan langsung melangkah pergi.

"Aira bodoh, ada apa denganmu" ucapnya akhirnya bersuara, memarahi dirinya sendiri sebelum akhirnya pergi menuju kelasnya.

"Aira!"

Aira yang baru saja masuk ke dalam kelasnya menoleh, dirinya mendapati Sua dan Yuju yang sudah duduk di bangkunya.

"sini kau duduk samping ku"

"whoa.. Aku tidak menyangka kita benar-benar sekelas" ucap Aira senang melihat keberadaan temannya disini.

"sepertinya kita memang sudah di takdirkan bersama" balas Sua yang juga senang. Ia menarik tangan Aira agar duduk di bangku sampingnya.

"Hyori duduk dengan siapa?" tanya Aira kepada Sua karena Hyori duduk sendiri di meja belakang mereka.

"ah.. Tidak tahu, sepertinya wanita dan sedang keluar" jawab Sua dan Aira mengangguk

Bel mulai tanda pelajaran berbunyi. Seorang gadis dengan kaca mata yang bertengger manis di batang hidungnya berjalan memasuki kelas dan ternyata duduk di samping Hyori.

"apa kau tidak merasa aneh?" bisik Sua mendekat ke arah Aira.

"aneh apa?" tanya Aira balik sambil mengeluarkan buku dari ranselnya.

"kau tidak melihatnya? Anak yang duduk di samping Hyori"

'tak'

"aaw" Sua mengaduh dengan tangan memegangi keningnya. "kenapa kau memukul kepala ku?!" tanya Sua kesal, tatapannya seakan ingin mencolok mata teman sebangkunya itu.

Starlight [Park Jimin] Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora