27. LUKA LAMA

160 23 0
                                    

Bagian Dua Puluh Tujuh | Luka Lama
❝Ternyata benar, hukum alam masih berlaku di dunia ini. Menyakiti berakhir disakiti. Entah dengannya, atau dengan yang lain.❞

Happy Reading...🌸

• ^ •

VIRGO tersenyum sendu ketika kedua temannya yang sedari tadi masih setia mendekapnya dengan begitu erat. Hati Virgo menghangat, Virgo nyaman dengan dekapan yang seperti ini. Layaknya mereka, begitu menyayangi Virgo.

“Jangan nangis lagi ya, Vir, gue nggak tega liatnya.” Alana mengurai dekapannya. Ia tersenyum tulus. “Smile dong, Sayang!”

Di samping Alana, ada Fanie yang tersenyum seadanya. “Harus tetep semangat, Virgo!” ucapnya menyemangati. Namun, ada pihak lain yang tidak setuju.

“Kok nyemangatinnya gitu, sih, Fan?” Alana memerotes. Lantas, Fanie pun mendelik tajam.

Fanie menghela napas pasrah. “Terus maunya gimana?” ucapnya dengan penuh perhatian.

“Ya gimana kek!” kekinya.

“Bodo amat, Al, bodo amat!”

Alana mendesis. “Alana gak suka ya, kalo Fanie bilang bodo amat! Temen Alana bukan, sih?”

Fanie mengendikkan bahu acuh tak acuh.

Sementara Virgo, yang sedari tadi memperhatikan interaksi mereka berdua, hanya bisa tersenyum geli melihat tingkah mereka yang konyol. Apa sih mereka! Tiap bertemu pasti ada saja bahan untuk berdebat!

Virgo menahan senyumnya yang nyaris terukir, namun gagal. Kedua temannya ini sangatlah lucu dengan kedua sifat yang berbeda.

“Cie, Virgo senyum,” goda Alana, sontak membuat kedua pipi Virgo merona. “Senyum mah senyum aja kali, nggak usah ditahan-tahan kek gitu. Apa sih yang nggak buat temen Alana.”

Fanie mencibir. “Halah! Sok-sokan perhatian lo!”

“Eh, Virgo, tau nggak?” ujar Alana bersemangat. Berusaha tak mengindahkan cibiran Fanie.

“Nggak!” balas Fanie sarkas.

Alana memberengut kesal. Kedua pipinya mengembung. Tatapannya mengerling malas ke sana-kemari.

Virgo paham kalau Alana itu sedang merajuk. Maka dari itu, dia mencoba menghiburnya. “Memangnya Alana mau ngasi tau apa?” ucapnya penuh pengertian serta senyum yang melelehkan.

Kepala Alana mendongak penuh semangat. Bak seperti anak kecil yang baru saja menemukan mainan kesayangannya, tampak sangat polos. “Malem ini kita pergi ke pasar malam, yuk?” ujarnya dengan semangat 45. “Udah lama rasanya gue gak main-main di sana. Udah bosen gue, mainan Timezone mulu.”

“Setuju!” sorak Fanie begitu semangat. Lengan kanannya teracung tinggi-tinggi. Kekehan kecil tercetak jelas di wajahnya, ketika Alana menatapnya malas.

“Gue gak ngajak lo!” sarkas Alana. Pembalasan yang tadi!

“Gue juga setuju kok,” jawab Virgo pelan.

Alana dan Fanie sontak terperangah. Demi apa dia...? Hah? Yang benar saja!

“Lo bisa ngomong pake aksen lo-gue?”

Virgo tersenyum. “Menurut lo?”

Alana mengangguk semangat. “Menurut gue, iya! Lo bisa!”

“Ternyata temen gue yang satu ini gak polos-polos amat, ya,” celetuk Fanie. “Gak kek yang satu lagi, bisanya sok polos!”

[SHS 1] - ASTERIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang