Sepuluh

411 46 13
                                    

Pernahkah kalian mendengar tentang sebuah kutipan ini?

"Terkadang hal terbaik yang harus dilakukan adalah berpura-pura hal itu tidak pernah terjadi"

Jongdae sudah melakukan itu selama 5 bulan menjadi kekasih Heera. Berpura-pura tidak tahu tentang beban hidup yang dijalani kekasihnya. Berpura-pura menjadi sosok bersih tidak tahu apapun yang tetiba hadir di hidup Heera, tanpa memberi Heera satu alasan apa yang membuat Jongdae memilih Heera menjadi kekasih.

Heera seringkali bertanya dalam hati — tentu tidak berani bertanya langsung pada Jongdae, mengingat temperamen lelaki itu sungguh tak bisa ditebak — apa yang membuat lelaki berhati dingin ini mengajaknya berkencan tanpa pendekatan lebih dulu? Lalu pertanyaan mendasar untuk Heera sendiri, kenapa saat itu dia tiba-tiba berkata "Ya" tanpa mampu meminta penjelasan menuntut?

Saat ini sepertinya Heera sudah lupa dengan semua pertanyaan itu. Mengingat entah sejak kapan, sikap Jongdae mulai berubah manis padanya. Seperti sekarang, saat semua pasang mata menatap mereka berdua di kantin kampus. Ini adalah pertama kalinya mereka makan siang berdua, meski gosip tentang hubungan mereka sudah banyak diperbincangkan.

"Berhentilah melirik ke kiri kanan. Makan saja dengan tenang!" Jongdae berucap sambil tetap menikmati makanan di depannya.

"Bagaimana bisa aku makan tenang kalau suara bisikan mereka menggelitik telingaku dan mendorong nafsuku untuk menggebrak meja mereka?"

"Sejak kapan kau jadi pemarah? Bukannya selama ini aku yang selalu disebut pemarah?"

Heera mendengus kesal. Dia beralih menyeruput Ice Cappucino-nya.

"Apa kau selalu meminum kopi setiap kali makan?"

"Aku menyukai semua jenis mereka. Kafein itu candu kenikmatan".

"Kurangi sedikit demi sedikit. Terlalu banyak kafein juga tak baik untuk tubuhmu!"

"Kau sama saja seperti Jenny!"

"Itu artinya kami peduli padamu".

"Ya ya ya, terserah kau saja, Tuan Muda Kim!"

Jongdae hanya tersenyum samar, sangat samar sampai hampir tak terlihat. Mereka kembali larut dalam makanan masing-masing dengan iringan musik bisikan dan pandangan menelisik.

"Apa kami mengganggu kalau ikut duduk disini?"

Heera yang tengah menyumpit kimbapnya tetiba terhenti. Bukan karena siapa yang ada di sebelahnya, melainkan siapa yang juga ada di sebelah Jongdae. Datang bersama dengan Jenny??

"Kalian datang bersama?" Heera menunjuk mereka berdua bergantian dengan sumpit di tangannya. Mereka berdua sudah duduk, masing-masing di sisi Jongdae dan Heera.

"Apa hanya kau saja yang boleh mengencani anggota EXO?"

Berniat menyeruput kembali Ice Cappucino-nya, Heera malah tersedak dan terbatuk.

"Bisakah kau minum dengan perlahan?!" Jongdae sedikit membentak dengan menyodorkan tisu pada Heera.

"Oh ayolah Ra, don't be so drama queen!!"

Mendengar itu Heera dengan segera memukul lengan Jenny dengan keras.

"Kau kira aku tersedak itu direncanakan?! Jadi, kalian berkencan? Sejak kapan?!"

"Beberapa hari yang lalu," kali ini giliran lelaki di samping Jongdae yang berbicara.

"Kau tahu?" Heera menatap kekasihnya yang hanya dibalas Jongdae dengan mengangkat sebelah alisnya.

"Tentu saja, Jongdae Hyung yang membantuku berkenalan dengan Jenny!" sambung lelaki itu lagi.

"Heol! Jadi hanya aku orang bodoh disini," Heera mendengus.

GRAVITY ❌ KJD ✅Where stories live. Discover now