Part 21: Melahirkan di RSUD

45 12 30
                                    

"Mas Dharma, mules!" keluh istriku sambil memegangi perutnya yang membuncit.

"Udah mau ngelahirin, Dik?" tanyaku panik. Maklum, ini adalah anak pertama kami.

"Iya mungkin. Aduh, rasanya kayak mau BAB."

"Kita ke rumah sakit sekarang!"

Aku bergegas menyiapkan perlengkapan bayi ke dalam tas lalu mengeluarkan sepeda motor. Saat berpamitan, mertuaku menyarankan agar kami ke bidan yang dekat saja di puskesmas kecamatan. Tetapi, jam masih menunjukkan pukul 20.15. Aku nekat turun gunung menuju RSUD kota. Ini kulakukan demi mendapat jampersal (jaminan persalinan) secara gratis.

Sekitar pukul 21.20, aku sampai di rumah sakit tujuan. Letaknya di tengah sebuah kota kecil  dengan bangunan lama dan cukup tua. Setelah memarkir motor, aku memapah istriku masuk ke sana. Seorang perawat menyambut kami.

"Istri saya mau melahirkan, Suster."

"Silakan."

Perawat itu mengantar kami ke ruang bersalin. Tapi, ternyata aku tidak diperbolehkan masuk ke ruangan.

"Baiklah. Saya tunggu di luar." Aku duduk di bangku koridor.

Malam semakin larut dan mataku mulai mengantuk. Aku pun berjalan keluar dari area rumah sakit untuk mencari kopi di warung. Saat minum kopi, si pedagang mengajakku berbincang.

"Asli mana, Mas? Kok nggak pernah lihat."

"Saya dari desa yang jauh, Pak. Lagi nganter istri melahirkan di RSUD sebelah," jawabku semringah karena akan segera menjadi ayah.

"Loh, rumah sakit itu kan kosong sejak beberapa bulan lalu. Udah pindah ke tempat lain."

Aku bingung. Bukankah di RSUD tadi ada perawat dan masih melayani pasien? Perasaanku tidak enak.

Cepat-cepat aku menghabiskan kopi dan membayarnya. Aku berlari ke rumah sakit. Di sana hanya ada satu lampu yang menyala. Selebihnya gelap gulita. Sangat berbeda dengan saat aku dan istriku baru datang.

Aku menemukan ruangan tempat istriku melahirkan. Kubaca papan di atas bertulis: KAMAR MAYAT. Kubuka paksa pintunya dan tampak istriku terbaring di ranjang bersama sesosok bayi laki-laki.

"Mas, dokter itu memakan ari-ari anak kita," ucapnya gemetar.

RUU [RAWS FESTIVAL 2019] Where stories live. Discover now