Chapter 17

4.1K 618 16
                                    

Happy reading ;)

☆☆☆

Kita kembali lagi di saat Draco dan Harry sedang berciuman di atas karpet tebal. Draco senang jika Harry perlahan-lahan mau membalas ciumannya meskipun Harry masih payah dalam tersebut. Draco tidak mengerti apapun tentang Harry, yang sekarang ia tahu hanya Harry adalah pemuda yang menjadi miliknya. Hanya itu.

Dering telepon masuk membuat Harry mendorong Draco untuk menyudahi ciuman mereka.

Harry tersenyum, "seseorang menelponku, Draco."

"Menyebalkan." Draco melepaskan Harry dengan tidak ikhlas. Melihat pemuda itu mengahmpiri konter dan mengangkat telfonnya. Suara Harry tidak terdengar sama sekali oleh Draco tapi Harry menoleh kebelakang untuk memastikan Draco.

Harry tersenyum sekali lagi untuk menandakan bahwa dia baik-baik saja, lalu Harry berjalan menjauh dengan ponsel yang masih di telinganya.

***

Draco menemukan Harry yang sedang melamun di kamar mereka, memandangi ke arah kolam renang. Draco sudah setengah jam menunggu Harry di depan TV tapi pemuda yang di maksud belum kembali kepadanya.

"Kau baik?"

Harry tersentak dan membawa punggung tangannya menggosok kedua pipinya. Ia menoleh pada Draco yang duduk di sampingnya.

"Baik," jawab Harry. Draco melihat gelagat aneh dari Harry yang coba ia sembunyikan. "Kau tidak ada pekerjaan?"

"Tidak. Kau kenapa? Apa ada sesuatu yang salah?"

Harry menggeleng, air mata yang lolos dari pelupuk mata membuat dirinya berbohong di hadapan Draco. Ketika Draco akan membuka mulutnya, kepala Harry sudah bersandar di bahu Draco. Harry tidak berujar satu kata pun, hanya derai air mata milik Harry yang berucap bahwa sesuatu telah terjadi pada Harry.

Draco membawa tangannya ke sisi tubuh istrinya lalu menggosoknya perlahan. Ia merasakan tubuh Harry yang bergetar karena isakan pemuda tersebut yang semakin menjadi. Kaos pada bagian bahu miliknya juga sudah basah karena tumpahan air mata Harry, entah itu bercampur ingus atau yang lain ia tidak peduli.

Hingga menit demi menit pun berlalu sampai Harry benar-benar tenang tanpa ada lelehan air mata lagi. Draco memindah posisinya menjadi di depan Harry, kakinya berlutut dan kedua tangannya ia letakkan pada lutut Harry. Ia mengambil kotak tisu yang berada di nakas lalu membersihkan wajah Harry dari sisa air mata.

"Aku cengeng ya." Tawa dan sisa isakannya bercampur membuat dirinya semakin miris.

Draco tidak berkomentar apapun tentang itu. Ia membiarkan Harry untuk lebih tenang dan siap untuk di ajak berkomunikasi.

"Aku tahu, pasti banyak yang akan kau tanyakan. Atau mungkin saja kau berfikir jika aku memiliki gangguan mental," Harry bersuara. Draco diam dan mendengarkan. "Tapi tidak. Aku normal. Tadi ibuku menelfonku, dia bertanya bagaimana kabarku dan kau juga. Suaranya.. suaranya sedikit berbeda. Entahlah, mungkin saja serak. Tapi sebelum ibuku memutus sambungannya aku mendengar ibuku terisak, dan dari situ aku tahu sedang terjadi sesuatu. Aku tidak tahu masalahnya lalu aku menelpon Hermione. Dia bilang kalau.. kalau aku tidak boleh membuka sosial media dulu karena keadaannya sedang kacau. Semua orang di dunia sedang membahas aku. Semua saluran TV, mereka membahasku. Membicarakanku tanpa henti, mengetikkan namaku tanpa lelah. Dan inti sialannya mereka-"

Harry berhenti tiba-tiba karena jari telunjuk Draco menahan kedua bibir Harry. Draco kemudian memeluknya sangat erat, hingga Harry merasakan Draco akan meremukkan tubuhnya. Tapi ia biarkan saja, membebaskan Draco untuk melakukan apapun pada tubuhnya.

JUST FRIENDWhere stories live. Discover now