BAB 6

168 24 1
                                    

Nama Yuju aku ganti Hyori ya😊

"ibu aku berangkat!"

Hari baru datang, Aira baru saja usai menyelesaikan sarapannya. Gadis itu lantas berjalan cepat menuju pintu dan memasang kaus kaki serta sepatunya. Membuka pintu rumah kemudian mendapati kakaknya yang sudah berdiri setengah bersandar pada motor barunya.

"maaf oppa aku membuatmu menunggu ya?" tanya Aira melihat ekspresi wajah Jimin yang sulit ditebak, apakah pria itu marah atau tidak kepadanya. Jimin melirik Aira sekilas kemudian menegakkan tubuhnya. Memberikan helm kepada gadis kecil itu.

"kau membuatku terlambat." ucap Jimin terdengar dingin, Aira hanya mampu menelan salivanya kemudian memasang helm di kepalanya. Jimin menunggu Aira untuk duduk di belakangnya, dirasa gadis itu sudah duduk dengan nyaman lantas pria itu menyalakan mesin motor dan melaju dengan kecepatan sedang.

Tidak ada percakapan di antara mereka, keduanya saling diam. Aira hanya dapat bungkam karena sudah pasti kakaknya itu tidak akan pernah tertarik pada obrolan dirinya. Menatap jalan yang terbilang masih sepi, ini bukanlah Seoul yang sebelum matahari terbit pun ramai dengan segudang aktivitas orang-orang, mobil di sana-sini dan beberapa pelajar yang sudah bertebaran untuk berangkat sekolah. Bahkan, baru beberapa toko yang berjejeran sedang bersiap untuk buka. Itu yang Aira tahu saat menonton televisi dan melihat di internet.

Dirinya belum pernah mengunjungi ibu kota negaranya tersebut, tetapi terkadang Aira pernah bermimpi bahwa dirinya pernah menapaki kota tersebut yang berakhir tragis membuat gadis itu bangun dari mimpinya dengan bercucuran keringat di pelipisnya. Aira selalu meminta kepada ayahnya untuk sesekali mengajaknya ke Seoul, ayahnya tentu mengiyakan hanya saja itu tidak pernah terlaksana. Berbagai alasan selalu membuat dirinya tidak pergi ke kota tersebut.

Aira menghirup udara pagi, sangat menyenangkan berangkat dengan motor dibandingkan bus yang selalu membuatnya berdesakan. Gadis itu mengalihkan pandangannya, menatap lurus ke depan, duduk di belakang Jimin dengan jarak sedekat ini membuat wangi parfum pria itu dapat tercium oleh hidung Aira. Aira tersenyum, wanginya sangat enak, ia baru sadar parfum pria begitu menenangkan. Membuatnya tertarik untuk membeli parfum merek yang sama.

"turun."

Belum kembali dengan kesadarannya Aira dikejutkan saat motor Jimin berhenti tiba-tiba dan pria itu menoleh menatap Aira yang malah mengerjap heran menatap dirinya.

"apa?"

"turun." ulang Jimin,"kau tahu aku tidak ma-"

"baiklah aku mengerti." potong Aira yang sudah tau apa maksud Jimin. Turun dari motor pria itu dan melepaskan helmnya,"ah.. Kenapa susah sekali" Aira mencoba menekan tombol di dekat lehernya. Pengait pada helm tersebut tidak kunjung terlepas.

Jimin menoleh dan melihat gadis itu yang kesulitan sendiri, Aira melirik pria itu yang terlihat menunggu dirinya."aku tidak tahu kenapa ini susah terlepas." alibi Aira yang masih berusaha. Jimin lantas menjulurkan tangannya, membuat Aira menurunkan tangannya yang sejak tadi berjuang melepaskan pengait tersebut.

Tidak membutuhkan waktu lama, Jimin mampu melepaskan pengait helm tersebut. Aira hanya mampu menyengir dan melepaskan helm dari kepalanya,"terima kasih."

Jimin tidak mengatakan apa pun setelah menerima helm, menghidupkan kembali mesin motor dan meninggalkan Aira yang harus berjalan beberapa meter lagi menuju sekolah. Aira lantas mendengus menatap punggung kakaknya yang semakin menjauh,"apa dirinya bisu?" umpat Aira dengan tatapan sengit.

Aira berjalan memasuki sekolah, gadis itu merasakan suara motor yang seperti mendekat ke arahnya.

"hei"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 23, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Starlight [Park Jimin] Where stories live. Discover now