💨 41. Liburan💨

9.3K 1.1K 80
                                    

41. Liburan

Rasa ketertarikan pada lawan jenis itu manusiawi, asal kita bisa kontrol tidak membiarkannya berkepanjangan, karena bisa menimbulkan zina hati.

☁️☁️☁️

Cemburu?

Zaphika terbelalak mendengar pertanyaan Renita, dirinya cemburu?

Benarkah?

Zaphika sempat diam tak berkutik, tapi ia segera membantah khawatir Renita menganggapnya benar.

“Enggaklah, kenapa gue harus cemburu?” sanggah Zaphika.

“Cemburu itu tanda lo ada rasa, itu artinya lo suka sama Kak Arfan!” Renita menegaskan.

Kembali Zaphika diam tak berkutik, walau hanya sekejap.

“Enggak!!!” Zaphika membantah keras. “Gue ngomong kayak gitu, karena emang banyak cewek yang keganjenan, jadi Kak Arfan sebagai cowok jangan terlalu baik sama cewek.”

“Kak Arfan kan cuma nolongin orang yang jatuh, masa harus dicuekin, di mana rasa kemanusiaannya.”

Zaphika tampaknya kehabisan kata untuk membantah Renita, tapi dia tetap tidak mau membenarkan apa yang dikatakan Renita.

“Pokoknya enggak! Gue nggak ada rasa sama Kak Arfan!” Zaphika lansung berlari karena tidak mau lagi mendapatkan pertanyaan dari Renita yang membuatnya kesulitan menjawab.

Ia masuk ke kamarnya, kemudian merebahkan tubuhnya di atas ranjang, memikirkan ada apa dengan dirinya? Apa benar dia cemburu?

Tentu saja tidak, ia hanya tidak suka melihat cewek kegenitan sama cowok. Itu kan alasannya?

Zaphika merasa pusing, otaknya terus menolak kalau dia ada rasa pada Arfan. Ia bangun, kemudian membenarkan posisi duduknya, ia harus bertanya pada seseorang, seseorang yang bisa memberikannya solusi. Ya, siapa lagi kalau bukan Qonita.

Zaphika merogoh saku bajunya untuk mengambil ponselnya di sana. Ia segera membuka kunci layar ponselnya dan langsung menuju nomor Qonita. Tak lama, Qonita sudah mengangkat.

Assalamu’alaikum… Qonita..”

Wa’alaikumussalam, Iya Zaphika ada apa?”

“Gue mau curhat sama lo.”

Curhat aja, aku setia mendengar kok.”

“Gini, nggak tahu kenapa, gue tuh kayak ngerasa nyaman gitu kalau ngobrol sama Kak Arfan, ketua DKM di kampus gue, meskipun dia kadang-kadang ngasih gue kritikan pedas, tapi dia enak diajak bicara kadang suka nasihatin gue, ngingetin gue sama Allah, kayak lo dulu ke gue. Tapi kan dia cowok, gue dosa nggak sih kalau ngerasa kayak gitu? Dan apa itu artinya gue suka sama dia?”

Aku nggak tahu perasaan kamu ke dia kayak gimana sebenarnya, yang jelas selama kamu nggak mengkhayalkan tentang dia yang aneh-aneh, misal mengkhayal nikah sama dia, dilamar dia, pelukkan sama dia atau sampai berdua-duaan sama dia, itu zina hati dan pikiran, bahaya. Rasa ketertarikan sama lawan jenis itu manusiawi, asal kita bisa kontrol nggak membiarkannya berkepanjangan. Dan sebatas suka selama pada koridornya aku rasa wajar, misal gini aku suka dengerein ceramah ustadz A, ya aku suka dengan cara ceramahnya, keilmuannya, tapi bukan berarti aku cinta sama ustadznya. Mungkin kamu juga hanya sekedar suka sama dia karena nasihatnya, keilmuwannya, tapi bukan berarti kamu cinta sama dia.”

Zaphika terdiam, mungkin saja yang dikatakan Qonita ada benarnya, ini hanya sebatas suka karena Arfan cowok paling alim di kampus ini, Arfan juga yang paling taat pada agama, selain itu Arfan juga pintar dan baik. Tak lebih dari itu.

Go!Go!!!Muslimah!!! ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang