Mr. Ward_1

4.5K 28 0
                                    

"Apakah kau tahu berapa banyak feromone yang harus ku keluarkan untuk menarik perhatian mu?"

"Pardon?"

"it's okay dear. Nanti kau akan masuk dan terjerat dalam jebakanku, kemudian menyerah, dan ...aku penasaran bagaimana rasanya saat kau berada di setiap sudut ruangan, mengerang penuh nikmat dan tak ingin berhenti."

ok, enough. Kalimat pembukaan yang ku terima dari seorang bos yang tidak kuharap kan, membuatku harus menyingkirkan begitu banyak bayangan erotis yang ditimbulkan dari kalimatnya.

Bos ku ini bukan seorang pemuda dengan tangannya yang ahli dalam menyenangkan wanita, atau mungkin seorang lelaki dengan pakaian tuxedo nya, dia hanya... apa ya? Seorang pria dengan tato hampir memenuhi seluruh tubuhnya lengkap dengan beberapa jalur urat dan pembuluh darah yang memberikan kesan seksi namun keras.

Dia seorang CEO, tapi juga pekerja sosial, tinggal di sebuah tempat apartemen sederhana sekalipun bisnisnya beromset ratusan milyar per tahun, lebih suka mengenakan kaos kasual ditambah hoodie ber-zipper, sepatu boots menutupi mata kakinya, dan celana basket.

Bagaimana dengan tatonya?

well, hari itu sekretarisnya memintaku untuk mampir ke apartemennya dan mengantarkan dokumen agar segera ditanda-tangani. Apartemen kami berada di jalanan yang searah, jika boleh kutambahkan kami hanya selisih dua blok. Hari itu aku tiba di depan lobby apartemennya, menunggu seorang CEO yang sedang membantu beberarapa anak kecil yang sedang menggunakan kursi roda.

"Saya rasa..."

"Tunggu sebentar, sayang." jawabnya cepat. Sembari menunggu, tiba-tiba seseorang menghampiriku dan mengantarkanku menuju kamar apartemen CEO ku.

"Silahkan ikuti saya."

"Apakah Mr. Ward selalu menjadi life-saver?"

"Tentu saja, dia terlalu menciantai anak-anak dan orang tua. Nikmati waktu Anda, Mr. Ward mungkin sedikit lebih lama dari biasanya."

"Mungkin saya hanya perlu..."

"No. Mr. Ward pasti menganggap Anda spesial sehingga dia bersedia membukakan pintu apartemennya untuk Anda."

Pintu sudah dibuka, pria itu menyuruhku masuk dan aku terkunci di dalam, perfect...!!!

___

"Ku harap kau menikmati tidur siangmu."

Mr. Ward menyapaku dengan caranya yang aneh, maksudku bukan pertanyaannya, tapi gelagatnya, dia dalam keadaan bertelanjang dada lengkap dengan celana basketnya.

"Menikmati pemandangan?"

"oh, sorry, Sir."

"Aku juga menyukai ekspresimu yang sedang menikmati tatoo ku."

"i am not.." Kalimatku terputus karena secara tiba-tiba dia duduk disampingku.
"Apakah kau tidak penasaran dengan tato ku?"
"Sedikit, tapi itu bukan urusanku."
"Sungguh? Kau juga tidak ingin menyentuhnya?"

Sekilas aku memperhatikan tato yang hampir memenuhi sebagian tubuhnya, dari sebagian dada kemudian menepi ke bahu, turun di tepian punggung dan belikatnya, kembali ke tengah seperti aliran anak sungai dan menegaskan lekukan V line nya. Well, celananya menggantung disana dan membentuk lekukan tubuhnya. Mungkin sebaiknya Mr. Ward mencari profesi sebagai seorang penari striper.

"Sir, saya kemari untuk.."
"A.. a.. a.. aku yang menentukan apa tujuanmu kemari."
"Saya hanya perlu meletakkan dokumen ini."
"Kalau begitu letakkan saja di meja."

Aku berdiri, menegakkan tubuhku, dan meninggalkan map berisi dokumen (yang entah apapun isinya aku tidak mau tahu) di samping tumpukan majalah. Tidak ku sangka tangan Mr. Ward mendarat di paha kiri ku bagian dalam, bergerak naik-turun, sesekali meremas, oh God ingatkan aku untuk memakai pakaian yang lebih panjang.

Dia berdiri di sampingku dan mulai berbisik.

"Kau terdiam kaku? Kemana suara mu?"

Ha... Sekarang aku ingat, ini bisa jadi jebakan yang disiapkan untukku. Sialan... Aku menyentuh lengannya dan berusaha menjauhkannya dari pahaku, karena jika tidak telapak tangannya bisa saja menyentuh... Oh, shit... Sekarang pasti wajahku sudah sangat memerah, karena menahan rasa yang tiba-tiba mendesak seluruh dadaku dan merenggut nafasku.

"Just breath.. Ellaine."
"Lepaskan aku, Sir."
"Aku bahkan tidak menyentuhmu, El."
"Tapi Anda..."
"Panggil aku James, honey."
"James please, just let me..." Kalimatku tercekat di tenggorokan, karena jemarinya membelai celana dalamku, bergerak maju mundur sealur dengan belahan kemaluanku.

"Let you what? Cum?" Aku masih mempertahankan diriku untuk tidak mendesah karena James sudah mempermainkan hormon ku.
"Mendesah sayang, maka aku akan melepaskan mu."
"Aaahh.."
"Yah, seperti itu."
"Ah... Aahhrgggh.."
"Suara mu sangat manis."
"Aaaahhh... James."
"Ya, sebut namaku sayang."

Entah sudah berapa lama aku mendesah, meremas bahu James yang keras berulang-ulang, dan perutku ingin meledak.
"Lepaskan El, itu akan melegakan."
"Ahh..apa yang...ahh.."
Aku tidak tahu apa saja yang jarinya lakukan dibawah sana, aku hilang arah, kepalaku kosong, tubuhku terasa panas dan menggila.
"Ikuti naluri mu... Tubuhmu tahu apa yang dibutuhkan."

Dan aku berteriak melepaskan apapun yang tertahan di perutku, aku merasakan ledakan yang luar biasa hebat. Sebuah ledakan berkepanjangan, karena jemari James sudah menguasai kewanitaan ku, aku tahu tapi aku tidak bisa melepaskan diri. Kedua jemarinya membuatku mendesah tanpa henti dan kewanitaan ku terasa lembab, aku kembali meledak kedua kalinya.

"Hentikan James."
"Kenapa? Kau menyukainya bukan?"
"Sudah James...ahh."
"Rasakan ini El, jariku membelai clit mu, memijitnya, dan.."
"Ahhh... James sudah."
"Come for me honey, just once."
Dan aku kembali meledak karena ulah jemarinya yang memijit sesuatu dibawah sana terus-menerus. Aku hanya bisa menjatuhkan tubuhku padanya secara otomatis.

James membelai pipiku selembut mungkin, seolah aku adalah barang pecah belah. Tapi aku sudah pecah karena jarinya yang membelah lebih dalam.

"Tidurlah, El. Kau pasti lelah."
Iya, aku terlalu lelah untuk mendebat apapun yang dia katakan. Lulaby yang dia nyanyikan begitu merdu, terlalu merdu untuk suara seorang lelaki, tapi sudahlah aku mengantuk.
.
.
.







Building One Shoot (Complete)Where stories live. Discover now