💨 45. Malu 💨

10.2K 1.3K 186
                                    

45. Malu

"Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik."

Ali 'Imran ; 110

☁️☁️☁️

“Maksudnya bukan gitu, Kak Arfan_” Ada jeda sesaat untuk Zaphika meneliti ekspresi Arfan, kenapa Arfan senyum-senyum? Apa Arfan sedang meledeknya? Atau Arfan menganggapnya benar?

Oh my God!!! Tidak!!! Tidak!!! Tidak!!! Kenapa Kak Arfan malah senyum-senyum segala?

Zaphika menggigit bibir bawahnya, ia benar-benar malu.

“Kak Arfan kenapa senyum-senyum? Ini salah paham ya Kak Arfan, ini nggak benar, maksud aku bukan gitu_” Zaphika gugup, dia bingung harus menjelaskan apa, tidak mungkin kalau dia harus menjelaskan maksud dari kata suka yang ia lontarkan adalah suka sebatas karena Arfan baik, pintar, ketua DKM dan mengerti agama. Tidak-tidak! Tidak mungkin! Nanti Arfan akan semakin meledeknya.

Arfan yang masih menyunggingkan senyumnya melihat kegugupan Zaphika, kemudian berkata, “Minggir gue mau masuk!” Arfan berjalan melewati Zaphika dan Zaphika masih bisa melihat jelas senyum jahat Arfan.

Sial! Sial! Sial!

Zaphika menatap Reanita yang masih berada di sampingnya, kemudian melototinya.

“Bukan salah gue." Renita seakan mengerti maksud tatapan mata Zaphika, ia langsung berlari ke luar karena tak mau disalahkan.

Zaphika hampir gila menghadapi situasi ini, ia putar tubuhnya ke arah Arfan. Terlihat Arfan sudah duduk di kursi depan, dan kini Arfan sibuk mengeluarkan bukunya, kemudian membukanya. Namun samar-samar, senyum Arfan masih terlihat oleh Zaphika.

Zaphika kembali mengigit bibir bawahnya.

“Kak Arfan pokoknya apa yang tadi Kak Arfan dengar, nggak seperti yang Kak Arfan bayangkan!” oceh Zaphika yang Arfan abaikan. Tak ia lirik sama sekali Zaphika, matanya hanya fokus melihat buku dengan senyum jahilnya yang masih tampak.

"Bawel lo!" sergah Arfan.

What???

Zaphika sudah benar-benar malu, wajahnya memerah, ia tak bisa diam terus di sini karena tidak ada orang lain di kelas, hanya ada mereka berdua setelah Renita pergi.

"Ih ... Kak Arfan pokoknya nggak gitu ya." Zaphika sudah bingung lagi berkata, ia pun berlari ke luar kelas.

Sungguh, wajahnya memerah saat ini, malu luar biasa.

Ini gara-gara Renita!!!!

Zaphika menggerutu kesal. Ia bingung mencari Renita ke mana, akhirnya ia malah masuk ke kamarnya.

Zaphika mengunci pintu kamarnya, kemudian ia berguling-guling di atas ranjangnya, mengacak kerudung yang ia kenakan, ia hampir gila. Jantungnya terasa berdegup lebih kencang.

Kenapa ini jantung, ya Allah... ini gara-gara Renita!!!

Zaphika segera menelepon Renita, dan tak lama Renita sudah mengangkat.

"Ren, ini semua gara-gara lo, lo harus jelasin sama kak Arfan kalau semua itu nggak bener!"

"Emang bener kan? Tadi kan elo yang ngomong gitu."

Go!Go!!!Muslimah!!! ✓Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz