Lantai ke 5

3.4K 27 0
                                    

Per Desember kemarin aku gamang, kami biasa berkumpul dalam satu rumah kontrakan bersepuluh. Tapi karena banyak hal, akhirnya jumlah kami kian berkurang, dan terakhir menjadi 4 orang saja dalam satu rumah.

Sontak karena seluruh temanku pria, kami pun memutuskan akan berpisah saja agar tidak terjadi fitnah. Akhir Desember, sekembalinya aku dari kampung halaman, aku sudah berkemas dan siap untuk pindah ke tempat kos ku yang baru.

Harga yang ditawarkan juga relatif murah ketimbang rumah lainnya, namun kamar tidak dilengkapi dengan pendingin udara. Rumah tersebut menjulang palinh tinggi diantara lainnya, sekitar 5 lantai.

Lantai 1 dihuni oleh sepasang suami istri penjaga kos, 5 unit kamar, 1 dapur bersama, dan 2 toilet. Lantai 2 berisi 6 unit kamar, 2 toilet, 1 gudang, 1 area jemur. Lantai 3 berisi 6 kamar tidur, 1 dapur, 1 area jemur. Sedangkan lantai 4 dan 5 hanya kamar dan toilet umum saja.

Aku masuk saat salah satu kamar kosong, yaitu di lantai 5. Memang lantai 5 adalah loteng teratas, kamar hanya terdiri dari 3 unit, berbentuk kamar loteng dan menurutku unik.

Di setiap lantai terdapat telepon rumah yang terpasang di area publik, telepon rumah ini bersifat pasif. Yaitu hanya diperkenankan telepon masuk tanpa telepon keluar.

Di dalam kamar tersedia 1 coffee table, 1 tempat tidur (tanpa bantal/guling/bed cover), dan satu set gorden

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Di dalam kamar tersedia 1 coffee table, 1 tempat tidur (tanpa bantal/guling/bed cover), dan satu set gorden.

Akhirnya setelah melalui proses 2 bulan aku menyesuaikan kamar dengan seleraku. Membeli carpet, beberapa tanaman hias, bed cover, sprei dan bantal guling. Tidak lupa juga memberikan sedikit tempat bermalas-malasan di sudut kamar. Pakaianku relatif sedikit sehingga aku masih bisa memanfaatkan lemari yang sudah disediakan.

Sore itu, aku sedang memasak di lantai 3. Karena hari minggu, jadi aku bisa bersantai di rumah. Sederhana saja, sehingga tak membuatku berlama-lama, mengingat aku harus naik tangga 2kali menuju kamarku. Makanan ku matanh dan aku siap menaiki tangga. Tapi sebelum naik, telepon rumah pun berdering. Aku biarkan saja dan sampailah aku di lantai 4 namun telepon masih berdering.

"Dengan 24th Goergetown, ada yang bisa dibantu?"

"Apakah kau orang baru?"

"Well, siapa disana?"

"Sorry. Aku Prince Herbert."

"Prince adalah nama atau gelar? Anda ingin berbicara dengan siapa?"

"Nama. Apakah Mr. Turner ada?"

"Maaf Sir, sepertinya Anda harus menelepon kembali besok."

"Sure. Dengan siapa aku bicara sekarang?"

"Elena."

"Thanks Elena."

Dan telepon pun ku tutup.
.
.
.

Kantor ku letaknya hanya sekitar 300 meter saja, jelas tepat berada di depan jalan raya yang dilewati 6 jalur mobil (two way). Tapi sepertinya hari itu aku sedang tidak beruntung, dompetku tertinggal dan aku jelas tidak bisa masuk dalam barier gate. Bersyukurlah aku membawa ponsel dan kunci kamarku.

Building One Shoot (Complete)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora