Chapter 23

3.3K 518 8
                                    

Side story..

Happy reading y'all ;)

☆☆☆

"Nona, Miss. Sprouse sudah tertangkap." Ujar seorang pria ditengah keheningan malam.

Wanita dengan gaun merah darah dan topi yang menutupi wajahnya berada di depan pria tersebut. Jemari lentiknya mencengkram erat clutch berwarna senada dengan gaunnya. Lalu dia berkata.

"Lepaskan dia lalu bunuh dan jangan sampai meninggalkan jejak. Aku mempertaruhkan karir dan nama ku untuk ini."

"Baik, Miss." Pria tersebut mengerti dan pergi dari hadapan wanita tersebut.

Wanita dengan gaun merah mmengeluarkan ponsel dari clutch untuk menelpon kenalannya.

"Berikan aku daftar mata-mata handal. Minimal lima." Ujarnya lalu memutus sambungannya dan membanting ponsel tersebut hingga tak berbentuk lalu membuangnya ke selokan.

Dia pergi dari kegelapan gang sempit dan bau. Pergi ke kamar mandi umum untuk melepas gaunnya dan menyisakan dress mini untuk di kenakan. Ia merobek gaun seharga ratusan poundsterlingnya lalu ia basahi agar tidak ada sidik jarinya yang menempel. Dia akan melakukannya dengan sangat bersih dan jika ada sedikit noda, tak segan ia akan menjadikan orang lain sebagai kambing hitam. Selagi dirinya tidak bermasalah, ia akan melanjutkan aksinya.

***

Draco terbangun dari tidurnya dengan nafas tersenggal. Dahinya penuh dengan keringat karena baru saja bermimpi buruk. Buruk sekali hingga tidak ingin mengingat mimpinya. Ia menoleh ke samping tapi orang yang di maksud tidak ada, suara air dari kamar mandi juga tidak terdengar.

Draco mengambil ponselnya untuk menelfon Harry tapi ponsel Harry tertinggal di kamar. Draco mengumpat untuk itu dan segera beranjak dari ranjang. Harry selalu seperti ini, menghilang dan membuat Draco panik. Tidak ada pelayan yang bangun di tengah malam seperti ini jadi dia tidak tahu harus mencari ke mana. Taman menjadi pilihan pertama tapi Harry tidak ada di sana, teras, ruang keluarga, ruang tamu juga tidak. Ketika dirinya berhenti di ruang tamu, terdengar suara benda pecah dari arah dapur, segera saja Draco menuju dapur dan akhirnya Harry ada di sana.

"Harry, aku mencarimu." Ujar Draco mendekati Harry.

"Jangan mendekat. Aku akan membersihkan pecahan kaca dulu." Harry mengambil kain basah dan sekop kecil.

Setelah selesai, Harry mencuci tangannya lalu mengambil tempat duduk di samping Draco. "Kau kenapa? Mimpi buruk?"

Draco menggumamkan iya.

"Sebenarnya aku juga." Ujar Harry.

"Bagaimana mimpimu?"

"Aku memimpikan kematianku. Aku mati karena kesakitan dan seorang bayi telah lahir." Harry bernafas berat.

"Di mimpiku, kau meninggalkan ku. Kau pergi jauh hingga aku tidak bisa mencarimu." Ujar Draco.

Keduanya diam, seakan-akan menyatukan mimpi mereka satu sama lain.

"Kau berfikir jika mimpi bisa menjadi kenyataan?" Tanya Draco.

"Kadang-kadang jika mimpi tersebut begitu realistis."

"Ini bukan janji tapi aku akan berusaha melindungimu."

"Terima kasih, Draco. Aku tidak tahu harus membalasmu bagaimana." Ujar Harry sayu.

Draco membawa tubuh Harry padanya, meskipun Harry belum mencintainya, ia akan terus berusaha mendapatkan hati Harry.

"Jujur saja, Harry. Kau menganggapku seperti apa?" Tanya Draco.

"Pasangan." Jawab Harry pelan. Terdengar tidak yakin.

"Pasangan tanpa cinta," Draco membenarkan. "Tak apa, jangan minta maaf."

Mereka menghabiskan waktu dengan berpelukan. Harry merasa tenang ketika mendengarkan detak jantung Draco dan Draco merasa hangat menyentuh tubuh Harry. Draco menyanyikan lulaby untuk Harry agar pria itu bisa tertidur, dan benar saja ketika lagunya belum selesai Harry sudah terlelap lebih dulu.

Draco mencium kening Harry lalu membawanya ke kamar.

"Love is love even they are not loving each other." Draco mengucapkan kutipan yang pernah di bacanya seakan memberikan semangat untuk dirinya sendiri. Ia sudah bersyukur mendapatkan Harry dan berdoa agar selalu bersama.

°•°•°•°TBC°•°•°•°

JUST FRIENDNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ