Mozaik 15 : Miss Kiss

53 18 22
                                    

Miss Kiss (Ciuman Rindu)
11/11/2019, 21:10
By : Recil Mozas

Aku berhenti sejenak di bawah langit malam
Aku melihatmu bersinar, mengulurkan tangan
Aku memelukmu dengan lembut
Angin bertiup di telingaku, cahaya bulan menembus di antara bibir
[Kei – Papermoon]


Luka itu lagi-lagi menyapa hangat sanubari Lee Jinhyuk yang terlibat dalam penderitaan, selalu berakhir sendirian karena ditinggalkan, hingga pria tersebut berpikir ia lah penyebab mereka meninggal. Ia yang telah membunuh ayah angkatnya, mengakibatkan kecelakaan pada sang ibu dan ia pula yang membakar Kei. Hidupnya seakan telah hancur.

Malam itu paska kebakaran yang menimpa rumahnya, Jinhyuk hanya diam tanpa jiwa, menerawang jauh melamunkan banyak hal dengan tatapan kosong, tak mempedulikan kondisinya, tak memakai alas kaki, pakaian kusut, dan darah yang menetes dari lukanya.

Seakan tak merasakan sakit Jinhyuk hanya bergeming di tempatnya, membiarkan perawat mengobati luka tusuk tersebut, dan ia juga menutup telinga dari polisi yang mencoba menginterogasinya. Yang ada dalam pikirannya adalah, lebih baik ia mati.

Keadaannya tak pernah membaik, meski secara fisik, pihak rumah sakit sudah mengizinkannya pulang dan mencoba menghubungi sanak saudaranya yang selalu gagal. Polisi pun kewalahan akan kekeraskepalaan Jinhyuk yang selalu diam. Lama-lama, di hari ke 52, Jinhyuk berulah.

Seorang perawat menjerit histeris mendapati banyak darah mengotori seprai yang di tempati Jinhyuk akibat sayatan luka yang dilakukannya. Keadaan ini pun membuat pegawai gempar, pasien ketakutan dan polisi bersiaga menjaga Jinhyuk.

Mereka memutuskan memasukkan Jinhyuk ke rumah sakit jiwa, sampai Han Seungwoo datang dan mengaku sebagai walinya, itu pulalah waktu dimana Jinhyuk sadar akan keberadaannya. Dengan bantuan Seungwoo, Jinhyuk mampu menghalau kehadiran Wei untuk menguasai raganya.

Kedua matanya mengerjap perlahan sampai pandangannya yang memburam mulai tampak jelas, dan hal pertama yang ia temukan adalah sosok Lee Jinhyuk, tengah berdiri memunggunginya sembari memandangi suasana luar gedung rumah sakit. Cahaya yang terhalang olehnya menampilkan siluet yang begitu jelas, bayangan yang serupa dan terlihat indah, juga kehadirannya membuat Jiyeon merasa lega.

Ia kini ingat semuanya. Masa-masa saat ia terbangun sebagai manekin, berjalan di antara hiruk pikuk manusia dan diteriaki, ditangkap, dikurung dan hampir dihancurkan. Syukurlah ada designer asal Australia yang menyelamatkannya, namun sejak pemiliknya itu meninggal Jiyeon memutuskan sebagai manekin seutuhnya, tak boleh sampai ketahuan.

Jiyeon berdehem, bergerak untuk mencoba duduk, fokus Jinhyuk sontak teralihkan, menghampirinya, tanpa ragu membantu.

“Kau baik-baik saja?” cemasnya.
Tapi Jiyeon hanya memandanginya, mengunci pandangan Jinhyuk dalam tatapannya yang penuh rindu. Tangannya terangkat menyentuh pipi Jinhyuk yang cukup terkejut, tak menduga akan setiap sentuhan jari jemari mungil Jiyeon yang sedang menelusuri setiap inci wajahnya. Mereka hanya menghabiskan waktu sebentar, itu pun dalam masa-masa sulit, tapi mampu membuat keduanya terikat satu sama lain.

“Kau, sudah melakukannya dengan baik,” puji Jiyeon meneteskan airmata, menghentikan jemarinya dirambut Jinhyuk, lalu mengelusnya pelan. “Pasti sangat berat bagimu,”
Jinhyuk memegangi tangan itu, mengenggamnya erat, menautkan jari jemari mereka.

“Mianhae,” ungkap Jinhyuk, dalam arti yang luas. Ia tersenyum kecil, dan terlihat lebih dewasa. “Kau juga sudah melakukannya dengan baik.”
Jinhyuk yang selalu menjaga batasan dalam sosialisasinya itu kini tergantikan dengan Lee Jinhyuk yang menantikan harapan.

Gravity & Destiny [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang