Devilish - 13

1.3K 206 18
                                    

Zora berada di pantry kantor sambil bersandar di kursi, setelah ia membersihkan ruangan yang sudah dipesan Bu Dwi untuk dibersihkan tiap hari. Ia mengecek kembali jam dinding yang menunjukkan pukul 8, berarti sudah 2 jam ia berada dikantor. Ya, pukul 6 pagi dirinya sudah dikantor bukan karena ia rajin tapi ia ingin menghindar dari Ano. Semalaman kemarin saja ia sengaja sibuk memainkan ponselnya atau menonton di dalam kamar. Tapi setelah ia pikir pagi ini rasanya ia tidak perlu takut. Ano pasti tak akan melarangnya bekerja, ia perlu membayar hutang. Kio pun tidak akan marah apalagi Azel, adiknya itu pasti akan senang jika tahu dirinya kerja.

"Memang oon!" Zora mendorong kepalanya sendiri sambil mendumel.

"Zora, kamu lagi ngapain?" tanya Mario sambil menarik kursi duduk disebelah Zora.

"Nggak ada apa-apa Pak," ucap Zora cepat ingin berdiri tapi Mario menahan kedua pundaknya dan menarik kursinya mendekat.

Zora menggeser badannya risih. "Pak Mario perlu minum?" tanya Zora ragu.

"Nggak sih, saya perlu kamu!" sahut Mario cepat.

"Perlu saya buat apa ya?"

"Kamu pasti kenal Ano kan, kalian punya hubungan apa, jujur aja," ucap Mario semangat.

Zora menahan badan Mario mendekat dengan memegang dadanya agar tak lagi bergerak lebih dekat. "Saya ga kenal Pak Ano!" seru Zora pelan membuat Mario mendengus kesal.

Mario menyilangkan tangannya di depan dada. Ia kembali menarik kursi Zora mendekat tapi sebelum berbicara. Tas seseorang menghalangi wajahnya. Kursi Zora pun ditarik menjauh darinya.

"Nggak usah mesum pagi-pagi di kantor!" seru Ano malas sambil berjalan mengambil gelas setelah melihat Zora tidak berdekatan dengan Mario.

Mario mencibir kemudian mau berbicara lagi dengan Zora. "Zora, kita lanjut lagi, aku belum selesai berbicara!" seru Mario membuat Ano menoleh ke belakang.

"Rio, klien lo udah nunggu, malah asik-asikan ganggu OG!" seru Ano sebal membuat Zora tersenyum kecil.

"Ya udah, bye, Ra, ada pengacara rese hati-hati!" seru Mario cepat sambil mencubit pipi Zora.

Zora mengadu kesakitan kemudian menggosok pipinya. Ia memperhatikan Mario yang sudah berjalan keluar. Pria itu entah kenapa selalu agresif dengannya. Ia tak takut, hanya risih dengan perlakuan Mario.

Ano menyandarkan pinggangnya ke meja, menunggu mesin kopi memanaskan kopi hitamnya. Ia menatap Zora sekilas.

"Kamu menghindariku?" tanya Ano tanpa menatap Zora.

Zora menggeleng cepat. "Aku hanya ga mau terlambat ke tempat kerja dan seharian kemarin aku capek, kakak tahukan aku bahkan ga pernah kerja begini!" bohong Zora cepat.

"Kamu ga jago bohong!"

"Aku ga bohong!" seru Zora gelagapan.

"Untuk apa sebenarnya kamu kerja, uangmu ga cukup memangnya?" Zora menghela nafas pelan menatap Ano sekilas.

"Bayar hutang, aku masih hutang dengan ka Ano!" seru Zora cepat membuat Ano menatapnya. Ternyata gadis ini menanggapi ucapannya serius.

"Biar Zora antar ke ruangan ka Ano aja nanti, Ka Ano bisa balik ke ruangan," ucap Zora lagi cepat melihat Ano sedang menunggu kopinya.

"Jangan terlalu manis, cukup setengah sachet gula," ucap Ano berjalan keluar dari pantry kemudian berbalik kembali.

"Jangan terlalu dekat dengan Mario dan terbuai dengan bualannya, dia penjahat kelamin!" jelas Ano dan berlalu membuat Zora terpaku bingung. 

Devilish (END)Where stories live. Discover now