💨42. Perdebatan💨

9K 1.1K 92
                                    

42. Perdebatan

"Aku tidak masalah dipasangkan dengan siapapun, selama dia taat pada agama."

Zaphika Adrelia

☁️☁️☁️

Sebentar, sebentar. Bukankah mereka masih kuliah? Kenapa sudah membicarakan masalah pernikahan lagi? Heri merasa bingung.

"Maaf, tidak mengurangi rasa hormat saya, tapi anak saya masih kuliah, saya rasa dia harus menuntaskan dulu kuliahnya, barulah bisa membicarakan masalah pernikahan," jawab Heri.

"Saya juga tidak berbicara agar mereka menikah dalam waktu cepat, kita hanya menjalin ikatan dulu, setelah mereka lulus barulah menikah, bagaimana?"

Heri terdiam beberapa saat, ini terlalu mendadak baginya, terlebih dia juga belum mengenal sosok Daniel.

"Bolehkah saya tahu dulu profil cucu Anda yang akan menikahi anak saya?"

Wijaya menghela napasnya, ini pertanyaan yang kurang ia sukai, karena tidak ada yang bisa dibanggakan dari sosok Daniel. Ia khawatir Heri menolaknya.

"Dia masih kuliah satu angkatan dengan Zaphika, dia juga calon pengusaha yang akan meneruskan perusahaan saya," jawab Wijaya meskipun ia ragu, apakah Daniel bisa menjadi penerusnya? "Saya harap kita bukan hanya menjalin ikatan keluarga, tapi juga ikatan bisnis. Bukankah Anda seorang pebisnis? Kita bisa bekerjasama membangun bisnis yang luar biasa."

Penawaran yang cukup menarik, Heri tampaknya cukup tertarik. Pernikahan tak melulu soal cinta, cinta bisa datang dengan sendirinya seiring berjalannya waktu, sementara kesempatan menjadi bagian dari keluarga Harmand mungkin tidak datang dua kali, itu yang terpikirkan oleh Heri.

"Sebenarnya saya sangat tersanjung, Anda jauh-jauh datang ke sini hanya untuk melamar anak saya," ucap Heri berjeda. "Saya akan coba bicarakan dulu dengan istri saya dan tentunya Zaphika. Tapi kalau dari saya pribadi, saya sudah menerima tawaran Anda."

Wijaya tersenyum mendengar jawaban Heri yang sesuai dengan harapannya. "Terima kasih, saya harap Anda bisa membujuk Zaphika, karena saya pernah berbicara langsung dengan Zaphika tapi dia menolak, mungkin kalau Anda yang memintanya, dia tidak akan menolak."

Zaphika menolak? Kenapa? Heri terbelalak.

"Jadi Anda sudah meminta kepada Zaphika langsung dan dia menolak?" Heri memastikan, Wijaya hanya menjawab dengan mengangguk pelan.

Heri tidak mengerti kenapa Zaphika menolaknya? Padahal Daniel berasal dari keluarga terpandang.

"Kalau begitu nanti akan saya bujuk lagi Zaphika."

"Terima kasih, semoga hasilnya merupakan kabar baik."

Mereka mengakhiri pertemuan mereka setelah berbicara cukup banyak. Kini Heri akan coba membujuk Zaphika, hingga Zaphika mau.

Zaphika yang masih di kamarnya bersama sang Ibu, sibuk memperlihatkan komik yang ia buat pada ibunya.

"Dosen Zaphi, nawarin Zaphi buat nerbitin komik di penerbit mayor, ya Zaphi mau dong, Mi."

Rita sang ibu tampaknya tak mau berlama-lama membahas komik Zaphika, jika memang Zaphika menyukainya Rita tidak masalah selama tidak aneh-aneh.

"Ya sudah kalau memang itu yang kamu suka, Mami dukung," ucap sang Ibu. "Tapi, kita udah lama nggak ke salon bareng, kita ke salon yuk sekarang, Mami mau treatment," lanjut Rita mengalihkan.

Zaphika berpikir sejenak, saat ini dia sedang asyik membuat komik, tak terpikirkan untuk pergi ke salon rasanya buang-buang waktu.

"Males, Mi. Sekarang Zaphi lagi fokus bikin komik."

Go!Go!!!Muslimah!!! ✓Where stories live. Discover now